TATA RUANG RUMAH DINAS TNI AL BERDASARKAN PRIVASI PENGHUNINYA (Studi kasus Perumahan Dinas Kompleks TNI AL Gedangan Sidoarjo)

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pola Perubahan Rumah Subsidi dan Dampaknya bagi Kenyamanan Penghuni

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TERITORI RUANG PADA RUMAH PRODUKTIF BATIK DI KAUMAN, PEKALONGAN JAWA TENGAH

PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

BAB I PENDAHULUAN. 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB III TINJAUAN KHUSUS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN

terarah menurut SNI kriteria kenyamanan adalah (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal,

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT) PENGARUH POLA TATA RUANG RUMAH DERET TERHADAP KUANTITAS PENGGUNAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BAB II TINJAUAN DATA

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ATRIBUT SOSIALIBILITAS PADA SETING TANGGA DALAM HALL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA - PURWOKERTO

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

GENDER DALAM TERITORI

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

Rumah Impian Mahasiswa

POLA PENATAAN RUANG PADA INTERIOR BANGUNAN RELOKASI KORBAN BENCANA LONGSOR DI DESA SIDOREJO TIENG ABSTRAK

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

BAB III TINJAUAN WISATAWAN ELITE

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

LP Pemuda Yogyakarta dengan Tinjauan Mental Psikologis

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut: Pengertian Dinas adalah sebagai berikut:

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V EVALUASI PASCAHUNI

Minggu 2 STUDI BANDING

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas

Fransiskus Hamonangan-L2B Co-Housing Di Kota Semarang 2013

Koridor Kampung Kota sebagai Ruang Komunikasi Informal

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

POLA PENGEMBANGAN RUMAH DI KAMPUNG KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

Transkripsi:

TATA RUANG RUMAH DINAS TNI AL BERDASARKAN PRIVASI PENGHUNINYA (Studi kasus Perumahan Dinas Kompleks TNI AL Gedangan Sidoarjo) Dyan Agustin Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN Veteran Jawa Timur,Indonesia agustin.dyan@yahoo.co.id ABSTRAK Kehidupan penghuni serta lingkungan budaya mempengaruhi bentuk dan organisasi dari sebuah rumah. hal yang sangat mendasar terkait dengan privasi penghuni didalam lingkungan perumahan adalah jarak dan lokasi relative dari rumah tersebut dengan lingkungannya, sosial budaya serta sosial ekonomi penghuni. Perumahan dinas di kompleks TNI AL Gedangan Sidoarjo memiliki karakteristik yang didasarkan pada konsep militer dengan pembagian blok menurut jenjang kepangkatan (Perwira, Bintara, Tamtama) yang memberikan karakter ruang yang berbeda dengan perumahan lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tata ruang yang dilakukan penghuni kompleks TNI AL Gedangan untuk mencapai privasi, juga untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain sosial budaya, ekonomi, dan setting perumahan terhadap privasi penghuni berdasarkan strata atau jenjang kepangkatannya. Pendekatan perilaku dilakukan dengan pengumpulan data secara kuantitatif non parametrik dan dianalisis secara kualitatif untuk bisa merumuskan karakteristik suatu populasi. Pada penelitian di rumah dinas di kompleks TNI AL Gedangan ini telah terjadi perubahan dan penambahan elemen yang merupakan bagian dari proses adjustment penghuni untuk memenuhi kebutuhan privasi. Morfologi ruang yang terjadi adalah morfologi fungsi dan sistemik. Pada golongan Perwira penambahan ruang cenderung bersifat semi publik, sedangkan pada golongan bintara penambahan bersifat privat dan servis. Sehingga semakin tinggi jenjang struktur sosialnya, maka privasi penghuni semakin besar. Selanjutnya diperlukan suatu usaha pembinaan dan intervensi dari pihak terkait pada proses penghunian suatu rumah dinas agar sesuai dengan fungsi yang sebenarnya. Kata Kunci: tata ruang; rumah dinas TNI AL; privasi 1. PENDAHULUAN Rumah merupakan sarana proses bermukim serta menciptakan ruang hidup bagi lingkungan sekitarnya. Manusia sebagai penghuni mempunyai hubungan yang erat dengan rumah, budaya, dan lingkungan (Rapoport, 1969), sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari sebuah sosial budaya serta interaksi sosial setiap individu. Kebijakan pembangunan perumahan dalam suatu rumah dinas merupakan cara untuk membantu warga untuk memudahkan dalam menjalankan tugas-tugas anggota khususnya Angkatan Laut. Didalam rumah dinas memuat aturan-aturan tertentu yang mengikat penghuninya dengan tujuan untuk memelihara dan berinteraksi dengan lingkungan. Dalam penataan konsep perumahan militer terdapat pemisahan blok perwira dengan blok bintara dan tamtama. Pada proses penghunian setelah pembangunan lingkungan perumahan Angkatan Laut dengan system pemisahan blok perumahan sesuai struktur kepangkatan, terjadi tahap interaksi penghuni dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Proses interaksi tersebut mempengaruhi penghuni untuk memprivatisasi rumah dinasnya. Pada proses selanjutnya untuk mendapatkan kenyamanan psikologis, penghuni merubah dan mengatur rumah tinggalnya untuk mampu memenuhi tuntutan kebutuhannya. Privasi merupakan sesuatu untuk menyatakan identitas diri. Tiap tiap individu akan berusaha untuk melakukan upayanya sendiri dalam memenuhi tuntutan privasinya (Robert Gifford, 1943). Bersamaan dengan itu, peningkatan pendapatan mempengaruhi naiknya status sosial seseorang yang berdampak pada semakin besar pula tingkat privasinya. (Bambang Setyohadi,1998). Selanjutnya permasalahan akan timbul dalam proses penghunian rumah tinggal di rumah dinas komplek AL yang berkaitan dengan struktur sosial (jenjang kepangkatan) yang secara tidak langsung berkaitan dengan privasinya. Bagaimana 145

upaya penghuni dalam mengatur tata ruang rumah tinggalnya untuk memenuhi tuntutan privasinya dan hubungannya dengan perilaku manusia untuk dapat menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terdapat proses penghunian tersebut. Gambar 1. Sketsa bentuk hunian militer pangkalan Sumber: Wawancara dengan personil AL 2014 2. PERMASALAHAN Penelitian diarahkan pada perumahan dinas komplek AL Gedangan Sidoarjo. Bentuk perumahan dikomplek AL Gedangan pada mulanya mempunyai konsep tanpa pagar. Hal ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan antar penghuni. Pada proses perkembangan selanjutnya, hampir semua penghuni melakukan perubahan dengan menambah pagar.penghuni juga banyak yang melakukan penambahan ruang didalam rumah dinasnya. Didalam kebijakan serta peraturan militer AL, penambahan ruang maupun elemen ruang terhadap rumah dinas diperbolehkan selama tidak melakukan perubahan bentuk fasade serta pengurangan maupun perombakan bentuk aslinya. Dari hal tersebut dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana factor privasi mempengaruhi tata letak ruang di perumahan dinas komplek AL Gedangan? 2. Bagaimana tata letak ruang yang dilakukan penghuni di perumahan dinas komplek AL Gedangan untuk mencapai privasinya? 3. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran factor privasi yang mendasari penghuni terhadap lingkungan perumahan dinas komplek AL. 2. Untuk mengetahui tata letak ruang rumah tinggal dalam lingkungan perumahan dinas komplek AL yang didasarkan pada privasi. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi ilmu pengetahuan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi perancangan lingkungan perumahan dinas yang homogeny dalam kaitannya dengan privasi penghuninya. 2. Bagi pihak Angkatan Laut bermanfaat untuk menentukan arah kebijakan dan aturan yang berkaitan dengan proses penghunian dalan suatu perumahan dinas yang didasarkan pada privasi penghuni. 4. TINJAUAN PUSTAKA 4.1. Tata Ruang Tata ruang merupakan aspek fisik disamping aspek sosial ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek perilaku, dan bagi penghuni. Jika manusia sebagai penghuni menjadi 146

pusat perhatian dalam proses pengadaan rumah, maka akan menghasilkan proses bermukim yang lebih baik ( Johan Silas, 1996 : 384) bagi penghuni tersebut karena akan terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Arsitektur pada hakekatnya adalah ruang atau lingkungan dengan manusia sebagai pusat perhatiannya. Menurut Heimsath (1988 : 42) ruang identik dengan suatu lingkungan bagi kegiatan dengan tanda dan simbol yang akan mengkomunikasikan kepada orang-orang dimana mereka berada secara psikologis dan fisik. Oleh karenanya perwujudan tata ruang tidak hanya menyangkut aspek fungsional saja, melainkan seluruh aspek kebutuhan didalam kehidupan manusia. Penciptaan tata ruang dipengaruhi oleh aspek fisik dan non fisik. Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Aspek fisik Aspek fisik dibentuk oleh beberapa faktor fungsi bangunan, dimana bangunan terjadi karena adanya tuntutan fungsi. Untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan penghuni memungkinkan terciptanya bentuk dan besaran ruang sesuai dengan tuntutan fungsi, srtuktur dan bahan sesuai dengan kebutuhan penghuni. 2. Aspek non fisik Merupakan usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang berasal dari faktor ekonomis, psikologis, spiritual dan lain-lain. 4.2. Persepsi Ruang Kemampuan manusia didalam memahami ruang yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada interaksi manusia dengan lingkungan binaan tersebut. Berkaitan dengan tipe pola tata letak (type of lay out patterns), Edward T Hall (dalam Jon Lang, 1987, hal 102-112) menjelaskan tiga hal bentuk ruang kaitannya dengan kemungkinan penggunaannya (fleksibilitas / adaptabilitas ruang) yaitu: 1. Fixed Feature space, merupakan ruang yang terlingkungi oleh elemen yang tidak mudah dipindahkan: dinding solid, lantai, pintu dan sebagainya 2. Semi fixed-feature space, dibatasi oleh dinding yang dapat dipindah 3. Informal space, hanya mencukupi untuk sepanjang sebuah pertukaran diantara 2 orang atau lebih. Bukan sebagai ruang yang ditetapkan, dan terjadi diluar kesadaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tata letak ruang yang adaptable adalah tata letak ruang yang menghasilkan pola perilaku yang berbeda pada waktu yang berbeda (multi purpose fix feature). Sedangkan tata letak ruang yang flexibel ( flexible lay out) adalah tata letak ruang dengan struktur yang mudah dirubah untuk mengakomodasikan kebutuhan yang berbeda (bisa diimplikasikan oleh semifixed feature space). 4.3. Hakekat Rumah Tinggal dan Perumahan Rumah merupakan bagian dari ruang yang dimanfaatkan sekelompok manusia/ komunitas untuk dihuni dan melindungi diri dari lingkungan sekitarnya. Rumah merupakan aktualisasi suatu potensi yang meningkatkan seseorang menjadi manusia sebagai realisasi hakekat kemanusiaannya. Rumah juga bukan sekedar komoditi, tetapi merupakan serangkaian proses kompleks yang menyangkut masyarakat banyak dengan berbagai keunikan perilaku, persepsi, aspirasi dan harapan-harapannya. (Budihardjo,Eko, 1984, hal 160). Perumahan adalah ekspresi dari Genre de vie yang mencakup budaya, spiritual, material dan aspek sosial yang berkaitan dengan bentuk. 4.4. Teori Perubahan Rumah Suatu tapak bangunan rumah dapat berubah karena adanya pertambahan bahan material yang disebut pertumbuhan. Ada dua usaha yang dilakukan penghuni terhadap rumahnya: 1. Usaha untuk memenuhi kebutuhan ketika penghuni merasakan kekurangan pada rumahnya, yaitu berupa perubahan atau penambahan (housing adjustment). 147

2. Usaha penghuni untuk mengatasi tekanan akibat kekurangan pada rumahnya dengan cara perubahan dirinya tanpa merubah rumah (housing adaption) Proses perubahan rumah bisa melalui proses transformasi yaitu ekspansi, sub divisi, penyempurnaan dan proses perbaikan rumah yaitu perombakan rumah, penggantian bahan secara menyeluruh, penggantian bahan sebagian. 4.5. Teori Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Perilaku manusia ditentukan oleh kondisi kejiwaan dalam diri manusia berupa sikap (attitude) persepsi, kognisi, motivasi ( Haryadi, 1995 : 25). 1. Sikap (attitude), secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang ebrsifat emosional terhada stimulus sosial. 2. Persepsi, terbentuk karena interaksi seseorang dengan ruang kehidupannya yang akhirnya terwujud dalam perilaku sikap. Demikian perilaku dibalik sikap, tanggapan dan tindakan manusia sangat ditentukan oleh persepsi dari pribadi yang bersangkutan. 3. Kognisi,diperoleh dari kebudayaan, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki individu. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Lama waktu tinggal seseorang akan semakin detail dalam menggambarkan lingkungan yang ditinggali dalam peta kognisinya. 4. Motivasi, erat kaitannya dengan kondisi fisik individu, yaitu kesehatan, kemampuan dan sebagainya. 4.6. Hirarki Struktur Sosial Masyarakat Pola Lingkungan fisik dan sosial dibentuk oleh masyarakat sebagai pembentuk komunitas. Kompleksitas dalam struktur lingkungan fisik dilandasi kompleksitas dalam status sosial dan struktur lingkungan sosialnya. Penggolongan sosial bisa dilakukan secara vertikal yaitu berdasarkan pekerjaan dan penghasilan, juga sistem penggolongan sosial yang terbentuk berdasarkan golongan kepangkatan, daerah dan suku bangsa. 4.7. Teori Privasi Privasi adalah hasrat atau kehendak untuk mengontrol akses fisik maupun informasi terhadap diri sendiri dan pihak lain (Holahan, 1982). Sedangkan personal space adalah perwujudan dari privasi dalam bentuk ruang. Ukuran suatu privasi didasarkan pada empat type: 1. Solitude, yaitu keinginan untuk menyendiri 2. Intimacy, yaitu keinginan untuk mengadakan kedekatan dengan individu atau kelompok lain 3. Anonymity, yaitu keinginan untuk tidak diketahui identitasnya oleh orang lain 4. Reserve, yaitu suatu batas untuk tidak ditembus. 4.8. Konsep Rumah Dinas Militer Di Indonesia konsep rumah dinas militer dikenal pada jaman penjajahan Belanda dengan nama Tangsi Militer.Rumah dinas militer digunakan untuk personil staf, maupun markas komando. Secara umum situasi perumahan dikelompokkan menurut jenjang kepangkatan personel. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kewibawaan antara perwira dan bintara tamtama. Pada prinsipnya perumahan militer yang benar dilingkungan negara RI adalah hunian untuk perwira berada didepan dan hunian untuk bintara dan tamtama dibelakang. Gambar 2. Sketsa Bentuk hunian militer pangkalan Sumber: Wawancara dengan personil AL 2014 148

5. METODOLOGI PENELITIAN 5.1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan analisis secara kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memnberikan asumsi tentang realitas sosial yang bersifat ganda, unik dan komplek. Penelitian ini tidak untuk generalisasi seluruh perumahan dinas AL namun hanya terbatas pada studi kasus di Perumahan Dinas Komplek AL Gedangan. 5.2. Langkah Penelitian Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan penelitian, yairu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian lapangan antara lain meliputi : 1. Observasi pendahuluan 2. Pengambilan data primer melalui wawancara dengan penghuni yang dianggap dapat mewakili terhadap masalah yang diteliti. 3. Pengamatan, sketsa maupun perekaman terhadap aspek fisik lingkungan perumahan. 5.3. Lokasi dan Populasi Lokasi penelitian yang dipilih adalah Rumdis komplek AL Gedangan dengan pertimbangan: 1. Aspek waktu, merupakan salah satu rumah dinas AL yang dibangun lebih dari 20 tahun yang lalu. 2. Aspek pengelompokan menurut jenjang kepangkatan. 3. Aspek fasilitas, merupakan lokasi yang dekat dengan pusat kota, serta fasilitas didalam rumdis yang lebih lengkap dibandingkan rumdis lain di sidoarjo. Pemilihan sampel berdasarkan stratified random sampling yaitu diambil berdasarkan tiaptiap golongan struktur kepangkatan penghuni (Perwira, Bintara/Tamtama dan Purnawirawan). Penentuan responden diarahkan pada kesamaan latar belakang status sosial (pangkat) serta usia tinggal yaitu lebih dari 2 tahun. 6. DESKRIPSI WILAYAH PENGAMATAN Perumahan dinas komplek AL Gedangan terletak didaerah pusat sidoarjo utara, dengan luas kurang lebih 7500 m2. Lokasinya merupakan daerah strategis dengan pencapaian mudah dan transportasi yang cepat. Pintu masuk dapat dicapai melalui jalan utama yaitu jalan raya Tebel. Peraturan yang ditetapkan sehubungan dengan perubahan ruang untuk saat ini masih diijinkan selama tidak merubah bentuk fasade, mengurangi ruangruang yang ada serta menambah ruang secara vertical. Type perumahan yang disediakan tergantung kepada status pangkat penghuni. Untuk perwira disediakan rumah dinas type 80, untuk bintara dan tamtama disediakan type 38. Gambar 3. Sketsa denah hunian Sumber: Wawancara dengan personil AL 2014 149

Fasilitas untuk menunjang kebutuhan anggota disediakan masjid,gereja, poliklinik, posyandu, TK,SD, open space, serta lapangan olah raga. Saat ini penghuni perumahan dinas komplek TNI AL Gedangan berjumlah 342 kepala keluarga, terdapat 6 RT dengan pembagian penghuni perwira sebanyak 48 kk dan penghuni bintara dan tamtama sebanyak 294 kk. Gambar 4. situas jalan komplek perwira Gambar 5. Situasi jalan komplek bintara-tamtama Gambar 6. Tampak depan hunian perwira Gambar 7. Ruang tamu hunian perwira Gambar 8. Tampak depan hunian bintara-tamtama Gambar 9. Dapur hunian bintara-tamtama 7. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 7.1. Peran Faktor Privasi terhadap Tata Letak Ruang Rumah Tinggal Proses adaptasi manusia terhadap lingkungannya pada umumnya disebabkan oleh factor kesadaran (awareness) terhadap pengetahuan, kepercayaan dan norma-norma. Perubahan yang dilakukan oleh penghuni di lingkungan perumahan dinas komplek TNI AL Gedangan ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan privasi sebagai akibat dari jumlah anggota keluarga yang semakin dewasa dan membutuhkan ruang pribadi.proses perubahan rumah dilakukan dengan melakukan ekspansi/ perluasan keluar 75% dan penyekatan 35%. Faktor yang menyebabkan perubahan tersebut: 1. Faktor endogen, seperti: Kebutuhan ruang Perubahan motivasi 2. Faktor exogeen: Situasi perumahan yang tebagi menurut jenjang kepangkatan dan lebar jalan memungkinkan penghuni untuk melakukan perubahan pada rumah tinggalnya sesuai kebutuhan privasinya. 150

7.1.1. Faktor Sosial Budaya Melihat kondisi perumahan dinas di komplek TNI AL Gedangan ini berkaitan dengan aspek struktur hirarki kepangkatan menunjukkan bahwa golongan Perwira menempati struktur jalan yang lebih lebar serta kapling tanah yang lebih luas dibandingkan blok bintaratamtama. Proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya dua hal, yaitu kontak sosial dengan latar belakang profesi yang sama (75%) dan adanya komunikasi. Hasil survey menyatakan untuk golongan bintara-tamtama 70% golongan perwira 30% mengenal sebagian besar penghuni dan lainnya sebatas mengetahui saja Hal ini menunjukkan terjalinnya dengan baik interaksi sosial di blok bintara-tamtama sedangkan pada blok perwira terdapat ketidakeratan antar tetangga. Mereka sebagian besar mengenal dalam satu lingkungan blok dengan jenjang kepangkatan yang sama. Faktor penyebab dari ketidakeratan tersebut adalah: 1. Push factor, disebabkan oleh kesibukan yang tinggi pada golongan perwira terlebih pada orang-orang yang memegang jabatan penting di kesatuannya. Disamping itu penghuni pada golongan perwira mempunyai persepsi mereka tinggal di rumah dinas hanya sementara. Penghuni pada blok perumahan ini sering berganti ganti individu. Penghuni perwira juga bersifat introvert, sehingga sosialisasi jarang dilakukan. Berbeda dengan di golongan bintara-tamtama dengan kehidupan bertetangga masih terjalin. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi status sosialnya semakin besar pula tingkat privasinya. 2. Pull factor, disebabkan jarak dan lebar bangunan. Jika jarak terlalu jauh ada perasaan enggan untuk saling berkomunikasi. Pemenuhan kebutuhan privasi didalam lingkungan rumdis komplek TNI AL Gedangan untuk tiap tiap penghuni tidak sama. Dari pengamatan serta kuisioner didapatkan golongan perwira cenderung lebih menghargai privasi orang/tamu dibandingkan pada golongan bintara-tamtama. Pada golongan perwira, penghuni melakukan interaksi dengan tetangga didalam rumah (90%) sedangkan pada golongan bintara melakukan interaksi dengan tetangga di teras rumah (65%). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pada umumnya kebutuhan ruang tamu untuk golongan perwira lebih luas. 7.1.2. Faktor Sosial Ekonomi Didalam suatu perubahan bentuk rumah tidak bisa dilepaskan dari privasi sebagai salah satu kebutuhan primer. Hal ini terlihat pada rumah dinas golongan bintara-tamtama menyatakan 80% tidak melakukan penambahan ruang dikarenakan dana yang belum mencukupi. Sehingga usaha yang dilakukan cenderung dengan menyekat ruang. Pada golongan perwira penghuni yang tidak melakukan penambahan ruang disebabkan kebutuhan ruang yang disediakan telah memenuhi kebutuhan privasi penghuni. Tetapi apabila kurang memenuhi privasi penghuni golongan perwira ini akan mengadakan penambahan ruang (75%). 7.1.3. Seting Lingkungan Adaptasi yang dilakukan penghuni berkaitan dengan privasi dipengaruhi oleh factor fisik dalam seting lingkungan, meliputi: A. Jarak Bangunan Dari hasil survey menyatakan bahwa interaksi sosial dilingkungan bintara-tamtama lebih erat daripada dilingkungan perwira, hal ini dikarenakan jarak bangunan mempengaruhi hubungan kekerabatan. B. Lokasi Bangunan Dari penelitian didapatkan bahwa sebenarnya penghuni menginginkan tinggal di lokasi yang tidak berdekatan dengan jalan utama (60%) dengan alas an untuk menghindari kebisingan. Dilingkungan yang bising, jarak personal space menjadi lebih lebar, penghuni juga melakukan usaha menambahkan elemen penghalang. Secara umum system penjagaan 151

yang tertutup dengan penjagaan penuh lebih banyak diinginkan penghuni (85%). Hal ini disebabkan penghuni menginginkan factor kenyamanan psikologi yang berhubungan dengan privasi dan keamanan lebih terjaga. C. Massa Bangunan Upaya lay out ruang dilakukan penghuni dengan menambah ruang tidur, ruang tamu dan dapur. Area yang menjadi daerah perluasan adalah halaman depan dan belakang (90%). Perluasan kebelakang dilakukan untuk penambahan ruang tidur dan dapur, sedangkan perluasan halaman depan untuk penambahan ruang tamu. Pada lingkungan perwira tidak ada penambahan ruang yang memanfaatkan halaman depan. Dalam hal ini penghuni masih dalam kondisi bearable, karena kebutuhan ruang untuk mencapai privasi masih terpenuhi. 7.2. Tata Letak Ruang Tinggal Untuk Mencapai Privasi 7.2.1. Rumah dinas type 80 Pada rumah dinas type 80 ini terlihat organisasi ruang pada masing-masing rumah sampel. Kesamaan yang ditemukan: Fungsi ruang pada bangunan utama (awal) masih sama, penambahan ruang cenderung kesamping. Tolak ukur privasi yang terlihat dalam upaya penghuni mengadakan perubahan dan pengaturan tata ruangnya tergantung pada : A. solitude: tata letak ruang yang berkaitan dengan keinginan menyendiri misalnya pada ruang tidur. Penambahan ruang tidur disebabkan karena personal space. Kebutuhan privasi tersebut terutama kepada anggota keluarga yang mulai dewasa. Letak ruang tidur untuk masing masing type berbeda tetapi mempunyai kesamaan yaitu masih berada didalam bangunan. Hal ini disebabkan karena pada bangunan utama fungsi ruang masih tetap sehingga ruang tidur yang ada dianggap lebih mempunyai privasi yang tinggi. B. intimacy: berinteraksi tanpa diganggu yaitu pada ruang yang sifatnya public. C. anonymity: upaya yang dilakukan penghuni terhadap tata letak ruang untuk tidak diketahui oleh orang banyak. D. reserve: berkaitan dengan territory penghuni. 7.2.2. Rumah dinas type 38 Kesamaan yang ditemukan pada rumah type 38 adalah penambahan ruang cenderung kebelakang berupa ruang tidur dan dapur, penambahan teras untuk ruang tamu. Tolak ukur privasi yang terlihat dalam upaya penghuni mengadakan perubahan dan pengaturan tata ruangnya tergantung pada : A. solitude : Kebutuhan paling mendasar bagi penghuni adalah ruang tidur sebagai ruang pribadi. Hasil survey menyatakan bahwa ruang yang diprioritaskan adalah ruang tidur.persepsi penghuni menyatakan bahwa ruang privat adalah ruang yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pribadi (76%). Gambar 10. Denah Perubahan Tipe 80 Gambar 11. Denah Perubahan Tipe 38 152

B. intimacy: sistem kekerabatan yang dibina mempengaruhi ruang tamu sebagai ruang untuk berkumpul bersama dengan penghuni lain. Teras lebih diperluas sebagai alternatif ruang untuk menerima tamu. C. anonymity: upaya yang dilakukan penghuni terhadap tata letak ruang untuk tidak diketahui oleh orang banyak. D. reserve: berkaitan dengan territory penghuni. 8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1. Peran faktor privasi: sosial budaya, sosial ekonomi, dan setting lingkungan 1. Faktor sosial budaya: interaksi sosial di lingkungan perwira kurang erat dibandingkan bintara-tamtama. Hubungan senioritas menyebabkan kebutuhan aktualisasi meningkat, sehingga jarak personal space juga semakin luas. Jadi semakin tinggi status sosialnya semakin besar privasinya. 2. Faktor sosial ekonomi: Golongan bintara-tamtama sebagian besar melakukan penambahan ruang, hanya apabila dana mencukupi. Apabila belum melakukan penambahan ruang mereka melakukan penyekatan ruang terutama untuk ruang keluarga dengan ruang tamu. Sedangkan untuk golongan perwira sebagian besar tidak melakukan penambahan ruang bukan karena dana tetapi karena sudah tercukupi kebutuhan ruang. 3. Setting lingkungan: Bentuk rumah yang berdekatan dan berderet tanpa halaman samping mempengaruhi tingkat kekerabatan antar penghuni, namun disisi lain privasi penghuni kurang terjaga. 8.1.2. Tata Letak Lay Out Ruang untuk Mencapai Privasi 1. Lay out ruang rumah tinggal Bintara-Tamtama: Perluasan pada rumah dinas Bintara - Tamtama sebagian besar dilakukan pada teras dan taman depan yang digunakan untuk ruang tamu, serta halaman belakang yang digunakan untuk dapur. Kebutuhan ruang yang berkaitan dengan privasi antara lain teras, ruang tamu, ruang tidur untuk orang tua dan anak, dapur dan kamar mandi. Pada halaman belakang diberikan jalur alternatif untuk interaksi dengan penghuni lain tetapi sebagian penghuni menutup dan mempergunakan untuk dapur. 2. Lay out rumah tinggal Perwira: Lay out untuk ruang semi privat lebih luas. Kebutuhan ruang berkaitan dengan privasi adalah ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur untuk orang tua dan anak, ruang makan, dapur, gudang serta kamar mandi. 8.2. Rekomendasi 8.2.1. Bagi Perancang Dalam merencanakan sebuah perumahan dinas AL tidak hanya memperhatikan seting lingkungan, tetapi perlu pemahaman terhadap perilaku penghuni. 8.2.2. Bagi Penentu Kebijakan Perlu disusun peraturan tentang perumahan dengan system dan konsep yang sama. Perlu pembinaan dalam kaitannya dengan pembangunan fisik penghuni. Suatu usulan desain pada rumah dinas yaitu suatu rumah tinggal dengan kebutuhan minimal untuk masingmasing golongan sesuai dengan kebutuhan privasi masing-masing. Besaran rumah disesuaikan dengan hirarki kepangkatan dan tata letak ruang dapat dibongkar pasang. 8.2.3. Bagi Peneliti Penelitian ini lebih menekankan pada sisi arsitektur, oleh karena itu perlu ditindak lanjuti pada sisi psikologisnya. Penelitian ini juga hanya berfokus pada rumah dinas AL di Komplek Gedangan Sidoarjo. Perlu dilakukan penelitian di lingkungan perumahan dinas yang lain yang bersifat homogen dan tertutup. 153

REFERENSI Rapoport, Amos, 1969, House Farm and Culture, Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs., New York. Gifford, Robert, 1943, Environmental psychology, Principles and Practice. Allyn and Bacon, Inc.Toronto. Setyohadi, Bambang, 1998, Kajian Keterkaitan Kemampuan Bertahan Permukiman Dengan Struktur Sosial Masyarakat. Thesis Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana UNDIP Semarang. Silas, Johan, 1996, Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Yayasan Keluarga Bhakti Surabaya dan Surabaya Post, Surabaya. Heimsath, Norman W.1988. Environmental Psychology, Brooks/ Cole Publising Company. California. Lang, Jon. 1987, Creating Architectural Theory, Von Nostrand Reinhold. New York. Budiharjo, E. 1984. Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung, Alumni. Haryadi B, 1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Pengembangan Pusat Studi Lingkungan DIKTI. Holahan.C.J, 1982, Environmental Psychology, New York: Random House. 154