BAB III. Metode Penelitian. Seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang menjadi induk, ilmu dan penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VIII

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

Gambar 3.3 Desain Penelitian

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB III METODE PENELITIAN. latar dan individu secara holistic yang disebut dengan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. suatu kebenaran yang sesuai dengan target dan tujuan. Seorang peneliti perlu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

SKRIPSI. Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diajukan oleh: Agatha Rebecca Rajagukguk

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage,

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

Bab III Metodologi Penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pidato sebagai Media Penyampaian Makna Komunikasi. kebersamaan atau kesamaan makna.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ANALISIS WACANA. analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa masjid di Surabaya, sebagaimana seseorang peneliti dalam kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

WACANA PENCITRAAN KINERJA ANGGOTA DPR PADA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT (Analisis Wacana Kritis)

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian merupakan usaha untuk menangkap gejala-gejala alam dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. musik, pemilihan instrumen musik, dan cara ia membawakannya. Musik adalah

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

BAB I PENDAHULUAN. LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian berubah nama menjadi PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

Transkripsi:

BAB III Metode Penelitian A. Paradigma Penelitian Seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang menjadi induk, ilmu dan penelitian komunikasi merupakan suatu multy-paradigm science, artinya ilmu komunikasi mempunyai sejumlah paradigma atau perpektif dasar. Teori dan penelitian komunikasi bisa dikelompokkan minimal dalam tiga paradigma, yakni classical paradigm (yang mencakup positivism dan post positivism), critical paradigm, dan constructive paradigm. Masing-masing paradigma berfungsi sebagai mental window atau world view yang dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuan tertentu untuk mempelajari obyek kelimuan mereka. 104 Ketiga paradigma tersebut mempunyai perbedaan pandangan dalam melihat posisi peneliti dan tujuan penelitian. Dalam paradigma klasik, peneliti harus menempatkan diri sebagai valeu free researcher, memisahkan nilai-nilai subyektif yang dimiliki dengan fakta abyketif yang diteliti. Sebaliknya, paradigma kritis dan konstruktivis melihat hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, sebab pemilihan apa yang diteliti selalu melibatkan value judgements dan keberpihakan pada nilai-nilai tertentu. Paradigma klasik menilai, tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan yang obyektif, memiliki signifikan akademis, praktis dan metodologis. Sebaliknya tujuan penelitian dari paradigma kritis adalah untuk mengungkapkan kesadaran palsu (false consciousness) di balik apa yang dinilai obyketif ; tujuannya antara 104 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3/April 1999, hal: 34-35 65

lain untuk memperoleh temuan yang memiliki signifikansi sosial, seperti kritik sosial, penyadaran, pemberdayaan, atau transformasi sosial. Perbedaan lebih detil antara paradigma klasik dan kritis dapat dilihat dalam tabel berikut: 105 Classical Paradigm Critical Realism: ada realitas yang real yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik Classical Paradigm Dualist/objectivist Ada realitas obyektif, sebagai suatu realitas yang external di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan obyek penelitian Classical Paradigm Nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian Peneliti berperan sebagai disinterested scientist Tujuan Penelitian: eksplanasi, prediksi dan kontrol Tabel 1 Pebandingan Paradigma Penelitian Perbedaan Ontologis Critical Paradigm Historical Realism: Realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan keuatan-keuatan sosial, budaya, dan ekonomi politik Perbedaan Epistemologis Critical Paradigm Transactionalist/Subjectivist Hubungan antara peneliti dengan realitas yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated finding Perbedaan Axiologis Critical Paradigm Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian takterpisahkan dari suatu penelitian Peneliti menampatkan diri sebagai transformative intelectual, advokat dan aktivis Tujuan Penelitian: kritik sosial, transformasi, emansipasi dan social empowerment Classical Paradigm Interventionist: Perbedaan Metodologis Critical Paradigm Participative: 105 Tabel perbedaan antara paradigma klasik dan kritis diadopsi dari Dedy N Hidayat, Ibid, hal: 39-40 66

pengujian hipotesis dalam struktur hipothetico deductive method; melalui lab, eksperimen atau survey eksplanatif, dengan analisis kuantitatif Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi level analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis/partisipan dalam transformasi sosial Kriteria kualitas penelitian: Kriteria kualitas penelitian: Objectivity, realibility and validity Historical situadness; sejauh mana (internal dan external validity) penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik Sumber: adaptasi dari Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 3/April 1999, hal: 34-35 B. Analisis Wacana Sesuai dengan paradigma kritis, penelitian ini bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan tujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik bidang tertentu secara faktual dan cermat. 106 Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis yang dipekenalkan oleh Teun van Dijk. Model ini pada dasarnya melihat wacana dalam tiga tingkatan, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Jika digambarkan, skema penelitian dan metode dipakai dalam analisis wacana model van Dijk adalah sebagai berikut: 107 106 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, 1995, hal. 22. 107 Eriyanto, Op. Cit, hal: 275 67

Tabel 2 Skema Penelitian dan Metode Analsis Wacana Struktur Metode Analisis Teks Critical Linguistic Menganalisis strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. Kognisi Sosial Wawancara mendalam Mengenalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis. Analisis Sosial Studi Pustaka, Menganalisis bagaimana wacana yang Penelusuran Sejarah. berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan. Sumber: Eriyanto, Analisis wacana, Pengantar Analisis teks Media, Yogyakarta: LkiS, hal: 275 1. Analisis Teks Agar dapat melihat bagaimana strategi wacana yang dipakai dalam teks, van Dijk membagi struktur analisis teks menjadi beberapa bagian, yaitu struktur makro, mikro dan superstruktur. Masing-masing struktur terdiri atas beberapa elemen wacana. Kerangka analisis teks model van Dijk bisa dilihat dalam skema berikut. 108 108 Struktur analisis wacana model van Dijk serta penjelasan elemennya dirangkum dari Eriyanto, Ibid, hal: 228-259 dan Teun A. van Dijk, Rasisme Baru dalam Pemberitaan di Media, dalam Sandra Kartika dan M. Mahendra (ed) Dari Keseragaman Menuju Keberagaman, Wacana Multikultural dalam Media, Jakarta: LSPP, 1999, terutama hal: 21-29. 68

Tabel 3 Kerangka analisis teks model Teun van Dijk Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen Struktur Makro Tematik Topik Tema/topik yang dikedepankan dalam berita Superstruktur Skematik Skema Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita Struktur Mikro Struktur Mikro Struktur Mikro Sintaktis Bagaimana bentuk dan susunan kalimat yang dipilih Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks Retoris Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata ganti Leksikon Grafis, Metafora, Ekspresi Sumber: Eriyanto, Analisis wacana, Pengantar Analisis teks Media, Yogyakarta: LkiS, hal: 228 Keterangan: Topik adalah gagasan inti, ringkasan utama teks dan menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan dalam berita. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral dan paling penting dari teks. Topik menggambarkan tema umum suatu berita dan akan didukung oleh beberapa sub topik yang saling mendukung terhadap topik utama sehingga terbentuk suatu teks yang utuh. Skema atau alur menunjukkan bagaimana bagian teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti. Berita umumnya mempunyai dua skema 69

besar, Summary (ringkasan) dan Story (isi berita). Summary ditandai judul dan Lead yang menunjukkan tema yang ingin ditampilkan dalam berita. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan dari apa yang ingin disampaikan sebelum masuk dalam isi berita secara keseluruhan. Story adalah isi berita secara keseluruhan yang secara hipotetik terbagi dua sub kategori. Pertama berupa gambaran situasi jalannya peristiwa dan yang kedua berupa komentar yang ditampilkan dalam teks. Latar adalah bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin disampaikan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa dan bisa menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam teks. Lewat latar dapat dibongkar apa maksud yang hendak disampaikan dan menganalisis maksud tersembunyi yang sesungguhnya ingin dikemukakan dalam teks. Detil berkaitan dengan kontrol informasi yang disampaikan. Komunikator atau penulis akan menyampaikan informasi yang menguntungkan pihaknya dan sebaliknya akan menyembunyikan atau meminimalkan informasi yang merugikan. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengeskpresikan sikapnya secara implisit. Lewat elemen Maksud, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas dan informasi yang merugikan akan diuraikan secara implisit, dan tersembunyi. Maksud menunjukkan bagaimana secara eksplisit wartawan menggunakan praktek bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan bisa juga secara implisit menyingkirkan versi kebenaran lain. 70

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau antar kalimat dalam teks, dua fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak berhubungan. Koherensi melihat bagaimana sseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa, apakah dipandang sebagai peristiwa terpisah, berhubungan atau justru sebagai sebab akibat. Koherensi Kondisional antara lain ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Kalimat kedua merupakan penjelas dari kalimat pertama yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti yang dan dimana. Sebagai penjelas, ada tidaknya kalimat kedua sebenarmya tidak mengurangi arti kalimat. Anak kalimat adalah cermin kepentingan komunikator sebab bisa memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu pernyataan. Koherensi Pembeda melihat bagimana dua peristiwa atau fakta dibedakan. Dengan konerensi pembeda, dua peristiwa dapat dibuat seolah-olah bertentangan atau kontras. Jika koherensi kondisional melihat bagaimana dua peristiwa dihubungkan, koherensi pembeda melihat bagaimana dua kalimat dibedakan. Pengingkaran menggambarkan bagaimana komunikator menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara eksplisit. Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentai atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Bentuk Kalimat berkaitan dengan cara berpikir logis dan prinsip kausalitas. Bentuk kalimat menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat aktif seseorang menjadi subyek pernyataannya, sedang dalam kalimat pasif seseorang menjadi obyek pernyataannya. 71

Kata Ganti untuk menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti dipakai komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Prinsipnya, kata ganti dipakai untuk merangkul dukungan dan menghilangkan oposisi yang ada. Misalnya kata ganti kami atau kita bisa menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik serta mengurangi kritik dan oposisi kepada diri sendiri. Leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. Praanggapan (Presupposition) merupakan pernyataan yang dipakai untuk mendukung makna suatu teks. praanggapan merupakan upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya sehingga tidak perlu dipertanyakana lagi. Praanggapan umumnya didasarkan pada ide common sense, praanggapan yang logis sehingga meskipun tidak ada atau belum terjadi tidak dipertanyakan kebenarannya. Grafis adalah elemen untuk memeriksa apa yang ditekankan dan dianggap penting dalam teks. Grafis biasaya muncul lewat bentuk tulisan yang berbeda dengan tulisan lain, huruf tebal, tanda petik, tabel, angka, grafik serta gambar. Grafis menunjukkan bagian mana yang harus mendapat perhatian dan dianggap penting. Metafora bisa menunjukkan makna utama suatu teks. Metafora tertentu dipakai sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Metafora bisa berupa sesuatu yang dipercaya masyarakat, 72

ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, atau mungkin ungkapan yang diambil dari ayat suci, semuanya bisa dipakai untuk memperkuat pesan utama. 2. Kognisi Sosial Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial merupakan suatu hal penting dalam memahami proses produksi berita. Proses ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu misalnya hasil wawancara, konferensi pers atau lainnya. Proses yang dimaksud juga melihat bagaimana peristiwa ditafsirkan, disimpulkan dan dimaknai oleh wartawan yang akan menulis berita. 109 Produksi berita, memahami dan memaknai peristiwa terjadi dalam kognisi sosial wartawan. Kognisi sosial menjadi jembatan antara dimensi teks (tataran mikro) dengan kondisi sosial (tataran makro). Kognisi sosial adalah kesadaran mental seseorang yang membentuk sebuah teks. Asumsinya, teks sesungguhnya tidak mempunyai makna, tapi makna diberikan oleh pemakai bahasa melalui skema (Schemata) kesadaran mental pemakai bahasa, skema ini oleh van Dijk di sebut Model. Model adalah penghubung penting antara aspek sosial dan pribadi, antara umum dan khusus, antara gambaran sosial dan pembentukannya dalam wacana serta praktek sosial yang lain. Intinya, model menggambarkan pengalaman seseorang sehari-hari, baik lewat pengamatan maupun partisipasi dalam tindakan, peristiwa atau wacana. Model bersifat personal, subyektif, dan terbatas konteks, 109 Eriyanto, Ibid, hal: 266 73

model menonjolkan apa yang diketahui oleh individu, berfikir mengenai tindakan, kejadian atau fakta tertentu dan menginterpretasikannya secara subyektif. Individu secara terus menerus meniru kejadian sehari-hari baik dalam kegiatan komunikasi maupun dengan membaca berita. Ringkasnya semua praktek sosial kita diawasi oleh model mental. Meskipun model bersifat unik, personal dan terbatas konteks, model bersifat sosial sebab pengetahuan dan opini individu dipengaruhi oleh pengetahuan sosiokultural dan opini kelompok. 110 Ketika meliput peristiwa, wartawan menggunakan model untuk memahami peristiwa yang ada di hadapannya. Ada beberapa strategi yang dipakai oleh model dalam memahami peristiwa. Pertama, menyeleksi berbagai sumber dan informasi mengenai suatu peristiwa. Pilihan yang diambil ditentukan oleh evaluasi yang dilakukan dalam pikiran wartawan, dan hal itu menunjukkan posisi yang diambil di antara pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa. Kedua, reproduksi informasi, apakah informasi yang didapat dikopi, digandakan atau justru tidak dipakai. Ketiga, penyimpulan informasi. Strategi besar dalam memproduksi berita yang berhubungan dengan mental kognisi wartawan adalah penyimpulan atau peringkasan informasi, bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan ringkas. 3. Analisis Sosial Untuk melihat proses produksi dan reproduksi wacana dalam masyarakat, van Dijk menawarkan analisis sosial yang menguraikan bagaimana kelompok 110 Teun A.van Dijk, Opinions and Ideologies in The Press, dalam Allan Bell and Peter Garrett (ed), Approach to Media Discourse, Oxford: Blackwell Publisher, 1998, hlm. 26-27 74

dominan membentuk wacana yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa menopang dominasi serta kekuasaannya. Menurut van Dijk, ada tiga hal yang dilihat dalam analisis sosial, yaitu kekuasaan, dominasi dan akses. 111 Kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan yang dimiliki suatu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain kontrol langsung dan bersifat fisik, kekuasaan juga bisa berbentuk persuasif, yakni tindakan seseorang yang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan. Dominasi bisa diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan sosial. Pada kelompok yang berkuasa, dominasi menghasilkan berbagai macam bentuk ketidakadilan sosial. Dominasi direproduksi lewat pemberian akses khusus terhadap sumber-sumber sosial secara diskriminatif. Dominasi juga direproduksi dengan melegitimasi akses tertentu lewat bentuk-bentuk kontrol pikiran yang manipulatif dan cara lain agar kelompok yang didominasi bisa menerima keadaan tersebut secara suka rela. Teun van Dijk juga melihat akses sebagai faktor penting dalam produksi wacana, bagaimana akses yang dimiliki setiap kelompok dalam masyarakat. Kelompok elite biasanya mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Misalnya kelompok yang berkuasa punya akses lebih besar terhadap media sehingga bisa mempengaruhi kesadaran khalayak dan menentukan topik serta isi wacana apa yang dapat disebarkan kepada khalayak. 111 Elemen-elemen analisis sosial diambil dari Teun A van Dijk, Discourse and Cognition in Society dalam David Crowly & David Mitchell, Communication Theory Today, UK Cambridge: Polity Press, 1994, hal: 108-110 dan Eriyanto, Op.Cit,, hal: 271-274 75

Khalayak dan kelompok lain yang tidak mempunyai akses hanya akan menjadi konsumen dari wacana yang telah ditentukan, bahkan bisa memperbesar wacana tertentu lewat reproduksi dari apa yang telah mereka terima dari kelompok dominan. Meskipun ketiganya adalah bagian yang integral, dalam prakteknya analisis bisa dilakukan secara terpisah. Karena beberapa keterbatasan, penelitian ini hanya mengkaji dimensi teks dan konteks sosial. Analisis teks menggunakan metode analisis bahasa kritis (Critical Linguistic) yang mengkaji struktur teks dari level makro hingga mikro. Analisis teks bukan hanya melihat muatan teks yang bersifat nyata (manifest) tapi juga berusaha membedah makna yang tersembunyi di balik suatu pesan. Setelah mengkaji strategi wacana dalam teks berita, penelitian dilanjutkan dengan kajian pustaka untuk melihat bagaimana faktor kekuasaan, dominasi dan akses membentuk dominasi wacana tertentu dalam masyarakat dan bagaimana wacana lainnya tersingkirkan. Pada bagian ini juga melihat kaitan antara wacana yang ada dalam teks berita dengan wacana yang beredar dalam masyarakat serta melihat beberapa faktor yang diasumsikan mempengaruhi proses produksi berita sehingga menghasilkan wacana tertentu. C. Karakteristik Analisis Wacana Analisis wacana kritis tidak semata melihat benar-tidaknya susunan dan pemakaian bahasa, tapi lebih melihat peran bahasa dalam memproduksi dan reproduksi kekuasaan, bahasa sebagai praktik sosial dan dikaitkan dengan konteks tertentu. Analisis wacana melihat bahasa sebagai alat untuk melihat ketimpangan 76

kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti diuraikan Eriyanto, analisis wacana kritis mempunyai beberapa karakteristik. 112 Pertama, Tindakan. Wacana dipahami sebagai suatu tindakan (action). Jadi membaca, menulis dan menggunakan bahasa bukan dipakai untuk dirinya sendiri tapi untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Konsekuensinya adalah wacana harus dilihat sebagai sesuatu yang bertujuan dan dengan demikian berarti diekspresikan secara sadar dan terkontrol. Kedua, Konteks. Menurut Guy Cook, seperti dikutip Eriyanto, 113 analisis wacana kritis juga melihat konteks komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Bahasa tidak dilihat sebagai mekanisme internal linguistik semata, juga tidak berada dalam ruang tertutup, tapi dipahami dalam konteks keseluruhan. Cook melihat ada tiga hal sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, kata-kata yang tercetak dan semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar efek suara citra dsb. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya partisipan, situasi, fungsi yang dimaksudkan dsb. Wacana adalah penggambaran teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi. Ketiga, Historis. Menempatkan wacana dalam konteks tertentu berarti melihat bagaimana teks diproduksi dalam situasi tertentu. Untuk mengerti sebuah 112 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS, 2000, hal. 8-14 113 Ibid 77

teks maka harus menempatkan teks tersebut dalam konteks historis tertentu, yakni bagaimana situasi sosial politik yang ada pada saat teks tersebut diciptakan. Keempat, Kekuasaan (Power). Wacana yang muncul baik dalam bentuk teks maupun percakapan tidak dilihat sebagai sesuatu yang alamiah dan netral tapi sebagai bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan tidak hanya diinterpretasikan dalam lingkup negara tapi sebagai kontrol sebuah kelompok terhadap kelompok lain, 114 misalnya kuasaan laki-laki dalam seksisme, kulit putih terhadap kulit hitam dalam rasisme dsb. Pengguna bahasa dilihat sebagai anggota dari kategori sosial tertentu, apakah sebagai wartawan, penganut suatu agama, dokter, laki-laki dst. Karena itu analisis wacana kritis tidak hanya melihat teks tapi menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Kelima, Ideologi. Ideologi juga konsep sentral dalam analisis wacana kritis sebab teks dan percakapan adalah bentuk praktik atau cerminan ideologi tertentu. Melalui ideologi kita bisa melihat dengan cara bagaimana makna dimobilisasi menggunakan bentuk-bentuk simbolik tertentu dan berfungsi menopang serta mengukuhkan dominasi. 115 Ideologi dibangun oleh kelompok dominan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi dengan cara membentuk kesadaran khalayak sehingga dominasi yang mereka lakukan bisa terlihat sebagai sesuatu yang sah dan wajar. Wacana dalam pendekatan ini dilihat sebagai medium bagi kelompok dominan untuk melakukan persuasi dan komunikasi kepada khalayak 114 Dalam Teun A. Van Dijk, Ideology and Discourse, A Multidiciplinary Introduction, diambil dari situs www.hum.uva.nl/teun. 115 tepatnya Thomposn menyatakan,...i propose to conceptualize ideology in terms of the ways in which the meaning mobilized by symbolic forms serves to establish and sustain relation of domination dalam John B Thompson, Ideology and Modern Culture: Critical Social Theory in The Era of Mass Communication, Cambridge, Polity Press, 1990, hal. 58. 78

agar produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki tampak absah dan benar. ideologi hanya berfungsi efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas, termasuk pihak yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. D. Kelemahan Penelitian Seperti telah dikemukakan sebelumnya dalam uraian mengenai analisis wacana, pada dasarnya analisis wacana model van Dijk membagi analisisnya dalam tiga tahapan, yaitu analisis teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Namun karena beberapa keterbatasan, penelitian ini hanya menggunakan dua tahapan analisis yakni analisis teks (level mikro) dan analisis sosial (level makro). Analisis kognisi sosial sebenarnya dilakukan untuk melihat bagaimana faktor sosial di luar individu mempengaruhi individu pembuat teks sehingga menghasilkan teks yang mempunyai kecenderungan tertentu, jadi kognisi sosial merupakan jembatan antara level makro dan mikro. Dengan hanya meneliti wacana dalam teks (level mikro) dan melihat produksi wacana dalam masyarakat (level makro), maka penelitian ini tidak mampu menjawab secara tepat kenapa seorang pembuat teks memunculkan wacana tertentu. Kedua, elemen dari struktur analisis wacana model van Dijk seperti tematik, skematik, koherensi, praanggapan, nominalisasi dan lainnya merupakan elemen ideal yang biasa dijumpai dalam teks, namun elemen tersebut bukan suatu standart yang harus ada dalam penulisan teks berita sehingga suatu berita kadangkala tidak mengandung semua elemen wacana tersebut. Untuk 79

mengantisipasi kelemahan tersebut, analisis teks berita dilakukan berdasarkan korpus data, yakni dengan cara menggabungkan berita-berita yang masih dalam satu konteks peristiwa yang sama sebagai satu teks dan dianalisis berdasarkan bagian-bagian yang mewakili masing-masing elemen wacana. Ketiga, dalam analisis model van Dijk, teks dilihat sebagai satu kesatuan yang holistik dan koheren, setiap bagian dan unsur-unsur yang membentuk teks saling berkaitan dan saling mendukung. Dengan cara pandang demikian, peneliti tidak bisa menghindari adanya generalisasi tema, suatu teks diasumsikan mempunyai satu tema utama yang disusun dari beberapa sub tema lain yang saling mendukung. Sehingga, apabila dalam suatu teks terdapat tema lain yang tidak sejalan dengan tema utama, sub tema yang berbeda tersebut bisa diabaikan. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk mendapatkan wacana tentang Partai Komunis Indonesia, fokus kajian penelitian ini adalah berita tentang usulan pencabutan TAP Nomor XXV/MPRS/1966 yang muncul pada tahun 2000 dan berita tentang Caleg Eks PKI tahun 2004 yang ada dalam surat kabar Kompas dan Republika. Moment tersebut dipilih karena pada kedua peristiwa tersebut pemberitaan mengenai Partai Komunis Indonesia kembali diangkat. Surat kabar Kompas dan Republika dipilih sebagai subyek penelitian karena kedua media punya latar belakang dan karakteristik berbeda. Kompas telah eksis saat peristiwa G30S terjadi sedangkan Republika lahir di tengah kekuasaan Orba. Kedua media juga mempunyai kecenderungan ideologis berbeda, meskipun tidak 80

berafiliasi langsung dengan partai tertentu, Kompas mempunyai kedekatan dengan kelompok Katolik sedang Republika memposisikan diri sebagai koran Islam. Jika Republika dianggap menyuarakan aspirasi umat islam, Kompas justru sangat hatihati ketika mengangkat berita yang menyangkut umat islam. Perbedaan tersebut diasumsikan mempengaruhi pemberitaan kedua media sehingga menghasilkan berita yang berbeda. Untuk melihat wacana tentang Partai Komunis Indonesia dalam Kompas dan Republika, dipilih berita-berita dari Kompas dan Republika yang dinilai menampilkan kecenderungan wacana tentang partai tersebut, misalnya berita yang mengangkat soal latar belakang PKI, ideologi komunis, Gerakan 30 September, dalang G30S dan siapa menjadi korban serta beberapa implikasi lainnya. F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan datanya melalui dua cara. Pertama, pengumpulan data primer dengan cara mengumpulkan dan mendokumentasikan berita-berita yang menjadi fokus utama dalam penelitian pada Surat kabar Kompas dan Republika. 116 Kedua, pengumpulan data sekunder melalui berbagai buku, jurnal, opini/artikel, ataupun literatur-literatur lain yang relevan dengan tema penelitian ini. 116 Pendokumentasian ini dilakukan peneliti dengan mengunjungi pusat data atau perpustakaan Kompas dan Republika di Jakarta. Kemudian peneliti mengkopi dan pengkliping berita-berita tentang Tap MPRS Nomor XXV/1966 dan Caleg eks PKI. 81

G. Analisis Data Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana yang terbagi dalam dua tahapan. Pertama, menganalisis berita tentang Partai Komunis Indonesia dalam surat kabar Kompas dan Republika berdasarkan elemen-elemen wacana model van Dijk yang mempunyai kerangka analisis sebagaimana tergambar di bawah. 117 Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen Struktur Makro Tematik Topik Tema/topik yang dikedepankan dalam berita Superstruktur Skematik Skema Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi Struktur Mikro Struktur Mikro Struktur Mikro Sintaktis Bagaimana bentuk dan susunan kalimat yang dipilih Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks Retoris Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata ganti Leksikon Grafis, Metafora, Ekspresi Kedua, analisis sosial berupa studi pustaka yang dilakukan untuk melihat bagaimana wacana mengenai PKI diproduksi oleh Orde Baru dan beberapa wacana alternatif mengenai masalah tersebut. Kajian pustaka juga diupayakan untuk mengetahui mengapa Kompas dan Republika memunculkan wacanawacana tertentu mengenai Partai Komunis Indonesia. 117 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Media, Yogyakarta: LKiS, 2001, hal. 228 82