BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

RENCANA STRATEGIS NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2007

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

GAMBARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI INTEGRASI FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DI DKI JAKARTA TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA STRATEGIS NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

RENCANA STRATEGIS NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 300/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI INFLUENZA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Mahardika Universitas Udayana Denpasar-Bali HP:

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Manajemen Komunikasi Pengendalian Penyakit. dwi cipto b

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

Transkripsi:

Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe H5N1. Saat ini FB menjadi perhatian dunia karena virus FB memiliki kemampuan untuk terus menerus bermutasi sehingga dalam perkembangannya virus ini dapat menular dari unggas ke manusia. Sejak tahun 2003 di dunia kumulatif tercatat 15 negara terinfeksi virus FB pada manusia. Kejadian FB/AI di dunia dari tahun ke tahun mempunyai kecenderungan menurun. Hal ini dikarenakan semakin waspada dan cepatnya penanggulangan penyakit tersebut baik dari aspek hewan maupun manusia. Pada tahun 2013 FB terdapat di 6 negara termasuk Indonesia. Walaupun demikian perlu peningkatkan surveilans epidemiologi dan virologi pada unggas dan manusia karena sifat virus influenza A yang dapat mengalami perubahan genetik baik secara mutasi maupun percampuran genetik dua virus influenza atau lebih (reassortment). Sampai saat ini FB pada manusia penularannya melalui infeksi dari unggas ke manusia. Terbukti virus FB pada manusia mempunyai karakter genetik yang sesuai dengan karakter genetik virus pada hewan. Pembelajaran penanggulangan FB di Hongkong pada saat kejadian luar biasa (KLB) pertama FB H5N1 pada manusia di dunia pada tahun 1997, maupun KLB H7N9 di China yang terjadi pada tahun 2013 menunjukan bahwa penanggulangan pada hewan seperti depopulasi dan tindakan penyehatan sanitasi dan higiene di pasar unggas hidup dapat menurunkan secara drastis penyebaran dan perluasan FB atau memutus rantai penularan dari unggas ke manusia. Buku saku ini disusun dengan maksud untuk dapat dipergunakan sebagai petunjuk bagi pengelola program pengendalian FB, dokter dan paramedis yang bertugas di i 9. Meningkatkan kesiapan dukungan logistik di sarana pelayanan kesehatan termasuk APD dan obat obatan. 10. Melakukan pemantauan terhadap kesiapan logistik obat-obatan, alat pelindung diri (APD) dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium. 11. Setiap ditemukan adanya kasus Suspek Flu Burung di wilayah kerja masingmasing agar segera dilaporkan kejadian tersebut dalam waktu kurang dari 24 jam ke nomor komunikasi langsung (hotline) dibawah ini: Posko KLB Ditjen PP dan PL : 021-4257125 021-36840901 021-42877588 SMS GATE WAY : 08576459997 08576459996 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii A. PENDAHULUAN... 1 B. GEJALA KLINIS PADA MANUSIA... 8 C. PENULARAN (H5N1 CLADE 2.3 SUBCLADE 2.3.2)... 8 D. PENCEGAHAN DALAM RANGKA PENGENDALIAN... 9 E. KEWASPADAAN DINI DALAM RANGKA PENGENDALIAN... 10 F. TATALAKSANA PENGENDALIAN FLU BURUNG... 11 G. PERAN PEMERINTAH... 12 G. PERAN PEMERINTAH 1. Meningkatkan koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian virus H5N1 termasuk clade 2.3. 2. Menyiapkan pusat-pusat layanan kesehatan untuk menghadapi kemungkinan penularanflu Burung H5N1 termasuk clade 2.3 pada manusia seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum, 100 Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan Laboratorium di berbagai tempat/daerah termasuk menyiagakan dukungan tenaga yang terlatih. 3. Penyuluhan dan edukasi masyarakat luas melalui berbagai media termasuk Surat Edaran ke Dinas Kesehatan dan UPT tanggal 11 dan 28 Desember 2012 tentang kesiapsiagaan kemungkinan adanya kasus Flu Burung dengan clade 2.3. 4. Meningkatkan surveilans integrasi pada unggas dan manusia. A. PENDAHULUAN 1. SITUASI Sejak tahun 2003 Flu Burung pada manusia yang disebabkan oleh Virus Influenza A subtipe H5N1 telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Kumulatif sampai dengan 5 Juli 2013 tersebar di 15 negara, yaitu: Azerbaijan, Bangladesh, Kamboja, China, Djibouti, Mesir, Indonesia, Irak, Laos, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turki dan Vietnam (sumber WHO). Pada tahun 2012 terdapat di enam negara, yaitu: Bangladesh, Kamboja, China, Mesir, Indonesia dan Vietnam. Jumlah kumulatif kasus Flu Burung (H5N1) pada manusia di dunia (sumber WHO) sampai 8 Oktober 2013 terdapat 641 kasus dan diantaranya 380 kasus meninggal (Angka Fatalitas Kasus 59,28%). Sebagian besar virus A H5N1 pada manusia ini berasal dari kelompok genetik (clade 2.1). Sedangkan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3 pernah dilaporkan terjadi sebanyak 14 iii 12 1

pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Deteksi dini flu burung harus dapat dilakukan oleh petugas kesehatan sehingga tatalaksana flu burung khususnya pemberian anti virus oseltamivir dapat segera diberikan dalam waktu atau kurang dari 48 jam sejak kasus suspek mulai sakit (onset), sebagai upaya untuk menurunkan angka fatalitas kasus. Deteksi dini dapat dimulai dari penemuan kasus suspek pada manusia dengan gejala serupa influenza (influenza like illness/ili) dan anamnesa terpapar faktor risiko kontak langsung dengan unggas, unggas sakit atau mati atau berada di lingkungan unggas tersebut. Adanya informasi kasus avian influenza pada unggas Dinas Peternakan atau Dinas yang bertanggung jawab bidang peternakan segera dapat disampaikan kepada Dinas Kesehatan dan atau ke petugas kesehatan setempat untuk dilakukan surveilans pada masyarakat sekitar begitu juga sebaliknya. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas perhatian, bantuan dan masukan serta kontribusi dalam penyusunan buku ini. Akhirnya saya mengharapkan semoga buku ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pengendalian flu burung. Semoga Allah SWT memberkati dan meridhoi upaya kita. Jakarta, Oktober 2013 Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: 1. Subdit Pengendalian Zoonosis Telp / Faks : 021-4266270 Email : subditzoonosis@yahoo.com 2. Balitbangkes (Laboratoriuam Rujukan Nasional Flu Burung) Telp : 021-42887606 3. Subdit Bina Yankes Rumah Sakit Rujukan dan Fasilitas Kesehatan Lain Telp / Faks : 021-5279487 Email : subditkhusus2011@yahoo.com 4. Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI Telp : 021-52907416-19 Faks : 021-52921669 Call center : 021-30413700 Email : puskom.publik@yahoo.co.id info@puskom.depkes.go.id kontak@puskom.depkes.go.id Untuk Sektor Peternakan dapat menghubungi: Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (UPPAI) SMS / Call Center : 08118301001 Website : www.ditjennak.deptan.go.id ii 15 3 kasus di Bangladesh, dan 5 kasus di China (2 diantaranya berasal dari Hongkong). Sebanyak 3 kasus yang meninggal berasal dari China. Virus H5N1 clade 2.3 pada unggas telah dilaporkan di Negara Iran, Nepal, India, Bangladesh, Bhutan, China, Vietnam, Jepang, Rusia, Indonesia serta beberapa negara lainnya. Di Indonesia, dari tahun 2005 Oktober 2013, dilaporkan terjadi 194 kasus dengan 162 kematian Flu Burung (H5N1) clade 2.1.2 yang tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kab/Kota. Terdapat kecenderungan penurunan drastis kasus FB pada manusia yaitu 55 kasus pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012. Dari bulan Juni 2005 sampai dengan Oktober 2013 belum ditemukan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3. 2. Mencermati dan mewaspadai terhadap perdagangan unggas yang terjadi antar daerah di wilayah setempat. 3. Melakukan surveilans aktif dan intensif terhadap semua kontak dekat (closedcontact) unggas sakit atau mati. 4. Jika ada penemuan itik, bebek, entok dan unggas air lainnya yang sakit atau mati mendadak segera melaporkan ke Dinas Peternakan terdekat atau pemuka masyarakat (Kepala Desa/Lurah, Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat lainnya). F. TATALAKSANA PENGENDALIAN FLU BURUNG Petugas kesehatan di pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, jika menemukan pasien dengan gejala penyakit serupa Influenza (Influenza Like Illness/ILI) disertai adanya kontak/berada di sekitar area dengan unggas sakit/mati mendadak dalam waktu 7 hari sebelum sakit (Suspek Flu Burung), agar segera melapor ke (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota). 5. Pembatasan lalu lintas ternak itik dan produknya dari peternakan dilakukan di daerah dimana terjadi peningkatan kasus Avian Influenza (AI) oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang peternakan, serta pengawasan lalu lintas di tempat-tempat pengeluaran dan pemasukan oleh pihak Karantina Hewan, dengan mengacu pada SOP Pengendalian AI Tahun 2010. Lalu lintas itik hidup dari daerah tertular kasus AI dipersyaratkan dengan kelengkapan hasil uji laboratorium PCR negatif. 6. Meningkatkan kewaspadaan di daerah perbatasan melalui kantor kesehatan pelabuhan. 7. Memperkuat kemampuan laboratorium baik di Pusat maupun Regional (laboratorium pelaksana), untuk deteksi dini dan menegakkan diagnosis serta analisis tipe dan sub tipe virusnya. 8. Meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dengan gejala influenza like illness (ILI) termasuk di setiap bandara/pelabuhan. 2 11 13

5. Segera melaporkan bila menemukan itik/unggas yang sakit atau mati mendadak ke Dinas Peternakan atau dinas yang bertanggung jawab terhadap peternakan dan Puskeswan setempat. 6. Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga dengan salah satunya selalu mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang benar sesuai pedoman. 7. Memasak itik/unggas dan atau produknya sampai benar-benar matang. 8. Datang/lapor ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit) terdekat jika ada anggota masyarakat atau pasien dengan gejala-gejala Flu Burung seperti tersebut diatas. E. KEWASPADAAN DINI DALAM RANGKA PENGENDALIAN 1. Mengikuti secara cermat setiap unggas sakit, terjadinya kematian unggas, terutama jenis unggas air dalam jumlah besar di wilayah setempat. 10 2. Influenza (Flu) Influenza adalah penyakit pernapasan yang dapat menular disebabkan oleh virus influenza. Penyakit tersebut dapat menimbulkan gejala yang ringan sampai berat bahkan kematian. Terdapat 3 tipe virus influenza yaitu tipe A, B dan C. a. Virus Influenza tipe A - Virus ini dapat menginfeksi manusia maupun hewan. - Virus ini dapat mempunyai banyak subtipe berdasarkan variasi 2 protein yaitu hemaglutinin (HA) dan neuromidase (NA). - Protein HA mempunyai 17 jenis subtipe sedangkan protein NA mempunyai 10 jenis subtipe. - Kombinasi jenis protein ini dapat menghasilkan banyak variasi subtipe virus influenza A seperti H1N1, H3N2, H5N1, H7N9 dst. - Virus influenza tipe A dibagi menjadi dua kategori yaitu High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). 3 B. GEJALA KLINIS PADA MANUSIA Secara umum gejala klinis Flu Burung (H5N1 clade 2.1, H7N9), adalah: 1. Demam/panas tinggi 38 C 2. Batuk 3. Sakit tenggorok 4. Pilek 5. Sakit kepala 6. Sesak nafas 7. Dapat disertai diare Gejala klinis Flu Burung clade 2.3, seperti yang ditemukan di China antara lain: 1. Demam tinggi 2. Batuk 3. Pilek 4. Sesak nafas C. PENULARAN (H5N1 CLADE 2.3 SUBCLADE 2.3.2) Di Indonesia belum dilaporkan kasus Flu Burung pada manusia dengan clade 2.3, sehingga sampai saat ini penularan terjadi dari unggas ke unggas. b. Virus Influenza tipe B Biasanya tipe virus ini hanya menginfeksi manusia dan virus ini tidak mempunyai subtipe seperti virus influenza tipe A. c. Virus Influenza tipe C Virus ini biasanya hanya menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak menimbulkan epidemi maupun pandemi. Genetika virus influenza dapat dibagi menjadi beberapa clade dan subclade. Pada virus flu burung (H5N1) di Indonesia saat ini terdapat dua clade yaitu clade 2 dan clade 3. Virus flu burung H5N1 termasuk dalam High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang banyak menyebabkan kematian di dunia termasuk di Indonesia. Kasus konfirmasi flu burung pada manusia di Indonesia saat ini tergolong dalam virus influenza A subtype H5N1 clade 2.1.3. Pada unggas menurut informasi dari 8 5

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian serta pemeriksaan laboratorium veteriner oleh BBV Wates dan BalitVet, telah teridentifikasi virus H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 yang mengakibatkan kematian pada unggas. Adapun gejala pada unggas yang terserang virus H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 sebagai berikut: a. Tortikolis (leher terputar) b. Kejang-kejang c. Inkoordinasi d. Sulit berdiri e. Selaput mata keputihan Pada tanggal 1 April 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui situs www.who.int menyatakan laporan adanya 3 kasus konfirmasi virus Influenza A (H7N9) di China. Sebelum kejadian di China ini, tidak pernah ditemukan H7N9 pada manusia di dunia. Pada unggas, virus Avian Influenza A(H7N9) tidak ganas, tidak memberikan gejala sakit (asimtomatik) atau gejala sangat ringan (mild symptoms) atau disebut Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Hal ini berbeda dengan virus H5N1 yang bersifat ganas pada unggas dan menimbulkan kematian unggas yang mendadak, mudah menular pada unggas dan berdampak memberikan kerugian besar pada aspek ekonomi. Pada manusia, virus flu burung H7N9 ini bersifat patogen dan menimbulkan gejala awal seperti influenza, adanya demam,batukbatuk disertai dengan gangguan pernafasan/ sesak nafas, pnemonia dan dapat menimbulkan kematian. Gejala klinis menyerupai kasus flu burung yang disebabkan oleh H5N1, perbedaannya adalah subtipe virus penyebabnya yang dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Menurut WHO sampai Agustus 2013 jumlah kasus kumulatif Flu Burung H7N9 sebanyak 135 kasus, 44 kasus diantaranya meninggal, sehingga angka fatalitas kasus (CFR) sebesar 32,30%. Sampai bulan Oktober 2013 virus Avian Influenza subtipe H7N9 belum ditemukan pada manusia di Indonesia. Pembagian ini berdasarkan kemampuan virus menyebabkan gejala sakit ringan, berat bahkan kematian. Infeksi pada unggas dengan LPAI hanya menyebabkan sakit ringan dan tidak menimbulkan kematian, bahkan kadang tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada HPAI dapat menyebabkan sakit berat dengan kematian yang tinggi. Infeksi HPAI dapat menyebabkan kerusakan organ berganda pada ayam dan biasanya menyebabkan kematian yang tinggi dalam waktu 48 jam. Sebaliknya pada bebek/itik yang terinfeksi biasanya tidak menimbulkan gejala penyakit. Sedangkan penularan virus flu burung yang hanya terbatas antar unggas atau dapat menularkan pada unggas serta manusia tergantung pada jenis subtipe virus influenza. Influenza tipe A dapat menimbulkan epidemi/wabah dan pandemi/wabah di banyak negara. D. PENCEGAHAN DALAM RANGKA PENGENDALIAN Terkait dengan ditemukannya kasus Avian Influenza subtipe H5N1 dengan clade 2.3 subclade 2.3.2 pada itik, maka untuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan penularannya kepada manusia melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sedapat mungkin menghindari kontak langsung dengan itik dan atau produknya (daging, telur, kotoran), terutama itik/unggas lain yang sedang sakit/mati. 2. Bila terpaksa harus kontak dengan itik/unggas lain dan atau produknya maka diusahakan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri/APD (masker, sarung tangan, kacamata, sepatu booth). 3. Mengisolasi serta tidak memelihara itik/unggas lain bersama dengan ayam atau unggas lainnya berada dalam 1 kandang. 4. Pemeliharaan unggas lain (ayam) dan itik kandangnya harus berjarak sekitar 25 meter dari rumah tempat tinggal. Kandang dibersihkan secara berkala dengan menggunakan desinfektan dan petugas pembersih menggunakan APD. 6 7 4 9