BAB I PENDAHULUAN. nasional dalam bab II pasal 3 tentang aturan tentang pendidikan nasional di sebutkan

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

ENDAH NENI MASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang aturan tentang pendidikan nasional di sebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Konsep di atas menjelaskan bahwa pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang diwujudkan melalui suasana dan proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan pemahaman yang di miliki peserta didik. Penyelenggaran pendidikan di sekolah pada hakikatnya terealisasi dalam proses pembelajaran,dimana proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan potensi peserta didik dan menentukan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. 1

2 Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses pembelajran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan tingkat serap antara siswa yang satu dengan yang lainnya terhadap materi pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran sehingga tidak hanya sekedar menyajikan materi tetapi juga perlu menggunakan metode yang sesuai,disukai dan mempermudah pemahaman siswa, Model belajar dan Metode Mengajar merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar yang amat berperan penting dan ikut andil terhadap keberhasilan belajar. Metode dalam mengajar mempunyi kedudukan yang sangat penting yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai metode pembelajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah model atau siasat membelajarkan siswa. Artinya, bagaimana mengoptimalkan siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar agar mereka menguasai belajar dan intruksional yang harus di capainya. Dengan demikian pembelajaraan kooperatif bukan tujuan melaikan sebuah alat, sarana untuk mencapai sebuah tujuan. Minat belajar merupakan bentuk sikap ketertarikan pada suatu kegiatan, sehingga siswa merasa senang dan memberi perhatian pada mata pelajaran serta kemauan dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada sisi seseorang. Minat ini

3 memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu, sebaliknya tanpa minat tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifar kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif, seperti motivasi, rasa percaya diri dan minatnya. Minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keefektifan belajar siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar erat hubungannya dengan minat belajar siswa itu sendiri. siswa akan terlibat lebih aktif dalam proses belajar mengajar apabila memiliki minat yang kuat untuk belajar. Hal ini terjadi karena siswa merasa senang dan tertarik terhadap sesuatu yang melingkup proses belajar mengajar tersebut. Supriyono (2009, h.60) mengatakan : Rendahnya minat seorang anak terhadap sesuatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Belajar tidak disertai dengan minat mungkin tidak sesuai bakat, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu ajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa minat itu sangat penting untuk dimiliki setiap siswa, sebab minat memiliki peran dalam belajar mengajar yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Siswa yang berminat (sikap senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar berbeda dengan siswa yang

4 sikapnya hanya menerima kepada pelajaran mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada dorongan. Pada kenyataannya di lapangan, untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tidak mudah dilaksanakan, terdapat fenomena mengenai sulitnya mencapai nilai standar yang telah ditetapkan oleh sekolah untuk kelulusan suatu mata pelajaran ekonomi. Untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran, dengan hasil belajar siswa sebagai tolak ukurnya, maka diperlukan proses pembelajaran yang baik, artinya jika proses pembelajarannya yang baik, maka hasil belajar siswa pun akan baik. Hasil belajar diperoleh dari penilaian yang dilakukan oleh seorang guru. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa minat belajar, serta memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran. Berdasarkan observasi hasil belajar ekonomi tahun ajaran 2016/2017 pada pokok bahasan Pengaruh Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Semester Ganjil di SMA Sumatra 40 Bandung belum mendapatkan hasil yang optimal. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah Nilai Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yang masih memakai kurikulum KTSP. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dipegaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, dan diantaranya adalah

5 model pembelajaraan yang dilakukan oleh guru dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi. Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata UTS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X-D SMA Sumatra 40 Bandung No Jumalah siswa Tugas UTS < KKM >KKM < KKM < KKM 1 41 orang 29 orang 12 orang 35 orang 6 orang Sumber : Hasil pengolahaan data kelas X-D SMA Sumatra 40 Bandung Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, hambatan yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar adalah minat belajar siswa yang kurang seringnya banyak siswa yang terlambat,kurang memperthatikan guru ketika guru sedang menyampiakan materi,rendahnya hasil belajar siswa dan gaya belajar siswa berbeda-beda sehingga kesulitan untuk menggunakan model pembelajaraan yang cocok. Bersumber dari bukti yang di lakukan di SMA Sumatra 40 Bandung, Masih banyak guru yang menggunakan media pembelajaran sederhana yang kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga mengakibatkan hasil belajar rendah. Banyak guru yang hanya mengandalkan buku paket (LKS) sebagai media pembelajaran. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang

6 ini, penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai sangat diharapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kelemahan di atas merupakan masalah dan perlu adanya model pembelajaran dikelas agar permasalahaan tersebut dapat dipecahkan. Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,dan materi pembelajaran (kelompok atau individu). Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang ampuh,sebab setiap model pembelajaran yang di gunakan pasti punya kelemahan atau kelebihan. Oleh karena itu dalam pembelajaran bisa digunakan berbagai model yang sesuai dengan materi yang di ajarkan. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota bekerjasama dan membuat untuk memahami suatu bahan pelajaran bekerjasam dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran.pendekatan pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung Disamping model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerjsama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubunga ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Jadi tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan, kerjasama dan kolaborasi.

7 Menurut Trianto (2007, h.49), model pembelajaran kooperatif ada 5 yaitu: (1) Student Teams Achievement (STAD), (2) Teams Games Tournaments (TGT),(3) Jigsaw, (4) Think Piar Share (TPS), (5) Number Heads Together (NHT). Pembelajaran Numbered Heads Togethaer (NHT) dengan cara mengelompokan semua ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Kesulitan pemahaman materi yang dialami dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok dengan bimbingan guru. Untuk itu pembelajaran NHT menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, pembelajaran NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Model dan teknik yang dipilih oleh guru ini dimaksudkan agar dapat memberikan kemudahan fasilitas dan atau bantuan lain kepada siswa dalam mencapai tujuan-tujuan instruksional. Pendekatan mengenai pembelajaran kooperatif, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

8 Untuk mengatasi permaslahan diatas peneliti akan menggungankan moedel Pembelajran kooperatif tipe NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual,sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk menyalurkan informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaraan. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SEMESTER GANJIL DI SMA SUMATRA 40 BANDUNG TAHUN AJARAN 2016/2017. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan di dominasi oleh ceramah kurang divariasikan dengan metode yang lain 2. Media pembelajaraan yang masih menggandalkan buku paket (LKS) 3. Rendahnya minat belajar siswa yang disebabkan oleh model pembelajaran yang kurang tepat. 4. Siswa kurang aktif dan berpartisipasi di dalam proses belajar mengajar.

9 5. Guru masih dianggap sebagai sumber belajar, sehingga siswa sangat pasif dalam kegiatan pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah 1.3.1 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah dalam judul penelitian ini maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dalam mata pelajaran ekonomi? 2. Bagaimana minat siswa pada pembelajaran ekonomi kelas X di SMA Sumatra 40 Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) terhadap minat belajar siswa? 1.3.2 Batasan Masalah Agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Number Heads Together (NHT). 2. Sub pokok pembahasan materi yang dijadikan penelitian mengidentifikasi kebutuhan manusia.

10 3. Siswa kelas X-D SMA Sumatra 40 Bandung tahun ajaran 2015/2016. 4. Minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran ekonomi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative) dengan tipe Number Heads Together (NHT) untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Sumatra 40 bandung. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan,wawasan khususnya pengguna model pembelajaraan kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dalam mata pelajaran ekonomi. 1.5.2 Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, antara lain : a. Guru Ekonomi dalam pemanfaatan model dan metode pembelajaran guna terciptanya pembelajaran yang lebih aktif dan menarik. Selain itu juga dapat membantu menunjang proses belajar mengajar dan juga peranan guru disini menjadi fasilitator bagi peserta didik dalam memahami materi-materi atau bahan ajar.

11 b. SMA Sumatra 40 Bandung, dapat memberikan alternatif metode pembelajaran pada mata pelajaran Ekonomi,dengan cara pengembangan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengn pokok bahasan, dapat memunculkan ide serta gagasan baru implementasi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan karakterisktik pembelajaran. 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional ini di maksudkan untuk memberikan kejelasan makna serta penegasan istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian. Maka penulis mendefinisikan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian sebagai berikut : 1.6.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu perbuatan seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (KBBI, 2008, h.664). Jadi maksud pengaruh disini dengan pembelajaraan kooperatif tipe Number Heads Togeter (NHT) dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar ekonomi.

12 1.6.2 Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajari sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.pembelajaraan kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolabolrasi untuk mencapai tujuan bersama. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaraan kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefinisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas dalam kelompoknya. Selain itu, pembelajaraan kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas,ruang guru, perpustakaan, ataupun dipusat media.(ibrahim, dkk dalam Tiranto 2007,h.11). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan di bentuknya kelompok

13 kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaraan berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Maka pembelajaraan kooperatif diartikan sebagai belajar yang satu dengan yang lainnya dalam memahami dan mengajarkan tugas-tugas belajar. Model pembelajaran cooperative tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam pembelajaran cooperative yang membedaknnya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative dengan benar akan memungkinkan pendidikan mengelola kelas lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran dimana siswa belajar,bekerja dan beinteraksi dalam kelompokkelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok tersebut siswa saling bekerjasama, saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta kerasam dalam mengerjakan tugas kelompok, dalam tutorial sebaya, latihan maupun koreksi teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada beberapa kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan disekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya.

14 1.6.3 Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif tipe Number Heads Togethaer (NHT) Metode belajar mengajar kepala bernomor Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan pada tahun 1993 metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu,metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Di pembelajaraan kepala bernomor ini semua siswa dilibatkan dalam mereview bahan yang terkacau dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran dan memriksa pemahaman mereka yang tercakup dalam suatu pelajaraan dan memriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Dengan metode Number Head Together (NHT) atau kepala bernomor yang merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan terwujudnya kondisi belajar di mana siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam bersosialisasi belajar mandiri dan bekerja sama. 1.6.4 Minat belajar Slameto (2010, h.180) mendefinisikan bahwa minat adalah kecenderungan minat (interest) berarti kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat belajar dalam penelitian ini yaitu

15 rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada pelajaran akuntansi atau aktivitas belajaran ekonomi, tanpa adanya yang menyuruh. Pengaruh model pembelajaraan kooperatif tipe Number Heads Togerther (NHT ) adalah adalah usaha sadar untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hasil tes siswa dalam aspek kognitif setelah mendapatkan pengalaman belajar selama selang waktu tertentu, sehinga mendapatkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik dengan kondisi kelas yang disiplin dan aktif dalam belajar melalui kemampuan-kemampuan yang dimikin siswa. Dengan adanya minat siswa dapat membantu timbulnya rasa ketertarikan siswa dalam mata pelajaran ekonomi yang ditunjukan melalui rasa suka, rasa tertarik, dan rasa senang dalam belajar selama proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi.