BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soekamto (1970 : 3) mengatakan secara etimologi, sosiologi berasal dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra menjadi lahan yang sangat luas untuk diteliti atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

Transkripsi:

2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pndukung yang relevan dngan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sastra dan Sosiologi. Selain itu juga digunakan sumber bacaan lainnya. 2.1.1 Pengertian Sastra Banyak ahli yang mendefenisikan pengertian sastra dapat kita lihat sebagai berikut : Fananie (2000 : 6) mengatakan : Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Sedangkan semi ( 1984 : 8) mengatakan : Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahas sebagai mediumnya. Teeuw ( 1984 : 23) mengatakan : Kata satra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahas Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su- berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter. Kutipan di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi instruksi dan petunjuk kepada pembaca. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa

sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. Damono ( 1984 : 10) mengatakan bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium : bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial Fananie ( 2000 : 132 ) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. Dari keseluruhan defenisi sastra di atas, adalah berdasarkan persepsi masing-masing pribadi dan sifatnya deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Masing-masing ahli merupakan aspek-aspek tertentu, namun yang jelas defenisi tersebut dikemukakan dengan prinsip yang sama yaitu manusia dan lingkungan. Manusia menggunakan seni sebagai pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini suatu kreatifitas manusia yang mampu yang mampu menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk seni sastra. Dari beberapa batasan yang diuraikan di atas dapat disebut beberapa unsur batasan yang selalu disebut untuk unsur-unsur itu adalah isi sastra berupa pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat kepercayaan dan lain-lain. Ekspresi atau ungkapan adalah upaya untuk mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk diri manusia dapat diekspresikan keluar, dalam berbagai bentuk, sebab tampa bentuk tidak akan mungkin isi tadi disampaikan pada orang lain. Ciri khas penggungkapan bentuk pada sastra adalah bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi di dalam suatu bentuk yang indah.

Jadi penelitian sastra di sini, khususnya terhadap cerita Asal Pulau Simamora di Tipang dilakukan guna mendapatkan gambaran kehidupan masyarakat pemilik cerita tersebut baik pada zamannya maupun saat ini. 2.1.2 Pengertian Sosiologi Kata sosiologi adalah istilah yang mempunyai hubungan dengan masyarakat. Sosiologi pada dasarnya mempelajari kesatuan hidup manusia yang terbentuk hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok lain. Sorokim ( 1928 : 760-761) mengatakan : Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial ( misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral hukum dan dengan ekonomi, gerak masyakat dengan ekonomi, gerak masyarakat dngan politik dan lain sebagainya ). Ciri-ciri umum dari pada semua jenis gejala-gejala sosial. Soemarjan dan Soemardi ( 1964 :11) mengatakan : Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial, keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok yaitu kaidah atau norma-norma sosial. Proses sosial pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Soekanto (1977 : 21) mengatakan : Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya ialah masyakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri oleh karena memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan yang ciri utamanya adalah :

a. Sosiologi bersifat empiris, berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. b. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun dari hasil-hasil observasi. c. Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti membaik, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama. d. Sosiologi bersifat nonetis, yakni yang dipersoalkan bukanlah baik buruknya fakta tertentu, akan tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat. Sosiologi di sisi lain sebagai ilmu berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan sebuah karya sastra. Nilai-nilai sosiologi pada sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Ilmu sosiologi digunakan untuk masyarakat itu sendiri dan diciptakan oleh masyarakat demi terjalinnya hubungan yang harmonis antara satu anggota masyarakat dengan yang lainnya. Sesuai dengan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui nilai-nilai sosiologis sebuah cerita berdasarkan zamannya. Perubahan zaman dapat mengubah asumsi masyarakat mengenai nilai-nilai sosiologis. Misalnya pendidikan di sekolah, dahulu pendidikan di sekolah itu sangat langka karena bangunan sekolah yang jurang, guru-guru yang kurang, sistem pendidikan yang belum sempurna dan minat untuk bersekolah yang sangat minim. Masyarakat Batak Toba juga mengalami hal itu sehingga dulunya pendidikan di sekolah itu sangat langka dijumpai. Anak-anak setiap harinya hanya bekerja di sawah untuk membantu orang tuanya.

Kewajiban mereka yang sebenarnya adalah bersekolah, tetapi kemungkinan untuk hal itu sangat kecil, sehingga hari-hari mereka dihabiskan dengan bekerja di sawah. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini. Orang tua ataupun anak-anaknya, hanya menjalani kehidupan sesuai dengan situasi yang berlaku. Misalnya dulu sekolah sudah ada, tentu orang tua mereka akan menyuruhnya pergi ke sekolah bukan pergi ke sawah. Jadi anak-anak itu pergi ke sawah karena keadaan yang berlaku saat itu. Mereka berkewajiban untuk berkerja di sawah untuk membantu orang tua mereka demi kebutuhan mereka sehari-hari. Bila kita tinjau dari segi unsur pokok yaitu kaidah atau norma-norma sosial sesuai dengan teori di atas, berarti norma-norma sosial juga dapat memberi arti dalam penentuan nilai-nilai sosiologis. Misalnya pada masyarakat Batak Toba, banyak norma-norma yang dijaga keberadaannya. Norma yang sudah turun-temurun itu dijaga karena dianggap suci dan akan mendatangkan akibat ataupun bahaya bila dilanggar. 2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra pengarang. Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada Semi (1984 : 52) mengatakan : Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik sastra.

Ratna (2003 : 25) mengatakan : Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :178) mengatakan : Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan. Abrams (1981 :178) mengatakan : Sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. 2.1.4 Hubungan Sastra dengan Sosiologi Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu bahwa karya sastra berisikan tentang persoalan-persoalan manusia. Dalam pengunggkapan persoalan manusia itu seorang pengarang secara langsung atau secara tidak langsung telah menuangkan persoalan sosial ke dalam karyanya. Hal ini dimungkinkan karena pengarang biasanya cenderung dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari. Sosiologi dan sastra sama-sama menguraikan masalah masyarakat. Dengan demikian sastra pada zaman modern ini dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial. Hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, adat-

istiadanya dan lain-lain.selanjutnya sosiologi sebagai ilmu yang akan mencoba mengungkapkan kembali problema sosial tersebut. Soemarjdo (1975 : 15) mengatakan : pengarang adalah anggota salah satu masyarakat. Ia hidup dan berelasi orang-orang lain di sekitarnya. Maka tak mengherankan kalau terjadi interaksi dan interrelasi antara pengarang dan masyarakatnya. Selalu dapat ditarik relasi antara karya sastra dengan masyarakat di mana pengarang itu hidup. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran sastra mempunyai peranan penting dalam membentuk struktur masyarakatnya. Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka membicarakan sebuah karya sastra. Di satu sisi, pngarang adalah anggota dari kelompok masyarakat yang hidup di tengah-tengah kelompok masyarakat tersebut. Wellek dan Warren dalam ( Semi, 1989 : 533) mengatakan : sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alas tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan. Soemarjdo (1975 : 15) mengatakan : karya sastra menampilkan wajah kultur zamannya, tetapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakatnya. Sosiologi pada sisi lain pada ilmu yang berbiacara tentang aspek-aspek kemasyarakat selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan karya sastra, nilai-nilai sosiologi dalam sebuah karya sastra dapat diwujudkan untuk pemahaman yang lebih mendalam. Banyak hal yang menjadi fokus pengamatan seorang sastrawan, kehidupan pribadi, lingkungan serta harapan-harapannya menjadi hal yang menarik dalam penelitian cipta sastra. Kompleks

permasalahan itu merupakan hadiah seorang pengarang yang dapat memperluas wawasan pemikiran anggota masyarakat. Dengan menggambarkan fenomena dari hasil pengamatan pengarang, masyarakat pembacanya memperoleh hal yang bermakna dalam hidupnya. Pengarang sendiri mendapat sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku manusia maupun masyarakatnya. Kesemuanya itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra. 2.1.5 Sosiologi Sebagai Pendekatan Sastra Pedekatan yang dilakukan terhadap karya sastra pada dasarnya ada dua, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Unsur-unsur merupakan unsur-unsur dalam yang diangkat dari isi karya sastra, seperti tema, alur atau plot, perwatakan, gaya bahasa dan penokohan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik berupa pengaruh dari luar yang terdapat dalam karya sastra itu diantaranya sosiologi, politik, filsafat, antropologi dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini merupakan pendukung dalam pengembangan karya sastra, dengan demikian ilmu-ilmu tersebut erat hubungannya dengan karya sastra. Analisis aspek ekstrinsik karya

sastra ialah analisis karya sastra itu sendiri dari sgi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan dari luar karya sastra itu sendiri. Dengan demikian akan jelas nanti, apabila karya sastra tersebut sepenuhnya atau sebagian, sama sekali tidak berdasarkan kenyataan-kenyataan sebenarnya atau sebaliknnya. Untuk hubungan ini, Ali ( 1967 :116) mengatakan : Analisis dari aspek ekstrinsiknya ini jangan sampai keluar dari batas-batas sesuai kepentingan analisis, sebagaimana misalnya terjadi dalam teoritis sastra. Sastra yang baik harus mempunyai objek yang luas mengenai kehidupan manusia yang disampaikan melalui bahasa. Peningkatan sastra itu merupakan tafsiran terhadap kehidupan masyarakat yang melalui bahasa. Peningkatan sastra itu juga merupakan tafsiran terhadap kehidupan masyarakat yang melalui bahasa. Dengan demikian, bahan hakiki dari sastra adalah suatu kehidupan masyarakat, termasuk interaksi sosial. Soemarjdo (1980 : 34) mengatakan : Seorang pengarang menulis karyanya karena ia mengemukakan obsesinya terhadap lingkungan hidupnya, ada uneg-uneg yang mengganggu jiwanya dan itu harus dikatakannya. Karena ketrampilannya menulis, maka cara yang paling baik untuk mengeluarkan cara tandas kegundahan jiwanya adalah karya tulis. Ini biasanya merupakan essei, puisi, drama atau novel. Kalau demikian sudah barang tentu pengarang sangat membutuhkan obsesinya. Wellek dan Warren (Semi, 1985 :58-59) mengatakan : Pendekatan sosiologis atau pendekatan ekstrinsik biasanya mempermasalahkan sesuatu diseputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan eksternal. Yang dipersoalkan biasanya mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu, sistem ekonomi, sosial, adat istiadat, dan politik. Dapat dipahami bahwa bilamana seseorang ingin mengetahui keadaan sosiologis dari suatu masa karya tertentu ditulis, kita memang belum tentu dapat mengenal tata

kemasyarakatan yang ada pada waktu itu, tetapi setidak-tidaknya jita dapat mengenal tema mana yang kira-kira dominan pada waktu itu. Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologi ini adalah bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya. Dari arti ia tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu, yang pasti pengarang menyalurkan atau mwakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis mempunyai segi yang bermanfaatdan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus tidak melupakan atau memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, disamping memperhatikan faktor-faktor sosiologis serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi. 2.2 Teori yang Digunakan Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori sosiologi sastra dan teori struktural untuk mengkaji cerita Asal Pulau Simamora di Tipang.

Untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam skripsi ini, penulis menggunakan teoeri sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :53) mengatakan: Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tetang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang heendak disampaikan. Semi (1985:46) mengatakan : Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehihidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya. Bertolak dari pandangan itu, telaah atau kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan perkembangan tata kehidupan. Pendekatan tersebut landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya, dan juga merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial. Darmono (1984 : 9) mengatakan : bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain. Swingewoot (1977) dalam Junus (1980 : 2) membagi sosiologi sastra dalam dua bagian yaitu : 1. Sociologi of literature, yaitu karya sastra yang dimulai dengan lingkungan sosial untuk masuk ke dalam karya sastra yang dilihat ialah faktor sosial menghasilkan massa yang bersosial. 2. Literature sociologi, yaitu menghubungkan struktur karya sastra dan struktur masyarakat. Mengenai pendekatan struktural, Semi (1985 : 49) mengatakan :

Dengan kata lain, pedekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya. Sastra yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinankuat untuk menghasilkan sastra yang bermutu. Selanjutnya Daryanto (1997 : 594) mngatakan : tema adalah isi cerita ;dasar isi cerita; amanat cerita. Poerdarminta (1986 :1040) mengatakan : tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang hendak dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak dan sebagainya). Kemudian Fananie (2000 : 84) mengatakan : tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi karya sastra. Semi (1984:45) mengatakan : alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai buah interaksi khusus sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Daryanto (1997 :35) mengatakan : latar atau plot adalah jalan (aturan, adat)- keluk memanjang rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam karya fiksi. Maka dapat disebut alur atau plot dan struktur deretan kejadian-kejadian yang dialami oleh pelaku cerita yang pada umumnya dibedakan atas tiga bagian utama yaitu : bagian perkenalan, pertikaian dan diakhiri dengan penyelesaian. Hubungan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan kasual ( sebab akibat). Keberadaan alur dalam sebuah cerita sangatlah penting, sehingga Lubis (1981 : 17) mencoba mengklasifikasikan alur tersebut menjadi, 1. Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan) 2. Generating Circumtances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak) 3. Ricing Action (keadaan mulai memuncak) 4. klimaks (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya) 5. Denouement (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa).

Latar atau setting adalah tempat-tempat kejadian suatu peristiwa atau kejadian di dalam penceritaan karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau tempat namun waktu, musim peristiwa penting dan bersejarah, masa kepemimpinan seseorang di masa yang lalu dan lain-lain yang menjadi petunjuk bagi pembaca untuk lebih memahami waktu dan tempat kejadian itu berlangsung juga digolongkan latar. Daryanto (1997 :393) mengatakan : latar adalah halaman rumah (bagian depan), permukaan dasar warna dan sebagainya; keterangan mengenai ruang waktu dan suasananya saat berlangsungnya peristiwa (dalam karya sastra). Tempat di sini bisa kita artikan lokasi atau daerah terjadinya cerita itu seperti desa, kota, gunung, hutan dan sebagainya. Waktu (masa) di sini menggambarkan kapan kejadian itu berlangsung seperti tanggal, bulan, tahun, pada perang, musim tanam, musim panen dan sebagainya. Selanjutnya kita dapat menyebut bahwa latar atau setting merupakan lukisan mengenai tempat dan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Latar mencakup ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan kejadian tersebut. Perwatakan adalah karakter dari tokoh. dalam pengertian sifat atau ciri khas yang terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kmudian jalan pikirannya serta bagaimana penggambaran pisik tokoh. Bangun, dkk (1993:21) mengatakan : perwatakan tokoh cerita dapat tokoh dapat dilihat melalui tiga aspk yaitu aspek psikologis, fisiologis,

dan sosiologis. Daryanto (1907:632) mengatakan : waktak adalah sifat batin manusia yang mempngaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Sedangkan perwatakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan watak. Setiap cerita mempunyai tokoh di mana tokoh ini dianggap sebagai pembentuk peristiwa alur dalam alur cerita. Oleh karena itu, stiap tokoh mempunyai watak tersendiri yang dapat dianalisis dan diramalkan secara analisis yaitu dapat diterangkan secara langsung watak tokohnya, sedangkan secara dramatik yaitu dapat diterangkan secara tidak langsung tetapi mungkin melalui tindakannya dan lain-lain. Aspek perwatakan (karakter) merupakan imajinasi pengarang dalam membentuk suatu personalisis tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri ssorang tokoh yang ada dalam karyanya. Nilai-nilai sosial dalam sebuah karya sastra adalah iri hati, kejujuran, kesabaran, permusuhan, keadilan, dan lain-lain. Daryanto (1997 : 288) mengatakan : iri hati adalah rasa tidak senang jika melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan, rasa ingin seperti orang yang mendapatkan kesenangan. Kejujuran merupakan salah satu sifat terpuji. Setiap manusia mempunyai sifat kejujuran akan tetapi kadang-kadang unuk jujur saja manusia sangat susah dan sifat kejujuran itu sangat sering disalah gunakan oleh manusia itu sendiri. Seseorang yang mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi itulah yang dinamakan dengan jujur. Daryanto (1997 : 309) mengatakan: jujur adalah tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanyatidak khianat dan sebagainya. Kesabaran adalah salah satu sifat manusia. Manusia pada umumnya memiliki rasa sabar, namun ukuran kesabaran tersebut

bagi setiap orang berbeda-beda. Sifat sabar merupakan salah satu sifat yang terpuji yang dimiliki manusia. Seseorang yang tahan menghadapi segala persoalan ataupun penderitaan yang menimpa dirinya maka dapat dikatakan bahwa dia mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Daryanto (1997 : 516) mengatakan : sabar adalah pemaaf ; tidak suka marah/ tidak mudah marah- sikap tidak akan menimbulkan pertengkaran. Berdasarkan pendapat di atas bahwa teori struktural yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dalam suatu hubungan antara unsur pembentuknya. Menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra yang dapat membangun sebuah karangan atau sebuah karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur dalam cerita.