BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengakuan Pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN. yang lengkap biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAS, PENDAPATAN DAN MODAL. atau logam), cek yang dapat dicairkan setiap saat dan setara kas. b. Pendapatan di luar operasi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAPATAN. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang mempunyai unsur kegiatan di

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. I B R A H I M STIE-YPUP Makassar

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

.KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN UNTUK KONTRAK KONSTRUKSI. Sri Supadmini *) Abstrak

TINJAUAN AKUNTANSI DAN LANDASAN TEORITISNYA (Materi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dapat dikatakan layak apabila dapat dipahami, relevan, reliabilitas,

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II LANDASAN TEORI. adalah suatu kegiatan jasa (Service Activity)yang berfungsi untuk. memilih di antara beberapa alternatif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung

JUMLAH AKTIVA

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PT. YUDHISTIRA GHALIA INDONESIA KANTOR PEMATANG SIANTAR. Drs. Lukieto Cahyadi, SE, MM STIE Bina Karya Tebing Tinggi ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK ENDANG ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN N0. 21 (Pengganti PSAK No.44) PADA PT. CIPTA KAWALAN RAJA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase

BAB 2 LANDASAN TEORI. Salah satu pertimbangan yang paling mendasar bagi pihak yang akan

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

PENDAPATAN. PSAK 23 (revisi 2010) Hari 3 - Sesi 2

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2. Pendapatan Menurut Ilmu Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. THE RECOGNITION AND INCOME MEASUREMENT BASED ON PSAK No.23 IN PT.MAIKO BARU SEMARANG. By: Ella Indryani B

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1. Pengertian dan Manfaat Laporan Arus Kas

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dari review terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Perlakuan Akuntansi Pendapatan Jasa Dalam Rangka Penyajian Laporan Keuangan Pada CV Citra Nusa Bakti Palembang

Transkripsi:

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah sebagai berikut : Penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab-musababnya, duduk perkaranya atau prosesnya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah : 1. Penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya 2. Penguraian suatu pokok atas berbagi bagiannya dan penelaahan itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 2.2 Pendapatan Pendapatan adalah darah kehidupan bagi suatu perusahaan. Tanpa pendapatan, tidak ada laba. Tanpa laba, tidak ada perusahaan. Selain itu pendapatan juga merupakan pusat perhatian bagi perusahaan karena pendapatan sangat berhubungan erat dengan operasi perusahaan. Pendapatan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengambil keputusan. 2.2.1 Pengertian Pendapatan Bermacam-macam pendapat mengenai definisi pendapatan telah dikemukakan oleh para ahli. Walaupun mengemukakan pendapatnya secara berbeda-beda pada pokoknya mencakup hal yang sama. Pengertian pendapatan menurut Kieso (2004:904), adalah : Revenue are inflows of assets and/or settlement of liabilities from delivering or producind goods, rendering services, or other earning activities that constitute an enterprise s on going major or central operations during a period.

20 Definisi ini menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk aktiva dan/atau penyelesaian kewajiban dan penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama atau besar yang berkesinambungan selama suatu periode. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004: 23.2), mengemukakan pengertian pendapatan sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Definisi ini menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal. Sedangkan pengertian pendapatan menurut Harnanto (2002:92), adalah sebagai berikut : Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban (atau keduanya) yang terjadi dalam suatu periode akuntansi; yang berasal dari aktivitas produksi atau penjualan barang, penyerahan jasa, dan aktivitas lain yang merupakan usaha pokok perusahaan. Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva yang berasal dari aktivitas utama perusahaan yang terjadi dalam suatu periode.

21 2.2.2 Sumber-Sumber Pendapatan Menurut Munawir (2002:52), sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi dua sumber, yaitu : 1. Pendapatan yang berasal dari usaha pokok (operating revenue) 2. Pendapatan di luar usaha pokok (non operating revenue). Lebih lanjut sumber pendapatan tersebut di atas akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Pendapatan yang berasal dari usaha pokok (Operating Revenue). Yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan dan sesuai dengan jenis usahanya, yang berlangsung secara berulang-ulang dan berkesinambungan tiap periode. 2) Pendapatan di luar usaha pokok (Non Operating Revenue). Yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan yang tidak berulangulang dan isidentil, yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan, misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain. 2.2.3 Pengukuran Pendapatan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:23.3), menyatakan bahwa pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut : Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Dari pernyataan ini nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang dapat diterima.namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan

22 tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Menurut Hendriksen yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (2000:380), pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut : Pendapatan, bagaimanapun didefinisikan, paling baik diukur dengan nilai tukaran produk atau jasa perusahaan. Nilai pertukaran ini menyatakan ekivalen kas, atau nilai sekarang yang didiskontokan dari klaim uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan. Dalam banyak kasus, jumlah ini hanyalah harga yang dicapai dalam transaksi kas dengan pelanggan. Akan tetapi, apabila perlu, penyisihan yang sesuai harus dibuat untuk keperluan menunggu pelunasan akhir. Sedangkan menurut Kusnadi (2000:327), pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut : Pengukuran pendapatan yang paling baik adalah dengan melihat ke dalam nilai tukar produk atau service perusahaan. Nilai tukar menggambarkan ekuivalen kas atau nilai sekarang yang dinilai kembali dari jumlah uang yang pada akhirnya akan diterima dari transaksitransaksi pendapatan. Dalam banyak situasi, hal ini mungkin ekuivalen dengan jumlah yang ditetapkan dalam transaksi dengan langganan, tetapi jumlah allowance yang tepat haruslah dibuat sehubungan dengan keharusan untuk menunggu saat pengumpulan terakhir hasil penjualan yang dilakukan perusahaan.

23 Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pendapatan harus diukur dengan nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya diterima menunjukkan bahwa semua retur, potongan penjualan, dan pengurangan lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan dari pendapatan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Dengan perkataan lain, hal ini harus diperlakukan sebagai pengurang pendapatan, dan bukan sebagai beban. 2.3 Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan merupakan salah satu masalah yang paling sulit dan mendesak yang dihadapi profesi akuntansi. Meskipun terdapat pedoman umum, banyaknya metode pemasaran produk dan jasa membuat sangat sulit untuk mengembangkan pedoman yang dapat diterapkan pada semua situasi. 2.3.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan.menurut Kieso (2004:904), prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1. When it is realized or realizable 2. When it is earned. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1) Direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan dapat direalisasi bila barangbarang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. 2) Dihasilkan. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau seharusnya telah selesai.

24 Sesuai dengan prinsip ini : a) Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan berarti tanggal pengiriman kepada pelanggan. b) Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih. c) Pendapatan dari memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti, diakui pada saat berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan. d) Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Menurut Hendriksen yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (2000:381), pendapatan diakui pada saat : 1. Dihasilkan (earned) 2. Direalisasi atau dapat direalisasi. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1) Pendapatan yang dihasilkan. Dari sudut pandang ekonomi, penghasilan adalah suatu proses berkelanjutan. Produk dari suatu perusahaan tampak secara bertahap sebagai bahan mentah yang dirakit dan diubah bentuknya atau prosesnya dengan memakai tenaga kerja dan peralatan modal. Pemindahan bahan mentah ke pabrik, dan barang jadi ke pasar, juga merupakan bagian dari proses menghasilkan dalam pengertian ekonomi. Begitu pula, gudang, baik sebagai bagian dari proses produksi, atau pun sebagai kebutuhan penting untuk memenuhi permintaan pasar, juga merupakan bagian jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan. Karena itu, secara tegas pendapatan harus diakui secara terus menerus sepanjang keseluruhan siklus produk. 2) Realisasi. Istilah realisasi pendapatan digunakan oleh akuntan selama beberapa tahun untuk mengacu pada pencatatan pendapatan. Bahwa realisasi merupakan pelaporan pendapatan apabila suatu pertukaran atau arus keluar produk telah terjadi. Yaitu, barang atau jasa harus sudah ditransfer ke pelanggan atau klien, yang menaikkan baik penerimaan kas atau pun klaim atas kas atau aktiva lain. Dalam pandangan ini, realisasi tidak dapat terjadi dengan menyimpan aktiva

25 atau sebagai akibat proses produksi itu sendiri. Jadi, pengertian realisasi secara umum berarti pelaporan pendapatan saat disahkan oleh penjualan. Dari kedua prinsip pengakuan pendapatan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan diakui pada saat : 1) Dihasilkan. 2) Direalisasi atau dapat direalisasi. 2.3.2 Penerapan Pengakuan Pendapatan Pendapatan meliputi semua sumber-sumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan, dan dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak lain. Di dalam akuntansi, pendapatan diukur dengan jumlah kenaikan bruto dari aktiva atau berkurangnya utang (selain dari transaksi modal), atau kombinasi dari keduanya. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:23.1-23.2), pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini : a. Penjualan barang b. Penjualan jasa dan c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. Dari definisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. b) Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak kontruksi, misalnya kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam pernyataan ini.

26 c) Pengunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : (1) bunga - pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang kepada perusahaan. (2) royalti - pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan perangkat lunak komputer. (3) dividen - distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Menurut Kieso (2004;904), pendapatan yang timbul dalam suatu perusahaan meliputi : 1. Revenue from selling product 2. Revenue from services rendered 3. Revenue from permitting others to use enterprise asssets, such as interest, rent and royalties 4. Revenue from disposing of assets other than product. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh perusahaan berasal dari : 1) Penjualan produk. 2) Penjualan jasa. 3) Memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti. 4) Pelepasan aktiva selain produk. Sedangkan menurut Munawir (2002:52), pendapatan yang timbul dalam suatu perusahaan meliputi : 1. Penyerahan barang (penjualan) 2. Penyerahan jasa 3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan : a. pendapatan bunga b. pendapatan dividen c. pendapatan royalti, dan atau sewa 4. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan, tidak termasuk sebagai pendapatan adalah aktiva-aktiva yang didapat dari transaksi pembelian, penarikan piutang, setoran modal oleh pemilik, kenaikan nilai aktiva perusahaan yang berasal dari penilaian kembali (revaluasi) dan penyesuaian modal.

27 Dari ketiga pernyataan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan berasal dari : 1) Penjualan barang. 2) Penjualan jasa. 3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. 2.3.3 Kriteria Pengakuan Pendapatan Kriteria pengakuan pendapatan menurut Munawir (2002:52), adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan secara substansial telah melaksanakan apa yang diminta dalam kaitannya untuk memperoleh penghasilan (to earn income), atau realization has taken place, yaitu telah terjadi proses pertukaran barang atau jasa menjadi kas atau hak terhadap kas. 2. Jumlah pengahsilan tersebut dapat diukur atau ditentukan dengan objektif (realibility measured). Secara umum, pendapatan dari penjualan barang diakui pada periode di mana barang diserahkan kepada pelanggan. Pendapatan dari pelaksanaan jasa diakui pada periode di mana jasa tersebut dilaksanakan. Untuk beberapa kejadian, kas diterima pada saat pelaksanaan jasa, dan hal itu merupakan bukti yang paling baik bahwa pendapatan diperoleh, hal seperti itu dapat terjadi pada perusahaan eceran, swalayan, dan perusahaan jasa. Namun kemungkinan terjadi bahwa kas diterima lebih awal (precollected revenue atau unearned revenue) atau di waktu kemudian (account receivable), atau pendapatan yang masih harus diterima (accrued income receivable). 2.3.4 Metode Pengakuan Pendapatan Di dalam perusahaan modern sering timbul pertanyaan-pertanyaan yang begitu komplek dan luas yang berasal dari praktek yang berhubungan dengan saat mana pendapatan itu diakui. The mathcing principles menentukan bahwa semua biaya yang berhubungan dengan pendapatan harus diperbandingkan dalam suatu periode akuntansi.

28 Dengan demikian pengakuan bersama tersebut merupakan pengaruh-pengaruh yang terpadu dari dua prinsip yang menghendaki pengakuan pendapatan dan biaya yang selanjutnya akan menimbulkan keuntungan atau kerugian. Persoalan pengakuan pendapatan ini selalu timbul dari kenyataan-kenyataan walaupun perusahaan selalu berusaha mengatasi secara terus-menerus, hal ini disebabkan karena arus pendapatan dan realisasi penerimaan uang tak selalu bersamaan sehingga diperlukan suatu konsep yang hati-hati guna mengukur hal tersebut di atas. Kesalahan dalam pengakuan pendapatan dan biaya akan berpengaruh negatif baik terhadap pihak intern maupun pihak ekstern dan secara luas akan membawa kerugian yang fatal karena setiap keputusan yang diambil berasal dari data yang penuh kelemahan dan kesalahan. Menurut Kusnadi (2000:76), pengakuan pendapatan yang pada umumnya banyak dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Cash Basis (dasar penerimaan uang) 2. Accrual Basis (dasar akrual) 3. Sales Basis (dasar adanya penjualan) 4. Production Basis (atas dasar produksi) 5. Billable Basis (atas dasar faktur) 6. Accreation Basis (atas dasar pertambahan) 7. Stage of Completion (dasar tingkat penyelesaian). Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Cash Basis (dasar penerimaan kas) Konsep ini mengakui suatu pendapatan pada saat uang itu diterima dan mengakui biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan. Hal ini dapat diterapkan dalam suatu perusahaan yang menjual dan membeli barang dan jasa secara tunai. Kesulitan yang timbul dengan dasar ini adalah bilamana jual beli dilakukan secara cicilan sedangkan pihak penjual setelah tanggal jual beli masih harus dibebani berbagai biaya tambahan. 2) Accrual Basis (dasar akrual) Di dalam asumsi dasar akrual, penerapan akuntansi keuangan didasarkan tidak tunai (akrual) artinya transaksi diakui pada saat terjadinya tanpa dikaitkan dengan transaksi kas. Dasar akrual ini akan mencakup pencatatan terhadap

29 transaksi yang terjadi di masa lalu dan berbagai hak dan kewajiban di masa yang akan datang. Sedangkan asumsi dasar kas, pengakuan transaksi hanya dikaitkan dengan transaksi (masuk keluarnya) kas. Dasar akrual akan mempunyai atau meliputi semua aktivitas dibandingkan dengan dasar kas. Oleh karena itu, di dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia secara tegas dinyatakan bahwa dasar yang dipakai adalah dasar akrual (accrual basis). 3) Sales Basis (atas dasar penjualan) Konsep ini yang paling banyak digunakan di dalam mengakui pendapatan. Pendapatan diperoleh dan diakui pada saat terjadi penjualan walaupun uang belum diterima. Seharusnya perlu bagi perusahaan untuk menghindarkan diri dari transaksi di mana pembayarannya akan memerlukan waktu yang cukup lama agar tidak mengalami kesulitan di dalam pengakuannya. Faktor seperti pada saat perjanjian dan pengiriman barang harus benar-benar diperhatikan sebagai bukti adanya penjualan. Pada saat tersebut pendapatan akan diakui dan jumlah yang terutang bagi langganan akan diperlakukan sebagai aktiva (assets) dan walaupun konsep ini banyak digunakan bukan berarti konsep ini yang terbaik, karena penerapannya memerlukan perlakuan yang khusus seperti sifat dan macam transaksi. 4) Production Basis (atas dasar produksi) Konsep ini mengakui pendapatan pada saat barang tersebut diproduksi. Konsep ini berlaku bilamana barang yang akan diproduksi tersebut benarbenar sudah terjamin di pasar (kuantitas, kualitas dan harga). Biasanya barang yang diproduksi adalah barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat seperti emas dan logam mulia lainnya. 5) Billable Basis (atas dasar faktur) Konsep ini mengakui pendapatan pada saat faktur dari barang yang sudah di jual sudah selesai. Konsep ini diterapkan untuk memperkecil atau mempersempit penerapan production basis, karena bagaimanapun harus diakui bahwa pengukuran pendapatan atas dasar ini adalah lebih baik dibandingkan menggunakan production basis. Kelemahan di dalam

30 production basis adalah mengakui pendapatan dalam keadaan tidak ada transaksi jual-beli. 6) Accreation Basis (atas dasar pertambahan) Konsep ini di dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan jarang sekali digunakan. Para akuntan maupun para ahli biasanya lebih senang menunda sampai adanya suatu penjualan di dalam mengakui pendapatannya. Istilah pertambahan (accreation) ini umumnya digunakan untuk menunjuk kepada kenaikan nilai barang, seperti ternak atau tanaman yang setiap saat dan semakin lama selalu mempunyai nilai bertambah (misalnya dari kecil ke besar atau dari kurus ke gemuk). Pengertian tersebut akan dipakai dalam hubungan dengan pertambahan atau kenaikan nilai ekonomi yang secara eksplisit tidak dapat disertakan dengan adanya penjualan. 7) Stage of Completion (dasar tingkat penyelesaian) Konsep ini mengakui pendapatan pada setiap waktu tertentu terhadap kontrak kerja atau kontrak konstruksi yang memakan waktu cukup lama atau dengan kata lain konsep ini mengakui pendapatan pada suatu waktu di mana kontrak belum selasai. Manfaat dari metode ini adalah diakuinya suatu pendapatan secara periodik atas dasar tingkat persentase penyelesaian dari suatu job (pekerjaan). Sedangkan menurut Hendriksen yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (2000:386), metode pengakuan pendapatan dapat dibagi empat, yaitu : 1. Pengakuan pendapatan selama masa produksi 2. Pengakuan pendapatan pada saat penyelesaian produksi 3. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan 4. Pengakuan pendapatan pada saat kas diterima. 2.3.4.1 Pengakuan Pendapatan Selama Masa Produksi Metode pengakuan pendapatan selama masa produksi umumnya digunakan oleh perusahaan yang mengerjakan kontrak-kontrak jangka panjang seperti kontrak-kontrak jenis pembangunan, pengembangan pesawat terbang militer dan komersial, sistem penyerahan senjata, seringkali menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih kepada pembeli pada selang-selang waktu

31 tercapainya bebagai titik dalam proyek itu. Beberapa ketentuan kontrak menetapkan penyerahan tersebut dalam bentuk cicilan, dan pencatatan akuntansi harus melaporkan ini dengan mencatat penjualan pada waktu angsuran diserahkan. Dua metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak-kontrak pembangunan jangka panjang yang dikenal oleh profesi akuntansi adalah : 1) Metode persentase penyelesaian. Pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode, didasarkan atas kemajuan dalam pembangunan, yaitu persentase dari penyelesaian. Alasan mendasar dipakainya akuntansi persentase penyelesaian bahwa dalam kebanyakan kontrak-kontrak ini, adalah bahwa pembeli dan penjual memperoleh hak yang dapat diberlakukan. Pembeli memiliki hak resmi untuk mendapatkan prestasi kerja tertentu dalam kontrak, penjual memiliki hak untuk meminta kemajuan pembayaran yang memberikan bukti hak kepemilikan dari pembeli. Akibatnya, kesinambungan penjualan terjadi selama pekerjaan berlangsung, dan pendapatan dapat diakui sesuai dengan itu. Metode persentase penyelesaian harus digunakan bila taksiran kemajuan penyelesaian, pendapatan dan biaya-biaya layak untuk dipercaya, serta adanya syarat-syarat berikut : (a) Kontrak itu secara jelas merinci hak yang dapat dilaksanakan berkenaan dengan barang-barang dan jasa-jasa yang diberikan dan diterima oleh orang-orang, pertimbangan untuk pertukaran, serta bentuk dan jenis penyelesaiannya. (b) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak. (c) Kontraktor dapat diharapkan untuk melakukan kewajiban kontraknya. Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, harus dimiliki dasar atau standar untuk mengukur kemajuan penyelesaian pada tanggal sementara tertentu. Berbagai metode digunakan dalam praktik untuk menentukan tingkat kemajuan penyelesaian (the extent of progress toward completion), yang paling umum adalah metode biaya ke biaya (cost to cost method). Menurut

32 metode biaya ke biaya ini, persentase penyelesaian diukur dengan membandingkan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan dengan taksiran jumlah seluruh biaya untuk menyelesaikan suatu kontrak. 2) Metode kontrak selesai. Pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada waktu kontrak diselesaikan. Metode kontrak selesai dapat digunakan hanya : (a) Jika kesatuannya mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek. (b) Jika syarat-syarat untuk pemakaian metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi. (c) Jika di dalam kontrak terdapat bahaya yang melekat di luar risiko-risiko usaha yang normal. Keuntungan utama dari metode kontrak selesai adalah bahwa pelaporan pendapatan didasarkan pada hasil akhir pekerjaan yang belum dilakukan. Kekurangannya yang utama adalah tidak mencerminkan prestasi kerja masa berjalan bila periode kontrak tersebut diperpanjang menjadi lebih dari satu periode akuntansi. 2.3.4.2 Pengakuan Pendapatan pada Saat Penyelesaian Produk Metode ini dapat digunakan untuk produk yang nilai pasarnya sudah tertentu dan pemasarannya terjamin atau produk yang sudah dipastikan akan terjual dengan harga tertentu atau berdasarkan kontrak penjualan. Pengakuan pendapatan pada saat penyelesaian produk dapat diterapkan jika syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu: 1) Dapat ditentukannya harga jual atau adanya harga pasar yang stabil. 2) Biaya pemasaran (marketing) yang tidak besar atau mungkin tidak diperlukan. 3) Satuan persediaan fisik dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi nilainya. 4) Harga pokok produksi sulit ditentukan. Contoh produk yang memenuhi syarat tersebut adalah emas, perak, dan hasil bumi lainnya. Jadi dalam hal ini aktivitas produksi lebih penting dibandingkan dengan aktivitas penjualan untuk menghasilkan pendapatan.

33 Jika pembeli melakukan pembayaran pada saat perjanjian atau kontrak yang barangnya belum diproduksi maka penerimaan pembayaran tersebut tidak boleh dianggap sebagai pendapatan samapai barang tersebut selesai diproduksi. Jika terdapat perbedaan antara harga pasar pada saat produk itu diproduksi dengan harga pasar pada saat barang tersebut dijual, maka selisihnya dicatat sebagai gains atau losses, tanpa perlu melakukan penyesuaian terhadap pendapatan yang telah dicatat sebelumnya. 2.3.4.3 Pengakuan Pendapatan pada Saat Penjualan Metode ini disebut juga sebagai metode accrual basis. Dengan menerapkan metode ini, maka perusahaan mencatat dan mengakui pendapatannya pada saat penjualan. Metode ini paling banyak digunakan di dalam dunia usaha karena : 1) Harga pokok dapat ditetapkan secara pasti. 2) Produk telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah menggantikan produk tersebut (telah terjadi pertukaran). 3) Banyak pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan merupakan kejadian financial yang paling penting dalam aktivitas perusahaan. 4) Sebagian besar biaya-biaya yang berhubungan dengan pengadaan produk telah dikeluarkan dalam bentuk harga pokok dan biaya penjualan sudah dapat ditentukan dengan pasti. Kelemahan metode ini adalah adanya ketidakpastian mengenai peristiwa atau keadaan yang akan terjadi setelah penjualan, misalnya kemungkinan adanya piutang yang tidak dapat ditagih atau adanya kemungkinan biaya yang timbul setelah penjualan yang ada hubungannya dengan penjualan yang bersangkutan. 2.3.4.4 Pengakuan Pendapatan pada Saat Kas Diterima Metode ini disebut juga sebagai metode cash basis. Dengan menerapkan metode ini, maka perusahaan mencatat dan mengakui pendapatannya pada saat pelunasan piutang dan pada saat uang pembayaran sudah benar-benar diterima. Konsep ini mengakui suatu pendapatan pada saat uang diterima dan mengakui

34 biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan. Hal ini dapat diterapkan dalam suatu perusahaan yang menjual dan membeli barang dan jasa secara tunai. Kesulitan yang timbul dengan dasar ini adalah apabila jual beli dilakukan secara cicilan sedangkan pihak penjual setelah tanggal jual beli masih harus dibebani berbagai biaya tambahan. Metode pelaporan ini digunakan untuk mengatasi situasi ketidakpastian yang besar mengenai kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan Dengan demikian, pengakuan pendapatan dapat ditunda sampai kas diterima, sehingga kesulitan dalam menyusun estimasi piutang tidak tertagih dapat dihindari. 2.4 Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK Nomor 23 Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 23 ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini : 1) Penjualan barang. 2) Penjualan jasa. 3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. 2.4.1 Pengakuan Pendapatan Penjualan Barang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:23.4), pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi : a. Perusahaan telah memindahkan risiko signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

35 Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Penentuan kapan suatu perusahaan telah memindahkan risiko signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli memerlukan pengujian keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barng tersebut. Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi tersebut bukanlah suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui. Jika perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan diakui. 2) Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan. Kadang-kadang kemungkinan hal tersebut terjadi sangat kecil, sampai imbalan diterima atau sampai suatu ketidakpastian dihilangkan. 3) Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expense). Beban termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban. 2.4.2 Pengakuan Pendapatan Penjualan Jasa Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:23.6), bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus

36 diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode. 2) Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. 3) Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi : (a) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan (b) Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan. (c) Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang

37 dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.