BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan mengelola bumi dengan baik. Bekal terakhir inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB VI PENUTUP. kesimpulan dan saran sebagai berikut: Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar Negeri akan. tinggalkan cenderung tidak terurus dengan baik.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB IV. Refleksi Teologis

Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditahun Menurut data tersebut, diperkirakan 1 dari 5 anak diamerika mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan setiap individu memperoleh sumber utama pemeliharaan kejiwaan dan kerohanian dari keluarga 1. Keluarga inti merupakan unit terkecil dalam kelompok sosial, yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak 2. Setiap anggota keluarga sebagai suatu sistem memiliki peran masing masing untuk saling berinteraksi. Hubungan antar anggota keluarga antara lain:hubungan suami-istri, hubungan orang tua dan anak dan hubungan antara saudara 3. Setiap hubungan di dalam keluarga menimbulkan peran tersendiri, yaitu seorang ayah bertugas sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pemberi nafkah, serta melindungi keluarga 4. Sedangkan peranan ibu sebagai pengurus rumah tangga dan menciptakan kehangatan dalam keluarga 5. Di dalam menjalankan peran-peran tersebut, kedua orang tua harus memiliki kesamaan visi dalam proses mendidik dan mendampingi pertumbuhan anak-anak mereka. Fungsi orang tua terhadap anak adalah bertanggung jawab atas perkembangan anak-anak mereka 6. Namun, gambaran mengenai keluarga yang harmonis yang terdiri dari ayah, ibu dan anak tidak selamanya dimiliki oleh semua keluarga. Pada kenyataannya, dalam masyarakat yang modern banyak keluarga yang kehilangan keutuhan tersebut. Mereka harus menghadapi dinamika hidup atau persoalan dalam rumah tangga. Hal tersebut dapat menyebabkan mereka harus mengganti status mereka menjadi orang tua tunggal. Orang tua tunggal, sesuai dengan arti harfiah, adalah orang yang mengasuh, menafkahi, membesarkan anaknya tanpa pasangan, baik lelaki atau perempuan, dalam status apa pun, baik bercerai, berpisah tanpa bercerai, kematian, atau tanpa menikah (unmarried single parent) 7. Tidak seorang pun bercita-cita menjadi orang tua tunggal, termasuk kaum perempuan. Ketika 1 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (terj.), Yogyakarta: Kanisius, 2002, p. 371. 2 Andreas Soeroso, Sosiologi I, Jakarta: Yudistira, 2008, p. 23. 3 Evelyn Sulaeman, Hubungan-hubungan dalam Keluarga, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999, p. 100. 4 Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: Kanisius, 1991, p.13. 5 Jane Cary Peck, Wanita,p. 13. 6 Evelyn Sulaeman, Hubungan-hubungan dalam Keluarga, p. 108. 7 Merry Magdalena, Menjadi Single Parent Sukses, Jakarta: Grasindo, 2010, p. 9. 1

menikah, perempuan pasti menginginkan membangun rumah tangga yang harmonis dan mempunyai keluarga yang lengkap untuk mengasuh anak. Sayangnya, banyak keadaan yang memaksa perempuan menjadi orang tua tunggal, bisa karena perceraian, kematian, akibat dari hubungan di luar nikah, atau status masih terikat pernikahan tetapi tidak menikmati hak sebagai seorang istri. Keberadaaan orang tua tunggal belum bisa diterima di kalangan masyarakat Indonesia. Biasanya respon pertama masyarakat terhadap status orang tua tunggal lebih mengarah kepada hal negatif daripada hal positif, terutama jika status tersebut dimiliki oleh seorang perempuan. Hal tersebut dikarenakan konsep pola pikir masyarakat Indonesia yang masih didominasi oleh pandangan bahwa keluarga ideal mesti terdiri dari ayah, ibu dan anak 8. Pada kenyataanya, masyarakat Indonesia belum siap menerima seorang ibu memiliki anak tanpa ayah. Perempuan berstatus janda atau tidak menikah tetapi memiliki anak, cenderung mengundang cibiran, gosip, kasak-kusuk yang berujung kepada diskriminasi. Perempuan sebagai orang tua tunggal menghadapi krisis seperti: stereotyping negatif yang berkembang di masyarakat dengan sebutan janda kembang, janda muda, janda gatel, sampai dikatakan perempuan perebut suami orang. Segala tingkah laku mereka dianggap negatif oleh orang lain, apalagi kalau mereka dalam usia yang masih muda;janda muda ini sering disebut dengan istilah janda di bawah umur (jamur). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat berpendapat perempuan adalah makhluk yang mempunyai kedudukan lebih rendah daripada laki-laki 9. Tidak jarang mereka mendapatkan pelecehan oleh para lelaki nakal, yang menganggap bahwa perempuan berstatus janda itu bisa diajak berhubungan sex (intercourse). Hal tersebut menyebabkan seorang perempuan sebagai orang tua tunggal dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. Padahal di Indonesia, kata asli untuk perempuan berasal dari kata empu yang diterjemahkan sebagai berdaulat atau ibu, maka sekurang-kurangnya hal itu menandakan bahwa kedudukan perempuan sebenarnya cukup tinggi 10. Dalam kondisi seperti itu, para perempuan sebagai orang tua tunggal berani mengambil resiko dalam memperjuangkan kehidupan dan kehidupan anaknya. Perempuan sebagai orang tua tunggal memiliki tugas yang luar biasa yaitu melakukan tugas ganda; berperan sebagai seorang ayah dan sekaligus sebagai ibu bagi anaknya. Ibu menjadi tokoh utama di dalam keluarga tersebut. Kebutuhan ekonomi keluarga masa kini terus meningkat, sehingga tidak jarang pasangan suami istri memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perempuan sebagai orang tua tunggal harus berperan sebagai tulang punggung yang menafkahi keluarga. Segala keputusan 8 Merry Magdalena, Menjadi Single Parent, p. 6. 9 Jesy, Dalam Penjara Patriarki, Perempuan Indonesia Berteologi Feminis dalam Konteks, Yogyakarta: Pusat Studi Feminis Universitas Kristen Duta Wacana, p. 122. 10 Marieanne Katoppo, Teologi Seorang Perempuan Asia,(terj.), Jakarta: Aksara Karunia, 2007, p. 16. 2

mengenai masalah keuangan, misalnya biaya kebutuhan hidup, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan sebagainya, tidak lagi dapat didiskusikan dengan pasangan. Sebagai perempuan yang bekerja, mereka tidak hanya dituntut untuk mencari nafkah, tetapi juga dituntut peranannya sebagai seorang ayah. Peranan menjadi seorang ibu tidaklah sedikit, mereka harus menjadi orang tua yang membimbing anaknya baik di sekolah, di rumah dan di semua aspek kehidupan. Ibu juga berperan sebagai pengasuh yang merawat anaknya ketika sakit dan menjadi pelindung bagi anaknya dari berbagai ancaman. Jika ibu kurang memahami peranan sebagai orang tua tunggal, hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan dalam mendidik anak mereka. Perempuan sebagai orang tua tunggal sering mempersalahkan keadaan dan merasa hidupnya serba kacau dan tak terkendali. Selama wawancara dengan perempuan sebagai orang tua tunggal berlangsung, mereka mengajukan banyak pertanyaan, seperti : Bagaimana agar mereka mampu mengatasi semua kenyataan ini? Mengapa Tuhan membiarkan mereka mengalami perceraian dengan suami? Mengapa Tuhan begitu cepat memanggil suami mereka? Bagaimana mereka mampu menghidupi anak-anak seorang diri? Bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak yang menanyakan ayahnya? Dimanakah mereka harus bertukar pikiran? Kemana seharusnya mereka mencari dukungan sebagai orang tua tunggal?. Orang tua tunggal yang menjadi perhatian di sini adalah kaum ibu tunggal, sebab mayoritas penyandang status orang tua tunggal adalah perempuan 11. Bagi perempuan yang menjadi orang tua tunggal, akan banyak persoalan yang dihadapi. Jika biasanya kegiatan rumah tangga dilakukan berdua dengan suami, kini harus dilakukan sendiri. Gereja Kristen Pasundan jemaat Kampung Sawah merupakan gereja yang berada di daerah Kampung Sawah, tepatnya di desa Jatimelati, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Konteks jemaat Kampung Sawah dipengaruhi oleh dua kebudayaan yaitu Sunda dan Betawi. Dalam menjalankan tugas dan panggilannya, GKP jemaat Kampung Sawah memiliki beberapa bidang komisi pelayanan, dua di antaranya adalah Komisi Diakonia Pendidikan dan Pelayanan Sosial (KOMDIKSOS) serta Komisi Pelayanan Perempuan (KPP). Perempuan sebagai orang tua tunggal tercatat sebanyak 154 jiwa yang terbagi dalam rentang usia 30-98 tahun 12. Komisi Diakonia Pendidikan dan Pelayanan Sosial memiliki program khusus kepada perempuan sebagai orang tua tunggal yaitu dengan memberikan bantuan berupa uang dan beras satu bulan sekali. Program lainnya yang diberikan oleh Komisi Diakonia Pendidikan dan 11 Merry Magdalena, Menjadi Single Parent, p. 17. 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Komisi Diakonia Pendidikan dan Pelayanan Sosial, 10 November 2013, di GKP Jemaat Kampung Sawah Bekasi. 3

Pelayanan Sosial adalah dengan pemberian uang dan parsel sembako pada setiap menjelang Natal. Kedua program tersebut merupakan wujud perhatian Komisi Diakonia Pendidikan dan Pelayanan Sosial kepada perempuan sebagai orang tua tunggal. Sedangkan Komisi Pelayanan Perempuan tidak memiliki program khusus untuk perempuan sebagai orang tua tunggal. Program yang dijalankan oleh komisi pelayanan perempuan hanya berupa kegiatan gerejawi seperti: kebaktian Komisi Pelayanan Perempuan, kebaktian Paskah, kebaktian Natal, kunjungan orang sakit, paduan suara, arisan dan doorprise. Pelayanan Komisi Diakonia Pendidikan dan Pelayanan Sosial dan Komisi Pelayanan Perempuan dalam setiap program yang dilakukan selama ini, belum menyentuh kepada ranah pendampingan pastoral. Dari hasil wawancara, terungkap bahwa perempuan sebagai orang tua tunggal sangat mengharapkan adanya upaya gereja dalam memberikan perhatian khusus kepada mereka, sehingga ada tempat di mana para perempuan orang tua tunggal dapat mengungkapkan pergumulan yang selama ini dialami seorang diri. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan sebuah pendampingan pastoral bagi perempuan yang menjadi orang tua tunggal, supaya mereka dapat mengungkapkan penderitaannya dan mendapatkan solusi dalam menghadapi permasalahan dalam membesarkan anak, menerima kenyataan menjadi orang tua tunggal, memberikan pengampunan untuk mantan suami, dan menata kembali kehidupan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berusaha menggali lebih lanjut mengenai: 1. Mengapa banyak perempuan yang berstatus sebagai orang tua tunggal? 2. Apa saja yang menjadi pergumulan perempuan sebagai orang tua tunggal dalam menjalankan realitas kehidupannya di tengah masyarakat maupun di dalam gereja? 3. Bagaimanakah pandangan gereja dan masyarakat terhadap perempuan sebagai orang tua tunggal? 4. Apakah bentuk pendampingan pastoral yang paling cocok bagi perempuan sebagai orang tua tunggal? 1.3 Alasan Pemilihan Judul Pendampingan Pastoral bagi Perempuan sebagai Orang tua Tunggal di GKP Jemaat Kampung Sawah 4

Ada empat alasan mengapa penulis berfokus membahas perempuan sebagai orang tua tunggal : 1. Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perempuan sebagai orang tua tunggal dapat melaksanakan peran gandanya, walaupun dengan banyak masalah yang muncul seiring perjalanan menjadi orang tua tunggal. 2. Di zaman modern ini, tentu permasalahan keluarga Kristen yang menjadi orang tua tunggal bukan menjadi suatu barang yang langka. Gereja tidak bisa menutup mata dengan adanya kenyataan bahwa seorang perempuan menjadi orang tua tunggal. Sejauh ini dalam lingkup Gereja Kristen Pasundan belum ada pembahasan secara khusus berkaitan dengan isu pendampingan pastoral bagi perempuan sebagai orang tua tunggal. Maka dari itu, penulis mengambil sampel data di GKP jemaat Kampung Sawah. 3. Penulis berharap isu yang diangkat pada skripsi ini dapat membuka wawasan kita untuk lebih memperhatikan pendampingan pastoral yang sesuai dengan kebutuhan perempuan sebagai orang tua tunggal. 4. Memberikan pendampingan pastoral sebagai upaya menolong perempuan sebagai orang tua tunggal dalam menghadapi pergumulan hidup. 1.4 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui penyebab terjadinya perempuan berstatus sebagai orang tua tunggal 2. Mengetahui lebih dalam permasalahan dan pergumulan yang dihadapi oleh perempuan sebagai orang tua tunggal ketika mereka menjalankan realita kehidupannya sebagai masyarakat dan sebagai anggota jemaat. 3. Mengetahui pandangan gereja dan masyarakat terhadap kaum perempuan yang menjadi orang tua tunggal. 4. Menemukan suatu metode pendampingan pastoral yang sesuai dengan kebutuhan perempuan sebagai orang tua tunggal. 1.5 Metode Penelitian Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan mengumpulkan data dari studi literatur tentang perempuan sebagai orang tua tunggal dan pendampingan pastoral bagi perempuan sebagai orang tua tunggal. Selain itu, penulis melakukan penelitian kualitatif untuk mengetahui permasalahan di lapangan terkait dengan pergumulan perempuan sebagai orang tua tunggal. Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan adalah wawancara. Hasil dari wawancara dianalisis oleh penulis untuk menyimpulkan hasil penelitian ini secara keseluruhan. 5

1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada tahap ini, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Konteks GKP Jemaat Kampung Sawah dan Krisis Perempuan sebagai Orang tua Tunggal Pada Bab II ini, akan diuraikan gambaran umum mengenai konteks GKP jemaat Kampung Sawah. Penulis juga memaparkan dan menganalisa pergumulan yang dialami oleh perempuan sebagai orang tua tunggal yang ditinjau berdasarkan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Bab III Refleksi Teologis dan Model Pendampingan Pastoral bagi Perempuan Orang tua Tunggal Pada Bab ini, penulis memberikan suatu refleksi teologis terhadap krisis perempuan sebagai orang tua tunggal dalam Alkitab, kemudian memaparkan teori-teori pendampingan pastoral, fungsi pendampingan pastoral dan mengusulkan metode pendampingan pastoral bagi perempuan sebagai orang tua tunggal yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Bab IV Penutup Pada Bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan dari semua Bab dan memberikan suatu saran kepada gereja dalam mendampingi perempuan sebagai orang tua tunggal dan kepada perempuan sebagai orang tua tunggal. 6