TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007

dokumen-dokumen yang mirip
Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

DIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Indikator SFMP

Prasyarat Penerima Hibah

Inisiatif Accountability Framework

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Strategi Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat. Didik Suharjito

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

Shared Resources Joint Solutions

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Perspektif Industri THE FORESTS DIALOGUE. MARCH 2007 Jouko Virta. President, APRIL Global Fiber Supply

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Etika dan integritas. Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

Kode Etik Pemasok 1/11

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Lembaga kehutanan publik di abad dua puluh satu

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI.

PEMOHON MENGAJUKAN PERMOHONAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.


MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

West Kalimantan Community Carbon Pools

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs Pekanbaru 5 8 Maret 2007

Kesimpulan Gland / Beihai IMPFs tidaklah baik secara alamiah, tidak juga buruk Pengarah eksternal membentuk IMPF s sering di luar kendali sektor itu. Pemahaman konteks yang dibedakan: Sebuah wadah satu ukuran cocok untuk semua adalah berlebihan! CSR di luar tidak merusak" pada model-model usaha yang layak yang jelasnya melaksanakan hal lokal yang baik dan berandil pada pembangunan pedesaan Hak tanah dan properti yang lebih jelas hal kritis bagi para masyarakat, smallholder dan industri besar Buruh kisah kompleks resiko dan peluang para pendatang bisa diberdayakan. Apa peran proaktif yang bisa dilakukan perusahaan?

Kesimpulan Gland / Beihai II Tidak bentuk usaha hitam dan putih yang memuaskan semua pemangku kepentingan. Tiga ring konsentrasi:- Pasokan minimum inti memeriksa praktek terbaik pengambilalihan hak guna tanah. Kontrak bagus dan mitra yang bersedia Pasokan dari agen bebas <<bertumbuh>> yang terberdayakan dan tersedia Gulirkan seiring waktu membangun mosaik lanskap hutan beragam Peranan bagi industri dalam pengembangan kapasitas guna membantu petani menjadi petani pohon Bidang basis umum belum dituntaskan peraturan; pertanahan; produktivitas; kesatuan ekosistem; keamanan kayu

Tema-tema China & fokus Indonesia Sektor swasta sebagai alat pembangunan CSR Kemitraan perusahaan masyarakat Mekanisasi Tanah adat & hak guna Keragaman hayati & lingkungan Kerangka kerja politis & hukum Distribusi keuntungan Karyawan & kontrak Tanah adat & hak guna; persaingan tanah Konversi hutan, penghindaran deforestasi, HCVF sebagai alat Laju perubahan Skala & pilihan bebas

Topik 1 Sektor swasta sebagai alat pembangunan yang berkelanjutan Kerangka kerja politik dan hukum untuk kesetaraan distribusi pendapatan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat (peranan pemerintah, perusahaan, peranan masyarakat madani) CSR (siapa yang menentukan? Siapa yang mengaudit? Adanya kelemahan kerangka kerja pemerintah dapatkah perusahaan melakukan lebih baik?) Model pendistribusian lahan di Afrika Selatan Jaring pengaman? Model perizinan industri di Cina (sebelum proses) Kebijakan land reform terbaru di Indonesia Ratifikasi konvesi ECOSOC oleh Indonesia tahun 2005 Transparansi & akuntabilitas Profil resiko Distribusi keuntungan Perjanjian kerjasama untuk skema plasma Apakah para petani mempunya pilihan pada konsep landskap mosaik? Bentuk karyawan & kontrak Sumber dari dalam vs sumber dari luar bagi para buruh

Catatan untuk Topik 1 Perusahaan kontraktor subkontraktor pengaturan ini berpotensi menciptakan konflik dan cuci tangan Penguatan untuk pengaturan kontrak Program jaring pengaman pemerintah dapat melengkapi CSR perusahaan

Topik 2: Tanah adat & hak guna Kerangka kerja politis & hukum Penduduk asli & kepentingan-kepentingan lain Pengakuan hak ulayat Rekonsiliasi politik dan hukum kehutanan atas masyarakat Proses alokasi & pengambilan tanah Proses resolusi konflik Keberlanjutan kehidupan masyarakat Laju perubahan

Catatan untuk topik 2 Resolusi konflik diperlukan atas konflik sosial Hasil hutan non kayu diusulkan pada peningkatan hidup masyarakat dan konsep hutan mozaik

Topik 3: Konversi hutan Laju perubahan; kapasitas mill - Perluasan yang lebih lanjut lebih banyak konflik? Lebih banyak masalah lingkungan? (lebih beresiko?) - Kebutuhan internasional untuk kertas harus sesuai dengan dampak lokal, pemerintahan dan penegakannya. Tata guna tanah pilihan, model - Peraturan sudah dibuat? - Rencana tata guna lahan yang antar sektor pada tingkatan nasional/provinsi/kabupaten? Apakah IMPF melindungi atau menghancurkan hutan alam? - Dapatkah teknologi mengatasi tantangan lingkungan? - Melindungi kepentingan masyarakat? Penggunaan HCVF? Keseimbangan karbon & resiko iklim

Catatan untuk topik 3 Investasi untuk kapasitas pabrik sekitar US 1.500/ton tekanan untuk kapasitas penuh tekanan untuk konversi (& penanaman?) Keragaman jenis Pandangan mendasar antar wilayah ( suplai bahan baku ke pabrik dari IMPF/MHT dari negera lain) Menggunakan konflik : IMPF baru vs Areal lindung yang ada Perkebunan pada daerah gambut yang gundul (di Sumatera Utara)

Pandangan-pandanganatas dialog ini Pengusaha Beban dari sejarah Pengenalan terhadap situasi konflik dan isu-isu lingkungan Hormati masyarakat/ keterbukaan dan ingatkan untuk menemukan rekosialasi Perusahaan memerlukan pertolongan pemerintah Perlu untuk membuat protokol untuk pemecahan konflik

Pandangan-pandangan Masyarakat: IMPF menciptakan banyak konflik sosial (lunturnya kbudaya, hilangnya kehidupan, konflik horishontal, kesenjangan penghasilan) dan dampak lingkungan (Cth: konflik gajah) Seruan dari Masyarakat: Masyarakat ingin saham atas usaha yang dibangun diatas lahan orang lokal Perusahaan/Subkontraktor tidak dapat cuci tangan atas konflik Tata guna lahan baru memerlukan konfirmasi legal/yang sah dari masyarakat lokal sebagai tambahan atas perizinan dari pemerintah Peraturan untuk menjamin kehidupan masyarakat yang berkesinambungan untuk masyarakat

Pandangan-pandangan Pemerintah: Selamat pada proses dialog Pada kebijakan pembangunan IMPF: - Akan membawa dan seluruh isu-isu ke Menhut dan mempelajari solusi-solusi yang disarankan Tertarik untuk menjamin masukan bahan baku ke pabrik pulp dari IMPF mulai beralih dari hutan alam HTR merupakan hal yang baru

Pandangan-pandangan Serikat Buruh: IMPF perlu untuk menjamin hak-hak buruh ( gaji, keamanan akan lahan, kondisi pekerja, bargain yang kolektif) Sektor swasta untuk mengembangkan BMP dan menjamin penghapusan pelanggaran HAM Menjamin partner lain cth. Masyarakat/kelompok2 Dukung masyarakat dan orang lokal atas lahan ulayat mereka

Pandangan-pandangan LSM lingkungan Pengenalan atas kepentingan sektor swasta dan pemerintah untuk membangun industri palp da kertas dan IMPF Target kelestarian pada than 2009 harus tercapai Pengenalan atas hak-hak masyarakat di BMPnya perusahaan Isu2 lingkungan yang mendesak untuk diatasi (tidak banyak waktu lagi tersisa) Seluruh penilaian yang diperlukan harus dilakukan sebelum alokasi dari tata guna lahan dan keputusan Menyerukan kepada Menhut untuk mengatasi isu2 tersebut kedepannya.