FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA KELELAHAN MATA (ASSTENOPIA) PADA KARYAWAN PENGGUNA KOMPUTER PT.GRAPARI TELKOMSEL KOTA KENDARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. penglihatan atau kelainan refraksi (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya)

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR KOMPUTER DI KANTOR SAMSAT PALEMBANG TAHUN 2009

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom

HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME)

BAB I PENDAHULUAN. adalah Game Online. Menurut data statistik yang diperoleh dari Google Analytic

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber: Netter ed.5)

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja akibat gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA SISWA JURUSAN TKJ DI SMK I TAHUNA

ABSTRACT

Analisis Faktor Individu dan Lingkungan terhadap Keluhan Syndrome pada Karyawan Bagian Central Control Room PT. X Jepara

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Afrini Nurul Afifah. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY. Kata Kunci : Kelelahan Mata, Operator, Komputer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Gambaran umum Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DENGAN KELELAHAN MATA DI SMA NEGERI 3 KLATEN. INTISARI Fitri Suciana*

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Pertemuan 03 ERGONOMIK

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR TERHADAP KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA PEKERJA LAYOUT EDITOR DI CV. X TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk. memasyarakat dikalangan anak-anak. Hal ini mungkin menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

ABSTRAK SKRINING GEJALA COMPUTER VISION SYNDROME PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ROSA (RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT)

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA KELELAHAN MATA (ASSTENOPIA) PADA KARYAWAN PENGGUNA KOMPUTER PT.GRAPARI TELKOMSEL KOTA KENDARI Abdul Rahim Sya ban 1, I Made Rai Riski 2 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Mandala Waluya Kendari 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari ABSTRAK Penggunaan komputer jangka panjang dapat beresiko gangguan kelelahan mata atau astenopia. World Health Organitation (WHO) mencatat angka kejadian astenopia di dunia rata-rata 75% per tahun. Kelompok pekerja kantor dengan penggunaan teknologi komputer merupakan bagian dari kategori resiko tertinggi terjadinya Astenopia, beberapa studi mengindikasikan bahwa 35 48% dari pekerja kantor menderita Astenopia. Sejumlah peneliti menunjukkan bahwa gejala penglihatan muncul pada 75-90% pengguna komputer selain efek stress sesuai data The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer PT Grapari Telkomsel kota Kendari melalui metode analitik observasi dengan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian adalah seluruh karyawan pengguna komputer di Grapari Telkomsel Kendari yang berjumlah 33 responden. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan usia dengan keluhan kelelahan mata (nilai ρ Value = 0,464 > α), ada hubungan durasi paparan dengan keluhan kelelahan mata (nilai ρ Value = 0,000 < α), ada hubungan tingkat radiasi pencahayaan komputer dengan keluhan kelelahan mata (nilai ρ Value =0,03 < α), tidak ada hubungan jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata (nilai ρ Value =0,346 > α). Perlu adanya teknologi anti radiasi untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pekerja telekomunikasi khususnya pengguna komputer. Kata Kunci : Kelelahan mata (astenopia), usia, durasi paparan, radiasi, jarak monitor ABSTRACT Long-term computer use can be risk of astenopia. World Health Organitation (WHO) recorded that astenopia case in the world on average of 75% per year. The office workers who the users of computer technology is part of the highest risk category of astenopia, some studies indicate that 35-48% of office workers suffer astenopia. Some researchers indicate that astenopia symptoms appear in 75-90% of computer users beside the effects of stress according to the data of the National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). This study aims to determine the factors associated with the case of eye fatigue of employee computer users PT Telkomsel Grapari Kendari through analytic methods of observation with cross sectional study. The samples of this study are 33 respondent of employees in Kendari Telkomsel Grapari. The results show that there is no association between age with symptoms of eye fatigue (ρvalue value = 0.464> α), there is a correlation with the duration of exposure to eye fatigue (ρvalue value = 0.000 <α), 754

there is a relationship between the level of radiation of computer and eye fatigue (value ρvalue = 0.03 <α), there is no relation between distance of monitor and eye fatigue (ρvalue value = 0.346> α). Anti-radiation technology is required to anticipate telecommunications worker health problems, especially computer users. Keywords : Eye Fatigue (astenopia), age, duration of exposure, radiation, distance monitor 1. PENDAHULUAN Penggunaan komputer dalam waktu lama beresiko terkena mata lelah atau astenopia. Angka kejadian astenopia berkisar 40 persen sampai 90 persen. Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan bahwa 35 48% dari pekerja kantor menderita problema tersebut (WHO, 2003) 1. Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-otot tersebut untuk bekerja keras, sebagaimana otot-otot yang lain akan bisa membuat mata mengalami gangguan. Gejalanya mata terasa pegal biasanya akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit (Pearce, 2009) 2. Kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun. Ketajaman penglihatan juga dapat turun sewaktu-waktu terutama pada saat daya tahan tubuh menurun atau 755

mengalami kelelahan. Gejala umum lainnya yang 756 sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah sakit punggung, sakit pinggang dan vertigo. Pandangan kabur pada pengguna komputer dapat bermanifestasi menjadi myopia, hipermetropi dan astigmat (Depkes RI, 1990) 3. Timbulnya kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor pekerja maupun faktor lingkungan. Faktor pekerja dapat berupa kelainan refraksi, usia, perilaku yang beresiko, faktor keturunan, dan lama kerja.gejala visual juga dapat diakibatkan dari pencahayaan yang tidak sesuai, cahaya yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar monitor yang sulit dibaca, dan pola istirahat mata. Sejumlah peneliti telah menunjukkan bahwa gejala penglihatan muncul pada 75-90% pengguna komputer. Penggunaan komputer dapat menimbulkan stress, dimana operator komputer memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainthe National Institute of (Occupational Safety and Health, 2014) 4. Di Indonesia, prevalensi severe low vision atau dalam bahasa Indonesianya merupakan kerusakan fungsi penglihatan dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 pada usia produktif (15-54 tahun) sebesar 1,49 persen dan prevalensi kebutaan sebesar 0,5 persen. Prevalensi severe low vision dan kebutaan meningkat pesat pada penduduk kelompok umur 45 tahun keatas dengan rata-rata peningkatan sekitar dua sampai tiga kali lipat setiap 10 tahunnya. Prevalensi severe low vision dan kebutaan tertinggi ditemukan pada penduduk kelompok umur 75 tahun keatas sesuai peningkatan proses degeneratif pada pertambahan usia. Untuk prevalensi severe low vision di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara sendiri yakni sebesar 0,9 persen dan prevalensi kebutaan sebesar 0,4 persen. (Riskesdas 2013) 5. Dari hasil penelitian sebelumnya yang meneliti tentang keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer pada karyawan Corporate Costumer Care Center pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 diperoleh bahwa dari 51 orang responden terdapat 46 orang (90,2 %) yang mengalami keluhan kelelahan mata dan 5 orang responden (9,8 %) lainnya tidak mengalami gangguan keluhan kelelahan mata (Nourmayanti, 2009) 6.

PT. Graha Pari Sraya atau yang disingkat Grapari merupakan kantor pelayanan Telkomsel yang merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar dan memiliki pengguna terbanyak di Indonesia dan salah satu operator seluler yang memiliki pengguna terbanyak di Kota Kendari. Dalam pelaksanaan pelayanan setiap harinya karyawan Grapari selalu berkutat dengan perangkat kerja berupa komputer untuk memudahkan dalam pelayanan. Dimana hal tersebut berpotensi sebagai penyebab terjadinya keluhan kelelahan mata. Survei awal yang dilakukan melalui wawancara langsung terhadap karyawan yang bersangkutan yang dalam kegiatan sehari-harinya menggunakan komputer. Ditemukan bahwa hampir setiap karyawan mengalami gejala keluhan kelelahan mata. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. (Murti, 2009) 7.Populasi dalam penelitian adalah karyawan pengguna komputer yang dalam kegiatan kerja sehari-harinya selalu bertatap langsung dengan layar monitor dengan jumlah 33 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) yakni 33 orang (Notoatmojo, S. 2010) 8. Hasil Penelitian Analisis dilakukan dengan uji statistik Chi-Square dengan menggunakan derajat kemaknaan 5% untuk memperoleh gambaran hubungan antara variabel usia, durasi lama paparan, tingkat pencahayaan radiasi komputer, dan jarak monitor dengan kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Grapari Telkomsel Kendari tahun 2014. 757

Hubungan Antara Usia Dengan Gejala Keluhan Kelelahan Mata Hasil penelitian, dari 3 responden karyawan yang berusia 45 tahun terdapat 2 orang (66,7%) mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 1 orang (33,3%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan karyawan yang berusia < 45tahun berjumlah 30 orang, terdapat 25 orang (83,3%) yang mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 5 orang (28,6%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis tidak memenuhi syarat chisquarekarena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 50% maka diambil p valuepada analisis fisherexact(ρ Value = 0,464). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002), ρ Value (0,464) > 0,05 maka hipotesis (H 0 ) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di GrapariTelkomsel Kendari tahun 2014. Hubungan Antara Durasi Lama Paparan Dengan Gejala Keluhan Kelelahan Mata Hasil penelitian, dari 27 responden karyawan yang terpapar selama 4 jam, terdapat 26 orang (96,3%) mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 1 orang (3,7%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan karyawan yang terpapar < 4 jam berjumlah 6 orang, terdapat 1 orang (16,7%) yang mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 5 orang (83,3 %) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis tidak memenuhi syarat chisquarekarena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 50% maka diambil p valuepada analisis fisherexact(ρ Value = 0,00). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002), bahwa jika ρ Value (0,000) < 0,05 maka hipotesis (H 0 ) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara durasi lama paparan dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. GrapariTelkomsel Kendari tahun 2014.Jika Ha diterima, maka kemudian dilanjutkan dengan uji keeratan hubungan. Dari hasil uji analisis keeratan 758

hubungan didapatkan bahwa nilai correlationcoefficient yaitu 0,796, maka durasi lama paparan dengan gejala keluhan kelelahan mata memiliki hubungan kuat (0,601-0,800 = hubungan kuat). Hubungan Antara Tingkat Pencahayaan Radiasi Komputer Dengan Gejala Keluhan Kelelahan Mata Hasil penelitian, dari 26 responden karyawan yang bekerja pada tingkat pencahayaan < 300 lux, terdapat 24 orang (92,3%) mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 2 orang (7,7%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan karyawan yang bekerja pada tingkat pencahayaan 300 lux berjumlah 7 orang, terdapat 3 orang (42,9%) yang mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 4 orang (57,1 %) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis tidak memenuhi syarat chisquarekarena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 50% maka diambil p valuepada analisis fisherexact (ρ Value = 0,011). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002), bahwa jika ρ Value (0,011) < 0,05 maka hipotesis (H 0 ) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pencahayaan radiasi komputer dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. GrapariTelkomsel Kendari tahun 2014. Jika Ha diterima, maka kemudian dilanjutkan dengan uji keeratan hubungan. Dari hasil uji analisis keeratan hubungan didapatkan bahwa nilai correlationcoefficient yaitu 0,332, maka durasi lama paparan dengan gejala keluhan kelelahan mata memiliki hubungan lemah (0,201 0,400 = hubungan lemah) Hubungan Antara Jarak Monitor Dengan Gejala Keluhan Kelelahan Mata Hasil penelitian, dari 20 responden karyawan yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm, terdapat 17 orang (85,0%) mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 3 orang (15,0%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Sedangkan karyawan yang bekerja dengan jarak monitor 50 cm berjumlah 13 orang, terdapat 10 orang (76,9%) yang mengalami keluhan kelelahan mata dan terdapat 3 orang (23,1 %) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. 759

Hasil analisis tidak memenuhi syarat chisquarekarena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 50% maka diambil p valuepada analisis fisherexact (ρ Value = 0,659). Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002), bahwa jika ρ Value (0,659) > 0,05 maka hipotesis (H 0 ) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. GrapariTelkomsel Kendari tahun 2014. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Usia Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal (cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada usia 45 50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Guyton, 1991) 9. Penelitian ini persentase pekerja yang memiliki usia < 45 tahun lebih banyak yaitu 30 orang (90,9%) dibanding pekerja yang memiliki usia 45 tahun yaitu 3 orang (9,1%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan kelelahan mata. Dari seluruh pekerja yang memiliki usia 45 tahun sebagian mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis bivariat juga diketahui ρvalue yaitu 0,464 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena terkait dengan variabel lain seperti durasi lama paparan dari layar monitor dan tingkat pencahayaan radiasi komputer. Disamping itu pula pekerja yang berusia 45 tahun dalam penelitian ini 760

berjumlah sangat sedikit sehingga sulit untuk melihat adanya hubungan antara variabel. Hal ini disebabkan karena sistem perekrutan karyawan yang menggunakan sistem kerja outsourching dimana karyawan yang bekerja paling lama memiliki masa kontrak selama 3 tahun, dan responden yang berusia 45 tahun merupakan karyawan tetap yang sudah mengabdi lebih dari 20 tahun. Dalam hasil penelitian terdapat pula 1 responden yang memiliki usia 45 tahun namun tidak mengalami kelelahan mata, dimana seharusnya usia 45 tahun merupakan kelompok yang beresiko, hal ini disebabkan karena responden yang berusia 45 tahun tersebut merupakan Manager Branch Kendari dimana frekuensi lama paparan dari komputer < 4 jamdalamsehari. Dari hasil penelitian terdapat pula banyak diantara usia < 45 tahun yang mengalami kelelahan mata, dimana usia tersebut merupakan kelompok yang tidak beresiko, namun hal ini di pengaruhi oleh lama paparan dari komputer terhadap responden. Kelelahan mata relatif lebih dipengaruhi dari faktor pekerjaan dibandingkan usia. Kelelahan mata menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stres yang berlebihan terhadap fungsi mata, diantaranya adalah tegangnya otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang kecil dalam jarak sangat dekat. Kelelahan mata bersifat reversible yang berarti jika mata mengalami kelelahan maka dengan melakukan istirahat yang cukup kondisi mata akan kembali pulih. Berbeda dengan ketajaman penglihatan yang lebih dipengaruhi oleh usia. Bertambahnya usia secara fisiologis mengakibatkan penurunan fungsi organ mata sehingga terjadi penurunan kemampuan penglihatan yang dapat dilihat melalui uji visus. Uji visus ini menggambarkan kemampuan penglihatan seseorang dibandingkan dengan penglihatan orang normal. Durasi Lama Paparan Seseorang pekerja yang bekerja menggunakan peralatan komputer tentunya juga akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer akan selalu berinteraksi dan berhadapan dengan monitor dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus menerus akan membuat mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan pandangan 761

pada bidang layar monitor (Ankrum, 1996). Lamanya penggunaan komputer tidak lebih dari 4 jam sehari. Apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi (Firmansyah, 2010) 10. Penelitian ini persentase pekerja yang terpapar 4 jam lebih banyak yaitu 27 orang (81,8%) daripada pekerja yang mengalami durasi lama paparan < 4 jam yaitu 6 orang (18, 2%). Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara durasi lama paparan dengan keluhan kelelahan mata. Dari seluruh pekerja yang terpapar 4 jam sebagian mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis bivariat juga diketahui bahwa hasil ρvalue yaitu 0,00 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara durasi lama paparan dengan kelelahan mata. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa durasi lama paparan monitor komputer mempengaruhi dengan gejala keluhan kelelahan mata. Hal ini disebabkan karena otot mata yang dipaksa bekerja secara terus menerus sehingga mengalami ketegangan otot dan menyebabkan kelelahan mata. Hal ini sesuai dengan gejala kelelahan mata yang paling banyak dikeluhkan yakni mata perih. Dimana mata yang selalu dipaksa menatap layar monitor selalu berakomodasi sehingga frekuensi kedipan mata berkurang dan menyebabkan bola mata menjadi kering sehingga mata menjadi perih. Hal ini sesuai dengan penelitian dimana terdapat hubungan yang bermakna antara lama penggunaan komputer dengan keluhan subjektif (p=0,001) dimana persentase keluhan meningkat sesuai dengan peningkatan lama penggunaan komputer (Kusumawati, 2010) 11. Hasil penelitian di dapatkan 1 responden yang mengalami paparan 4 jam namun tidak mengalami keluhan kelelahan mata dimana seharusnya kelompok yang terkena paparan 4 jam berisiko mengalami kelelahan mata. Hal ini disebabkan karena responden tersebut merupakan karyawan baru yang baru bekerja pada tenaga administrasi dan dari riwayat pekerjaan sebelumnya responden tersebut belum lama bekerja menggunakan perangkat kerja komputer. Terdapat pula 1 responden yang mengalami paparan < 4 jam namun mengalami kelelahan mata, hal ini disebabkan karena responden tersebut sebelumnya telah 762

mengalami kerusakan mata sehingga resiko mengalami kelelahan mata cukup besar meskipun paparan dari monitor komputer < 4 jam. Tingkat Pencahayaan Radiasi Komputer Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih mudah (Imamsyah, 2009) 12. Tingkat pencahayaan ruang kerja menurut Keputusan Menteri Kesehatan minimal 100 lux. Tetapi standar pencahayaan untuk ruang perkantoran administrasi dan ruang kerja yang menggunakan komputer (Kepmenkes, 2002) 13. Variabel tingkat pencahayaan, hasil yang didapatkan dari analisis bivariat adalah sebagian besar pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan < 300 lux mengalami keluhan kelelahan mata. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis bivariat juga diketahui ρvalue yaitu 0,11 > 0,05 yang berarti ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata. Di GrapariTelkomsel Kendari, tingkat pencahayaan ruangan kerja yang memadai hanya terdapat pada bagian yang letaknya dekat dengan kaca jendela. Sedangkan ruangan lainnya sebagian besar tidak memiliki akses cahaya matahari langsung. Dari 33 meja kerja yang diukur tingkat pencahayaannya, terdapat 7 meja yang memiliki pencahayaan sesuai dengan standar pencahayaan. Dari hasil penelitian terdapat 2 responden yang bekerja pada tingkat pencahayaan < 300 lux namun tidak mengalami kelelahan mata hal ini diakibatkan karena responden tersebut mengalami paparan dari komputer < 4 jam. Ada pula 3 responden yang bekerja pada tingkat pencahayaan 300 lux namun masih mengalami kelelahan mata, hal ini juga sangat berkaitan dengan lama paparan dari monitor komputer, tingkatkecerahanpadalayar monitor danjenislayar monitor yang digunakan. Dengan demikian kondisi tersebut tentunya tidak sesuai dengan standar pencahayaan pada ruang komputer dan konsep ergonomi yang berusaha 763

meningkatkan kesehatan fisik dan mental, menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat demi tercapainya peningkatan produktivitas, penurunan angka kecelakaan yang berhubungan dengan kerja dan kelelahan. Kurangnya pencahayaan di tempat kerja dapat mengakibatkan kelelahan mata, sebab pekerja akan lebih mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akan membuat proses akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau kabur (Padmanaba, 2006) 14. Kelelahan mata dapat terjadiapabila mata difokuskan pada objekyang berjarak dekat dalam waktu yanglama karena otot-otot mata harusbekerja lebih keras untuk melihat objekyang berjarak sangat dekat, terutamajika disertai dengan pencahayaan yangmenyilaukan. Jika seseorang bekerjamelihat objek bercahaya di atas dasarberwarna pada jarak dekat secara terusmenerus dalam jangka waktu tertentumengakibatkan mata harusberakomodasi dalam jangka waktuyang lama sehingga terjadi penurunandaya akomodasi mata (Rachmawati, 2011) 15.Faktor ekstrinsik yang menyebabkankelelahan mata adalah iluminasi.kuantitas iluminasi yaitu cahaya yangberlebihan dapat menimbulkan silau,pandangan terganggu, dan menurunnyasensitivitas retina. Kualitas iluminasiyaitu meliputi kontras, sifat cahaya(flicker), dan warna. Kontrasberlebihan atau kurang, cahayaberkedip atau menimbulkan flicker,dan warna-warna terang, akanmenyebabkan mata menjadi cepat lelah(santoso & Widajati. 2011) 16. Kondisi pencahayaan yang redup maupun yang menimbulkan silau akan dapat menyebabkan terjadinya keluhan seperti mata selalu terasa mengantuk sebagai gejala umum adanya kelelahan mata (eye fatigue). Sedangkan keluhan terasa tegang pada bagian leher dan bahu merupakan dampak akomodasi mata yang berlebihan untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan yang ada. Akomodasi mata yang maksimal bahkan cenderung berlebihan dapat disebabkan oleh tingkat pencahayaan yang rendah maupun tinggi atau menyilaukan.(supriati, 2012) 17. 764

Jarak Monitor 765 Tidak ada batasan pasti tentang jarak ini, dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya seperti besar monitor, namun menurut OSHA disebutkan bahwa jarak mata terhadap layar monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Ada pula sebagian ahli yang menyimpulkannya dalam rumus yang didapat dengan mengkalikan lebar diagonal layar dengan bilangan dua. Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama untu melihat jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja perkantoran. Hal ini sesuai dengan alasan atau penyebab utama terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu dekat dengan monitor, sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup dekat dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak dikhususkan untuk melihat dari jarak dekat. (OSHA 1997) 18. Pada variabel jarak monitor, didapatkan hasil bahwa baik pekerja yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm yaitu 20 orang (60,6%) maupun dengan jarak 50 cm yaitu 13 orang (39,4%) sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata.hal tersebut mungkin terjadi karena karena adanya faktor lain seperti pencahayaan yang kurang sehingga baik pekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan 50 cm tetap mengalami keluhan kelelahan mata. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye juga akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata (Setiawan, 2010) 19. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 3 responden yang bekerja dengan jarak monitor < 50 cm namun tidak mengalami kelelahan mata,hal ini bertolak belakang dengan teori bahwa jarak monitor < 50 cm lebih beresiko terkena kelelahan mata, hal ini disebabkan karena lama paparan < 4 jam dan

tingkat pencahayaan pada meja pekerja 300 lux, sehingga responden tidak mengalami kelelahan mata. Terdapat pula 10 responden yang bekerja dengan jarak 50 cm namun mengalami kelelahan mata, hal ini juga sangat berkaitan dengan lama paparan dalam seharinya pekerja terpapar selama 4 jam dan tingkat pencahayaan meja kerja karyawan < 300 lux. Upaya lain terkait dengan monitor itu sendiri adalah dengan meletakkan layar monitor sedemikian rupa sehingga tidak ada pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang kerja dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada mata. Kemudian buatlah cahaya latar layar komputer dengan warna yang dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan warna huruf yang kontras. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar monitor komputer untuk mengurangi radiasi maupun kesilauan. Untukkenyamanan, monitor harus diatursehingga mata anda sama tingginyadengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cmdi bawah bagian atas casing monitor.monitor yang terlalu rendah akanmenyebabkan leher dan pundak andanyeri (Taylor, 2007) 20. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Grapari Telkomsel Kendari dengan jumlah responden sebanyak 33 orang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. Grapari Telkomsel Kendari tahun 2014. Terdapat hubungan antara durasi lama paparan dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. Grapari Telkomsel Kendari tahun 2014 dengan tingkat keeratan hubungan yaitu hubungan kuat. Terdapat hubungan antara tingkat pencahayaan radiasi komputer dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. Grapari Telkomsel Kendari tahun 2014 dengan tingkat keeratan hubungan yaitu hubungan lemah. Tidak ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna komputer di PT. Grapari Telkomsel Kendari tahun 2014. 766

5. SARAN Diharapkan bagi perusahaan dapat memberikan penerangan di ruangan sesuai dengan standar yang dianjurkan untuk ruang kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux, pemasangan pelindung pada layar monitor, melakukan pemeriksaan mata secara berkala dan diharapkan para pekerja memiliki kesadaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja misalnya menggunakan kaca mata khusus anti radiasi pada saat bekerja dan kesadaran akan bahaya radiasi pada penglihatan jangka panjang. DAFTAR PUSTAKA [1] World Health Organization. 2003. Management Of Astenpia Disorder. WHO, Switzerland. [2] Pearce EC, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Alih bahasa: Handoyono SM. Jakarta. PT Gramedia :314-324 [3] Departemen Kesehatan RI. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. [4] Occupational Health and Safety Unit. 2014.Visual Fatigue. The University of Quessland. [5] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. [6] Nourmayanti, dian. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer Di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, tbk Tahun 2009.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. [7] Murti, Bhisma. 2009. Prinsip Dan Metodologi Riset Epidemiolog iedisi II. Yogyakarta : GadjahMada University Press. [8] Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta [9] Guyton, AC. 1991. Fisiologi Kedokteran II, Diterjemahkan oleh Adji Dharma, Jakarta: EGC Buku Kedokteran. 767

[10] Firmansyah, Fatoni. 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada Tenaga Kerja Di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta Timur.Universitas Sebelas Maret. Surakarta. [11] Kusumawaty, Santydkk. 2010. Computer Vision Syndrome Pada Pegawai Pengguna Komputer Di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Makassar.UniversitasHasanuddin. Makassar. [12] Departemen Kesehatan RI. 2002. Kepmenkes RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja. [13] Imamsyah, Budi. 2009. Dampak Sistem Pencahayaan Bagi Kesehatan Mata. Sinar Harapan. Jakarta. [14] Padmanaba, CokGdRai. 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior. Dimensi Interior, Vol.4, No.2, Desember 2006: 57-63. [15] Rachmawati, Nurmaya. 2011. Hubungan Intensitas Penerangan Dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor Dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer Di Kelurahan X. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. [16] Santoso & Widajati. 2011. Hubungan Pencahayaan dan Karakteristik Pekerja dengan Keluhan Subyektif Kelelahan Mata pada Operator Komputer Tele Account Management Di PT. Telkom Regional 2 Surabaya. Universitas Airlangga.Surabaya. [17] Supriati, Febriana. 2012. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Kelelahan Mata Pada Karyawan Bagian Administrasi Di PT. Indonesia Power UBP Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang. [18] OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U.S. Department of Labor Occupational Safety and Health Administration. [19] Setiawan, Deni. 2010. Analisis Kelelahan Mata Pekerja Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Intensitas Penerangan Dibawah Standar Di Ruangan Office PT. Buma Jobsite Adaro.Universitas Sebelas Maret. Surakarta. [20] Taylor, K.B.E., 2007. An Analysis of Computer Use Across 95 Organizations in Europe, North America and Australasia. 768