ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-100

Analisa Pengaruh Variasi Elektroda pada Pengelasan FCAW Material BKI Grade A Terhadap Laju Korosi

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-275

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi pada Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 dengan Media Korosi FeCl 3

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

Persentasi Tugas Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro pada material aluminium

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Pelaksanaan Uji Tarik

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

Analisa Pengaruh Luasan Scratch Permukaan Terhadap Laju Korosi Pada Pelat Baja A36 dengan Variasi Sistem Pengelasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Dimas Hardjo Subowo NRP

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

PENGARUH HEAT TREATMENT

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON TINGGI

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Analisa Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan Coating

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

Analisa Pengaruh Material Abrasif Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Journal of Mechanical Engineering Learning

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB III METODE PENELITIAN

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN BAJA ST 37 DENGAN VARIASI AMPERE 120, 160, 200, MENGGUNAKAN METODE SMAW WET UNDERWATER WELDING

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH KADAR GARAM DAPUR ( NaCl ) SEBAGAI MEDIA PENDINGIN LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST. 41

STUDI CORROSION FATIGUE PADA SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA API 5L GRADE X65 DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN DALAM LARUTAN HCL

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

ANALISA SURFACE PREPARATION PADA PLAT BAJA ASTM A36

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri Supomo, Triwilaswandio Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: hsupomo@na.its.ac.id Abstrak Struktur konstruksi badan kapal lambat laut mengalami kerusakan. Apabila kapal mengalami kerusakan pada konisi darurat, pekerjaan las bawah air menjadi hal yang diutamakan. Sedangkan faktor korosi pada pengelasan basah bawah air merupakan masalah yang pasti terjadi. Melalu penelitian ini dikaji perbandingan laju korosi sambungan las material baja karbon rendah yang diberi perlakuan pengelasan basah bawah air dengan salinitas 33, 35 dan suhu 20 0 C, 25 0 C. Dari keempat variasi pengelasan tersebut diberikan variasi ketebalan pelat sebagai pembanding. Penelitian laju korosi dilakukan dengan pengujian terhadap material baja A36 yang dilas menggunakan metode SMAW pada pengelasan basah bawah air pada posisi 1G (datar dengan elektroda AWS E-6013 yang dilapisi isolasi yang bersifat kedap air. Dari data pengujian laju korosi diketahui bahwa pengelasan basah bawah air dengan salinitas 35 lebih tinggi di bandingkan dengan pengelasan basah bawah air dengan salinitas 33, sedangkan untuk pengujian laju korosi dengan variasi suhu diketahui bahwa dengan suhu 25 0 C cenderung lebih besar, meskipun hasil nya tidak signifikan dibandingkan dengan suhu 20 0 C, dan semakin tebal pelat, laju korosinya juga cenderung lebih tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketebalan yang berkurang pada Salinitas 33 dan Suhu 20 0 C yaitu sebesar 0.2124 (mm/year, untuk Suhu 25 0 C yaitu sebesar 0.2139(mm/year pada plat 10mm, Sedangkan untuk plat 12 mm, suhu 20 0 C yaitu sebesar 0.3203 (mm/year, untuk Suhu 25 0 C yaitu sebesar 0.3205 (mm/year. Untuk Salinitas 35 dan Suhu 200C yaitu sebesar 0.4521 (mm/year, untuk Suhu 250C yaitu sebesar 0.4538(mm/year pada plat 10mm, Sedangkan untuk plat 12 mm, suhu 20 0 C yaitu sebesar 0.5547 (mm/year, untuk Suhu 25 0 C yaitu sebesar 0.5550 (mm/year. Kata kunci Korosi, Pengelasan bawah bawah air,salinitas, Tebal Pelat I. PENDAHULUAN Baja menjadi unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan sebuah kapal. Hal ini karena pada umumnya, material yang digunakan pada kapal terbuat dari baja dengan berbagai jenis dan kandungan yang berada di dalamnya. Salah satu baja jenis baja yang sering digunakan pada konstruksi kapal adalah baja karbon rendah ASTM A36 [1]. Hingga saat ini, masih banyak ditemui kegagalan hasil lasan. Salah satu penyebab kegagalan lasan tersebut adalah terjadinya korosi. Pada konstruksi yang terbuat dari logam maupun non logam, korosi dapat menimbulkan kerugian biaya yang sangat besar. Pada baja kapal, kerugian teknis yang akan dialami akibat terjadinya korosi adalah berkurangnya kecepatan kapal, menurunnya fatique life, tensile strength dan berkurangnya sifat mekanis material lainnya [2]. Baja yang sering digunakan dalam konstruksi kapal adalah mild steel yang merupakan baja low carbon, salah satunya adalah tipe ASTM A36. Sedangkan penyambungan las yang sering dilakukan dalam pengelasan bawah air adalah mengunakan welding machine. Melalui tugas akhir ini akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh salinitas dan temperatur air laut pada wet underwater welding, pada hasil pengelasan baja berkarbon rendah terhadap laju korosinya. Hanya saja, tipe baja yang digunakan berbeda yaitu ASTM A36. Analisa akan dilakukan dengan pengujian elektrolisis sel tiga elektroda menggunakan larutan NaCl (sebagai pengganti air laut dengan berbagai konsentrasi (sesuai dengan salinitas air laut di dunia serta pengaruh ketebalan baja ASTM A36 terhadap laju korosi apabila dilakukan pengelasan bawah air. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur, pengumpulan data, dan pengujian laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian korosi, pengujian tarik, foto makro, foto mikro dan uji kekerasan. Inti dari pengerjaan tugas akhir ini adalah pengujian korosi terhadap spesimen spesimen uji yang telah diberikan perlakuan pengelasan SMAW dengan variasi media Pengelasan dan tebal pelat. Adapun tahap tahap pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Meletakkan working electrode, counter electrode

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-96 dan reference electrode ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan tang penjepit sehingga rangkaian siap diuji. 2. Kabel yang menghubungkan penjepit working electrode dan reference electrode dihubungkan dengan seperangkat Autolab Potential Stat. 3. Seperangkat Autolab Potential Stat yang berfungsi sebagai sumber potensial diset pada -0,01 V dengan arus stabil. 4. Klik tanda Start pada bagian kiri bawah untuk memulai perhitungan laju korosi. Software NOVA mulai melakukan perhitungan dengan menampilkan waktu hingga memunculkan nilai laju korosi (± 5 menit yang ditunjukkan 5. Setelah nilai laju korosi dapat ditentukan, software mulai menampilkan pembuatan grafik yang dibuat secara bertahap. 6. Setelah grafik bertemu pada satu titik dari kedua arah, secara otomatis software akan menunjukkan massa jenis material yang diuji (g/cm3 dan berat atom logamnya (g/mol. Sehingga, perlu memasukkan luas permukaan material uji (cm2. 7. Nilai nilai penting yang dibutuhkan untuk mengetahui besarnya laju korosi material tersebut, yaitu laju korosi (corrosion rate, kuat arus korosi (I corrosion, beda potensial korosi (E corrosion. Untuk mengetahui nilai nilai ini, dilakukan pengeplotan terhadap grafik pada satu titik puncak kemudian klik tanda Start di bagian kiri bawah [3]. Selanjutnya diperlukan data-data larutan pengganti air laut yang digunakan untuk pengelasan pada salinitas 33 dan salinitas 35 serta termometer untuk memposisikan suhu pada 20 0 C dan 25 0 C, berikut ini adalah data yang didapatkan : Tabel 2.1 kondisi salinitas 33 (33. Larutan Larutan NaCl NaCl MgCl2 MgCl2 Na2SO4 Na2SO4 CaCl2 CaCl2 KCl KCl NaHCO3 NaHCO3 KBr KBr H3BO3 H3BO3 SrCl2 SrCl2 NaF NaF Ba (NO32 Ba (NO32 Cu (NO32 Cu (NO32 Mn (NO32 Mn (NO32 Zn (NO32 Zn (NO32 Pb (NO32 Pb (NO32 AgNO3 AgNO3 Tabel 2.2 kondisi salinitas 35 (35. Larutan Larutan NaCl NaCl MgCl2 MgCl2 Na2SO4 Na2SO4 CaCl2 CaCl2 KCl KCl NaHCO3 NaHCO3 KBr KBr H3BO3 H3BO3 SrCl2 SrCl2 NaF NaF Ba (NO32 Ba (NO32 Cu (NO32 Cu (NO32 Mn (NO32 Mn (NO32 Zn (NO32 Zn (NO32 Pb (NO32 Pb (NO32 AgNO3 AgNO3 Sumber : (ASTM, 2003 Keterangan : A Klorinitas = 19.38 B ph (Setelah disesuaikan dengan 0.1 N Sodium Hydroxide = 8.2 Dengan mengetahui larutan pengganti air laut tersebut, maka dapat dilakukan pengelasan basah bawah air sesuai suhu dan salinitas yang di inginkan. III. HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan pengujian korosi, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengujian untuk Pengelasan di basah bawah air pada salinitas 33, tebal 10mm, dan suhu 20 0 C 1 15.746 0.18297 2 20.157 0.23423 3 18.038 0.20960 4 19.188 0.22297 Rata-rata 18.28225 0.2124425 Tabel 2. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air salinitas 33, tebal 12mm, dan suhu 20 0 C 1 26.338 0.30605 2 25.719 0.29885 3 33.206 0.38585 4 25.020 0.29073 Rata-rata 27.57075 0.32037 Tabel 3 Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 33, tebal 10mm, dan suhu 25 0 C Spesimen Uj 1 15.755 0.18301 2 20.166 0.23454 3 18.023 0.21500 4 19.196 0.22305

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-97 Rata -rata 18.285 0.2139 Tabel 4. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 33, tebal 12mm, dan suhu 25 0 C 1 26.346 0.30625 2 25.720 0.29892 3 33.212 0.38599 4 25.060 0.2909 Rata -rata 27.5845 0.320515 Dari data pada Tabel 1 sampai dengan 4 dapat diketahui bahwa nilai potensial, kerapatan arus dan laju korosi berbeda-beda pada setiap spesimen. Hal ini bisa dipengaruhi banyak hal seperti tempat penyimpanan material, terkena air dan sebagainya. Nilai nilai tersebut tidak berubah secara signifikan, jadi urutan pengujian tidak mempengaruhi hasilnya. Serta nilai laju korosinya lebih tinggi pada pengelasan basah bawah air dengan variasi salinitas 33%, tebal 12, dan suhu 25 0 C yaitu sebesar, 0.320515(mm/year. Tabel 5. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 35, tebal 10mm, dan suhu 20 0 C 1 37.1280 0.4314 2 39.4750 0.4587 3 40.3880 0.4691 4 38.6830 0.4494 Rata -rata 38.9185 0.45215 Tabel 6. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 35, tebal 12mm, dan suhu 20 0 C 1 46.8600 0.54451 2 54.0630 0.56450 3 48.2320 0.56040 4 47.3120 0.54976 Rata -rata 49.11675 0.5547925 Tabel 7. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 35, tebal 10mm, dan suhu 25 0 C 1 37.1261 0.4302 2 39.479 0.4696 3 40.392 0.4711 4 38.678 0.4446 Rata -rata 38.9188 0.453875 Tabel 8. Hasil Pengujian untuk Pengelasan basah bawah air pada salinitas 35, tebal 12mm, dan suhu 25 0 C 1 54.9060 0.56420 2 46.2900 0.54501 3 48.268 0.5609 4 47.021 0.54999 Rata -rata 49.1213 0.555025 Dari data pada Tabel 5 sampai dengan 8 dapat diketahui bahwa nilai potensial, kerapatan arus dan laju korosi berbeda-beda pada setiap spesimen. Hal ini bisa dipengaruhi banyak hal seperti tempat penyimpanan material, terkena air dan sebagainya. Nilai nilai tersebut tidak berubah secara signifikan, jadi urutan pengujian tidak mempengaruhi hasilnya. Serta nilai laju korosinya lebih tinggi pada pengelasan basah bawah air dengan variasi salinitas 35%, tebal 12, dan suhu 25 0 C yaitu sebesar, 0.555025 (mm/year [4]. Dari data tabel di atas merupakan perhitungan laju korosi dengan menggunakan software NOVA yang nantinya data itu akan di bandingkan dengan perhitungan hukum farady. Dengan rumusan hukum farady sebagai berikut : a = 27.925 gram / mol k = 0.00327 n = 1 D = 7.86 gram / cm 3 i kor = 15.746...(1 = 0.18297mm/year Tabel 9. Contoh nilai Korosi Spesimen Pengelasan basah bawah air dengan salinitas 33 Suhu 20 0 C berdasarkan Perhitungan Hukum Faraday. Pelat 10 mm Pelat 12 mm I Corr I Corr Korosi Korosi (μa/cm² (mm/year (μa/cm² (mm/year 1 15.746 0.1829315 26.338 0.305985 2 20.157 0.234177 25.719 0.298794 3 18.038 0.209559 33.206 0.385775 4 19.188 0.222919 25.020 0.290673 No Spesime n Uji. Ratarata 18.2822 0.212396 27.5707 0.320307

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-98 Setelah didapatkannya laju korosi dengan perhitungan Hukum Farady maka dapat dibandingkan hasilnya dengan perhitungan software NOVA. Tabel 10 Perbandingan Perhitungan Korosi Pengelasan Basah Bawah Air Dengan Salinitas 33 Suhu 20 0 C dan plat 10mm antara software NOVA dan Persamaan Hukum Faraday No Pelat 10 mm Spesimen Uji. Perhitungan Software NOVA Perhitungan Hukum Faraday (mm/year (mm/year 1 0.18297 0.182931559 2 0.23423 0.234177025 3 0.20960 0.209559219 4 0.22297 0.222919519 Rata - rata 0.2124425 0.212396831 Tabel 11 Perbandingan Perhitungan Korosi Pengelasan Basah Bawah Air Dengan Salinitas 33 Suhu 20 0 C dan plat 12mm antara software NOVA dan Persamaan Hukum Faraday Pelat 12 mm No Spesimen Perhitungan Perhitungan Uji. Software NOV Hukum Faraday (mm/year (mm/year 1 0.30605 0.305985736 2 0.29885 0.298794409 3 0.38585 0.385775775 4 0.29073 0.290673670 Rata - rata 0.32037 0.320307397 Berdasarkan tabel 10 dan 11 diketahui jika nilai laju korosi pada spesimen Pengelasan Basah Bawah Air Dengan Salinitas 33 Suhu 20 0 C yang didapat dari dua perhitungan yang dilakukan tidak jauh berbeda. Mayoritas hasilnya hanya berbeda pada angka di belakang koma. Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi salinitas dan suhu air pada saat pengelasan dan tebal pelat terhadap laju korosi. Dari data hasil pengujian yang telah didapat sebelumnya, dapat diketahui bagaimana pengaruh kedua hal tersebut terhadap laju korosi baja ASTM A36 pada pengelasan SMAW. Data laju korosi yang digunakan dalam analisa ini adalah yang berasal dari software Nova. Data manapun yang digunakan sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang siginifikan karena hasil dari perhitungan software NOVA hampir sama dengan perhitungan menggunakan Hukum Faraday. Untuk menguji prosedur pengelasan basah bawah air, maka dilakukan pengujian tarik. Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik material weld metal. Tensile Test ini akan menghasilkan mechanical properties yang terdiri dari kuat tarik maksimum (ultimate tensile strength dan kuat luluh (yield strength. Dari mechanical properties tersebut selanjutnya digunakan analisa untuk mengetahui kualifikasi material (base metal dan prosedur pengelasan (weld joint [5]. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik dan kuat luluh dari sambungan las tersebut. Hasil pengujian adalah sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Uji Tarik Tension Test Specification Sample Code Material Width Thick Dia. C S A (mm (mm (mm (mm 1. A 19.91 5.73-114.0843 2. B 19.83 7.62-151.1046 F. Yield KN N 1. 41.5 41500 2. 51.5 51500 Tabel 13 Hasil Uji Tarik Tension Test Tensile Test Result Code Yield Ultimate Material Strength Strength MPa MPa 1. A 363.766 477.716 2. B 340.823 390.458 F. Ultimate KN N 1. 54.5 54500 2. 59 59000 Breaking Weld Metal Weld Metal Dari Tabel 12 dan 13 dapat diketahui bahwa dari dua spesimen uji tarik tersebut, dua spesimen patah di daerah weld metal. Hal ini disebakan karena ketidak sempuraan pengelasan Basah Bawah yaitu ada nya crack yang tidak terlihat sehingga menyebabkan patah di daerah weld metal. Kuat tarik spesimen yang patah di daerah weld metal 477.716 Mpa dan 390.458MPa. Berdasarkan data pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil pengelasan basah bawah air dapat diterima karena kuat tarik spesimen yang patah di daerah weld metal (477.716 Mpa masih lebih tinggi daripada kuat tarik minimum material base metal ASTM A36 (400 MPa. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Semakin tinggi kadar salinitas yang terlarut dalam air semakin besar pula laju korosinya. Pada Salinitas 33 dengan tebal pelat 10mm nilai laju korosinya sebesar 0.2139 sedangkan untuk tebal 12mm nilai laju korosinya sebesar 0.320515. Pada Salinitas 35 dengan tebal pelat 10mm nilai laju korosinya sebesar 0.453875 sedangkan untuk tebal 12mm nilai laju korosinya sebesar 0.555025.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-99 2. Pengaruh suhu air pada pengelasan basah bawah air tidak terlalu signifikan terhadap laju korosi, dengan kencenderungan suhu 25 0 C lebih besar. Pada suhu 20 0 C tebal 10mm dengan salinitas 33 nilai laju korosinya sebsesar 0.2124 sedangkan suhu 25 0 C tebal 10mm pada salinitas 33 nilai laju korosinya sebesar 0.2139. Pada Suhu 20 0 C dengan 12mm pada salinitas 33 nilai laju korosinya sebsesar 0.32037 sedangkan suhu 25 0 C tebal 12mm pada salinitas 33 nilai laju korosinya sebesar 0.320515. Pada Suhu 20 0 C tebal 10mm dengan salinitas 33 nilai laju korosinya sebesar 0.45215 sedangkan suhu 25 0 C tebal 10mm pada salinitas 33 nilai laju korosinya sebesar 0.453875. Pada Suhu 20 0 C tebal 12mm dengan salinitas 33 nilai laju korosinya sebsesar 0.5547925 sedangkan suhu 25 0 C tebal 12mm pada salinitas 33 nilai laju korosinya sebesar 0.555025. 3. Semakin tebal pelat semakin besar pula laju korosinya. Pada Salinitas 33 dengan tebal pelat 10mm nilai laju korosinya sebesar 0.2139 sedangkan untuk tebal 12mm nilai laju korosinya sebesar 0.320515. Untuk Salinitas 35 dengan tebal pelat 10mm nilai laju korosinya sebesar 0.453875 sedangkan untuk tebal 12mm nilai laju korosinya sebesar 0.555025. 4. Dengan hasil patah pada bagian Weld Metal membuktikan bahwa pengelasan basah bawah air mempunyai kualitas yang kurang baik. Dengan nilai Yield Strength sebesar 363.766 MPa dan 340.823 MPa serta nilai Ultimate Strength sebesar 477.716 MPa dan 390.458 MPa. DAFTAR PUSTAKA [1] Agastama, P. (2010. Tugas Akhir Studi Korosi Weld Joint Material A36 pada Underwater Welding. Surabaya : Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS [2] American Welding Society. (1999. Specification for Underwater Welding, AWS D3.6M. Miami, Florida: ANSI. [3] American Welding Society. (2010. Structural Welding Code - Steel, AWS D1.1/D1.1M. Miami, Florida: ANSI. [4] Fontana, M. G. (1987. Corrosion Engineering. New York: Mc Graw - Hill Book Company. [5] Permata, T. (2012. Tugas Akhir Analisa Pengaruh Variasi Elektroda pada Pengelasan FCAW Material BKI Grade A Terhadap Korosi". Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, FTK, ITS.