BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses. Manusia

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Starlet Gerdi Julian / /

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

A. Identitas Program Studi

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

PROGRAM STUDIS1 TEKNIK KOMPUTER SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

V. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA. A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA. Imam Gunawan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya terhadap 31 responden

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan Islam dan para pengambil kebijakan, baik itu yang tertulis dalam jurnal, majalah, koran, buku atau media lainnya, telah memperkaya dan menambah wawasan kita tentang bagaimana pendidikan Islam terutama yang ada di Indonesia. Salah satu pengertian yang bisa kita ambil adalah bahwa pendidikan Islam ialah pendidikan yang dibangun atas dasar fitrah manusia, yang senantiasa bertujuan menumbuhkan kepribadian total manusia secara seimbang melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. 1 Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 2 Pendidikan Islam memang mengajarkan kepada kita untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia. 1 Abdullah Adi, Revitalisasi, 61-62. 2 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat, 23-24. 72

73 Pendidikan Islam memotivasi semua aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan hidup manusia. Tidak hanya terfokus pada satu potensi yang perlu dikembangkan misalnya hanya intelektual saja atau latihan spiritual saja namun perlu keseimbangan dan keselarasan dalam mewujudkan manusia secara ideal. Dengan mewujudkan manusia yang ideal, Islam sebagai sebuah agama sekaligus sebuah sistem nilai telah mengajarkan adanya penghargaan terhadap eksistensi manusia yang merupakan makhluk beradab, berpikir, dan memiliki kesadaran. Karena kedudukan manusia dalam Islam dan lebih-lebih dalam kajian spiritualitas Islam, merupakan pencerminan dari kekuasaan Allah SWT. Pendidikan Islam yang berusaha untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebenarnya sudah terwujud dalam konsep Islam itu sendiri. Dimana Islam sangat menghormati kedudukan manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat tinggi jika dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia diberikan akal untuk berpikir. Dan disini tugas utama sebuah pendidikan adalah untuk mengubah potensi dalam diri manusia menjadi kemampuan dan keterampilan yang berdaya guna bagi seluruh alam semesta, sebagai makhluk pribadi yang bertaqwa kepada Tuhan YME sekaligus sebagai makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan makhluk lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa eksistensi manusia di dunia ini karena adanya kehendak dari Allah, oleh karena itu peran agama tidak boleh dilupakan.

74 Namun secara kontekstual, pernyataan ini tidak sesuai karena meskipun kita secara sadar mengakui bahwa agama adalah pondasi kita dalam melakukan segala hal terutama sebagai seorang muslim pada kenyataannya masih jauh dari impian tersebut. Misalnya, kita masih mengalami dehumanisasi, lawan dari humanisasi. Artinya sering kali kita terhadap sesama manusia melakukan tindakan tidak manusiawi, berbuat semena-mena, tidak bisa menghargai pendapat orang lain dan semacamnya. Hal ini merupakan satu permasalahan yang sampai sekarang masih sering terjadi. Pendidikan Islam saat ini diakui banyak pihak masih terkungkung dalam kumunduran, kekalahan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Seperti yang tertera dalam tulisan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa kondisi kemunduran di dunia pendidikan kita saat ini karena beberapa hal, diantaranya adalah karena pendidikan Islam cenderung menitikberatkan pada hubungan vertikal dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia sebagai khalifatullah, karena kecenderungan tersebut menyebabkan masyarakat kita kurang memiliki kepedulian terhadap sesama, minimnya upaya pembaruan dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan krisis terhadap isu-isu aktual, potensi peserta didik kurang dikembangkan secara proporsional dan masih berpusat pada guru, peserta didik juga kurang memiliki kemandirian dan tanggung jawab dalam belajar, model pembelajaran pendidikan Islam mengasingkan pendekatan komunikatif-humanistik.

75 Lain halnya di dunia Barat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman Mas ud bahwa disana sangat menjunjung tinggi nilai humanisme, terlebih lagi munculnya istilah humanisme pertama kali adalah dari sana. 3. Hal ini jarang terjadi di negara kita yang notabene Islam telah mengajarkan untuk berbuat kebaikan terhadap sesama makhluk Allah. Di negara kita, apabila tidak saling kenal memang jarang memberikan tumpangan atau justru memilih untuk tidak kenal dan bersikap acuh tak acuh. Melihat fenomena tersebut, diperlukan sekali satu solusi besar agar pendidikan Islam secara praktis tidak salah kaprah. Dan solusi itu adalah pemahaman tentang konsep humanisme. Menurut Ali Syari ati, definisi humanisme adalah himpunan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang berorientasi pada keselamatan dan kesempurnaan manusia. 4 Humanisme dalam Islam tidak bisa lepas dari konsep hablum minanna>s, manusia sebagai agen Tuhan di bumi atau khalifatulla>h yang memiliki seperangkat tanggung jawab baik sosial atau lingkungan. Selaras dengan pendapat di atas, pak Rahman memberikan gagasannya tentang humanisme religius. Humanisme religius menurut Rahman adalah shock theraphy terhadap ketidakseimbangan paradigmatik yang berkembang dalam dunia pendidikan Islam. Menurutnya humanisme religius adalah cara pandang agama yang menempatkan manusia sebagai manusia dan suatu usaha humanisasi ilmu-ilmu 3 Hasil ungkapan Abdurrahman Mas ud dalam wawancara di Juanda Surabaya tanggal 09 Februari 2016 Pukul 15.00 WIB. 4 Ali Syari ati, Humanisme, 39.

76 pengetahuan dengan penuh keimanan yang disertai hubungan manusia dengan Allah SWT dan sesama manusia atau hablum minalla>h dan hablum minanna>s. 5 Dalam konteks Indonesia yang dimaksud dengan humanisme religius adalah humanisme yang dijiwai oleh nilai-nilai suci dari ajaran agama. Ada sinergi dan integrasi antara pandangan terhadap manusia sebagai makhluk yang harus dikembangkan seluruh potensinya dan bagaimana pengembangan tersebut tidak bertentangan atau menyimpang dari ajaran agama yang menjadi identitas bangsa Indonesia. 6 Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka humanisme religius adalah sebuah konsep pendidikan yang merujuk pada adanya unsur memanusiakan manusia, mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia secara intelektual maupun religius tanpa meninggalkan nilai-nilai agama yang mendasarinya. Untuk lebih memahami tentang humanisme religius, kalau boleh diperkenankan maka penulis akan merangkum dua pilar yang tidak boleh dilupakan dalam memahami konsep ini, yaitu pertama pilar kemanusiaan. Manusia adalah subjek utama dalam konsep humanisme, hal ini mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Oleh karenya segala potensi harus dikembangkan secara optimal. Karena dengan potensi ini manusia diharapkan mampu mencari kebenaran dan mengkritisi terhadap sesuatu yang dianggap salah. Dan yang kedua, adalah pilar keagamaan. Untuk mewujudkan manusia secara utuh 2010), 8. 5 Abdurrahman, Menggagas, 193. 6 Nurkholis, Reorientasi Dan Implementasi Pendidikan Humanis Religius, Ta allum, 1 (Juni,

77 tidak cukup hanya didasari pengembangan potensi saja, namun juga harus didasari oleh pemahaman agama yang mampu mengarahkannya pada kebenaran yang hakiki. Artinya bagaimanapun juga manusia tetap membutuhkan arahan dan petunjuk dari agama agar tidak selalu terjerumus pada kesalahan. Dengan berbagai diskursus tentang pendidikan Islam diperlukan perombakan terhadap paradigma pendidikan Islam itu sendiri. Jika paradigma bisa diibaratkan sebagai sebuah pondasi, yang mana kuat tidaknya sebuah bangunan itu tergantung dari pondasi yang mendasarinya. Dalam rangka menuju pendidikan yang humanisme religius diperlukan beberapa perubahan paradigma pendidikan, diantaranya: 1. Menghilangkan sistem pendidikan yang dikotomik dan menggantinya dengan sistem pendidikan non dikotomik. Sebagai jawaban atas ketimpanganketimpangan yang sering terjadi. Penjelasan non dikotomik disini artinya terdapat kesesuaian antara ilmu agama dan ilmu umum, wahyu dan akal, sains dan agama, wahyu dan alam dan lain sebagainya. 2. Melandasi pendidikan dengan nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi moral dan etika. 3. Pendidikan yang meyeimbangkan dan menyelaraskan antara pemahaman tentang manusia sebagai abdulla>h sekaligus khalifatulla>h di bumi ini. 4. Pendidikan yang mengacu pada harkat dan martabat manusia serta mengembangkan segala potensi peserta didik secara proporsional.

78 5. Menciptakan proses pembelajaran yang dapat memacu kemandirian dan tanggung jawab siswa. 6. Pendidikan yang berusaha untuk memahamkan peserta didik tentang perbedaan dan keunikan sehingga tercipta pendidikan yang pluralis demokratis. 7. Pola pendidikan yang mencintai ilmu pengetahuan dan memaksimalkan akal sehat. Sehingga membantu peserta didik memiliki pemikiran yang kritis dan sistematis. 8. Pendidikan yang berusaha mengembangkan kemandirian siswa. Mengubah sistem pendidikan yang selama ini berpusat pada punishment dan lebih mengutamakan pemberian reward. Karena dengan reward ini, menjadikan siswa memiliki semangat belajar yang lebih tinggi. 9. Pendidikan yang bersifat kontekstualisme. Berusaha untuk menstimulasi peserta didik agar memaknai setiap peristiwa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 7 Apabila beberapa hal di atas diterapkan dalam dunia pendidikan, menurut Abdurrahman Mas ud akan dihasilkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Aspek Guru Guru memiliki peranan yang penting dalam pendidikan. Namun dalam proses tersebut, guru tidak hanya berperan untuk transfer of knowledge tetapi 7 Merupakan hasil analisis penulis terhadap pemikiran Abdurrahman Mas ud yang dikaitkan dengan beberapa teori yang ada tentang humanisme religius sebagai paradigma pendidikan Islam.

79 juga harus transfer of value dan memiliki kasih sayang yang tulus terhadap muridnya. 2. Aspek Murid Mengarahkan kepada murid untuk memiliki semangat belajar yang tinggi, kesabaran dan keuletan sehingga memiliki sikap thirst of knowledge dan individualisme dalam belajar. 3. Aspek Materi Memahami literatur-literatur terdahulu sebagai acuan dalam mengajar, tetapi tentu dalam penerapannya tidak hanya mementingkan materi saja tetapi juga harus menyesuaikan dengan kemampuan siswa. Meski begitu pengajaran tidak terpacu pada punishment tetapi lebih mementingkan reward. 4. Aspek Metode Guru disini berperan sebagai role model bagi muridnya, sekaligs tidak mendoktrin anak secara utuh melainkan hanya sebagai fasilitator. Guru memahami dan mengembangkan siswa sebagai individu yang memiliki potensi unik sebagai makhluk Allah yang di desain sebagai ahsa>nu taqwim. 5. Aspek Evaluasi Evaluasi diperlukan untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam pendidikan. Evaluasi dilakukan anatara keduanya, sehingga saling ada perbaikan diantara keduanya.