Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI DADAP TELUK JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

KONDISI KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. Triana Mansye Kubelaborbir 1 dan Joselina Akerina 1

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Komposisi dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Way Belau, Bandar Lampung

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

TEKNIK PENGAMBILAN, IDENTIFIKASI, DAN PENGHITUNGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER KUALITAS AIR

Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sekitar Pulau Maspari, Ogan Komering Ilir

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

KEBERADAAN DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR KESUBURAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI WADUK RIAM KANAN.

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

Bencana Baru di Kali Porong

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

Struktur Komunitas Zooplankton Secara Horisontal Di Desa Mangunharjo, Kec. Tugu, Semarang

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

KETERIKATAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI ESTUARI SUNGAI BRANTAS (PORONG), JAWA TIMUR DEWI WULANDARI` SKRIPSI

MANAJEMEN KUALITAS AIR

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Unsur Hara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO Indah Wahyuni Abida Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo E-mail: indahwahyuni@trunojoyo.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dan faktor yang mempengaruhi di perairan muara sungai Porong Sidoarjo. Metode penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang bersifat ex post facto. Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Tanah dan Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur komunitas fitoplankton yang ada di perairan muara Sungai Porong terdapat 2 kelas yaitu Bacillariophyceae (14 genera) dan Dinophyceae (2 genera) dengan kelimpahan berkisar antara 18.77 sel/l - 29.35 sel/l. Indeks Keanekaragaman menunjukkan kestabilan populasi rendah dengan indeks keseragaman yang rendah sehingga tidak ada dominansi species. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah tingkat kecerahan perairan yang rendah akibat tingginya bahan tersuspensi. Kata Kunci : Struktur Komunitas, Fitoplankton, Muara Sungai Porong PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah ini sangat kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang ada diluar maupun di dalam wilayah itu sendiri. Kesalahan pengelolaan wilayah pessisir menjadikan wilayah ini sebagai tempat pembuangan limbah yang dapat mengakibatkan hilangnya potensi yang ada. Masuknya bahan organik ke pesisir ini cepat atau lambat akan dapat mempengaruhi kualitas air, yang selanjutnya berpengaruh pada keberadaan organisme yang ada di perairan khususnya plankton yang merupakan organisme yang pertama merespon perubahan kualitas air tersebut. Salah satu kasus yang terjadi pada pengelolaan wilayah pesisir yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan adalah pembuangan lumpur yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Beban masukan yang nyata berupa lumpur tersebut membawa partikel tersuspensi, nutrien dan bahan organik terlarut yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi atau bahkan kematian masal organisme dan bisa menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya pada kolom air. Hal ini akan berakibat pada keberadaan organisme terutama plankton yang langsung merespon dari keberadaan nutrien dan kualitas air tersebut. Karakteristik perairan dari aspek biologi, dalam hal ini komunitas fitoplankton penting untuk diketahui sebagai dasar dalam menentukan pengelolaan perairan karena pada kawasan tersebut banyak terdapat lahan pertambakan yang memanfaatkan air sungai sebagai media budidaya. Komposisi dan kelimpahan tertentu dari fitoplankton pada suatu perairan sangat berperan sebagai makanan alami pada tropik level diatasnya, juga berperan sebagai penyedia oksigen dalam perairan. Adanya masukan bahan-bahan organik dan buangan lumpur lapindo pada perairan sungai Porong dapat menyebabkan tingkat kekeruhan yang terjadi pada muara sungai tersebut sangat tinggi, sehingga menyebabkan ketersediaan unsur hara yang tersebar tidak merata dan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan akan berkurang dan sangat mempengaruhi aktivitas fitoplankton 36

dalam berfotosintesis. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan kajian atau penelitian mengenai struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton yang berhubungan dengan ketersediaan zat hara setelah terjadinya pembuangan lumpur lapindo di muara sungai Porong Kab. Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dan faktor yang mempengaruhi di perairan muara sungai Porong Sidoarjo. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan dengan pengambilan sampel di muara sungai Porong Kab. Sidoarjo. Lokasinya secara geografis terletak pada 112 5 48.2 BT dan 7 33.96 LS. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun dengan jarak 1,5km antar stasiun, yang dimulai pada jam 9. selesai. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur parameter Biologi yaitu struktur komunitas dan kelimpahan Fitoplankton sebagai parameter utama, sedangkan sebagai parameter penunjang yaitu parameter fisika dan kimia pada muara sungai Porong yang diantaranya : suhu, ph, salinitas, kecerahan, kedalaman, DO (oksigen yang terlarut), Nitrat (NO 3 ), Amonium (NH 4 ) dan Fosfat (PO 4 ). Pengambilan sampel dilakukan secara horisontal. Pengambilan sampel air dilakukan setiap seminggu sekali selama 3 kali. Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Tanah dan Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Metode penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang bersifat ex post facto. Metode pencacahan fitoplankton yang digunakan yaitu metode strip. Untuk identifikasi species fitoplankton dengan menggunakan literatur Davis (1955), Yamaji (1979) dan Tomas (1997). Kelimpahan fitoplankton dihitung berdasarkan APHA (1998). Data hasil pengamatan yang didapatkan, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dideskripsikan. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program Excel, Kgraph dan SPSS versi 9.. Analisis data tersebut meliputi : Analisis komunitas fitoplankton dilakukan dengan menggunakan indeks biologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Untuk menentukan indeks keanekaragaman (Diversity index) dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon Wiener dalam Odum ( 1996). HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan dan Stuktur Komunitas Fitoplankton Selama pengamatan di perairan muara Sungai Porong, ditemukan 2 kelas fitoplankton. Kedua kelas tersebut terdiri dari Bacillariophyceae dan Dinophyceae yang ditemukan menyebar pada ketiga stasiun. Genera fitoplankton pada ketiga stasiun tersebut terdiri dari 14 genera Bacillariophyceae dan 2 genera Dinophyceae. Dari kedua kelas ini, kelimpahan sel fitoplanktonnya yang mendominasi pada ketiga stasiun adalah dari kelas Baccillariophyceae genera Bacterioastrum dan Chaetoceros, jenis yang lain yang juga ditemukan lebih banyak dari kelas ini adalah genera Thalasiotrix, Nitzschia, Rhizosolenia, Pleurosigma dan Navicula. Sedangkan dari kelas Dinophyceae hanya ditemukan genera Peridinium dan Ceratium. Kelas Bacillariophyceae merupakan kelas yang mendominasi di lokasi pengamatan. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian Damar (23); Abida (28) dan Arinardi et al., (1997) bahwa genera fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan Dinophyceae ditemukan melimpah karena fitoplankton dari kedua kelas tersebut merupakan anggota utama fitoplankton yang terdapat di seluruh bagian perairan laut, baik perairan pantai maupun perairan oseanik. Kelimpahan fitoplankton ini dapat dilihat pada Gambar 1. berikut. 37

Kelimpahan (Sel/L) 45 4 2 1 5 A B C Stasiun Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3 Gambar 1. Kelimpahan Fitoplankton Selama Pengamatan (Sel/L) Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada stasiun A dan B mempunyai kelimpahan fitoplankton yang hampir sama yaitu masingmasing sebesar 18.77 sel/l dan 19.2 sel/l, sedangkan kelimpahan fitoplankton tertinggi ada pada stasiun C dengan rata-rata sebesar 29.35 sel/l. Perbedaan nilai kelimpahan fitoplankton bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ketersediaan nutrien, keberadaan cahaya dikolom perairan dan laju grazing oleh organisme lain. Dari grafik tersebut menunjukkan pada pengamatan ke-2, nilai kelimpahan menunjukkan hasil yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh keberadaan cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan waktu pengamatan lainnya akibat tingkat kekeruhan kolom perairan yang tinggi sehingga cahaya yang masuk ke kolom perairan relatif terbatas. Hasil penelitian Abida (28) di perairan pantai Selat Madura kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa kolom perairan yang teraduk akibat resuspensi sedimen mempunyai nilai kekeruhan yang tinggi sehingga ada keterbatasan cahaya dikolom perairan dalam mendukung proses fotosintesis dan mempengaruhi sebaran fitoplankton di kolom perairan. Indeks Biologi Fitoplankton Indeks Keanekaragaman (H ) selama pengamatan pada semua stasiun diperoleh nilai yang berkisar antara.293-1.587. Berdasarkan Odum (1971) nilai ini termasuk dalam kategori keanekaragaman yang rendah dan mempunyai kestabilan komunitas yang rendah. Dengan nilai indeks keseragaman (E) yang juga rendah, menunjukkan bahwa pola sebaran individu hamppir merata sehingga tidak ditemukan adanya dominansi species tertentu pada semua stasiun. Ketidakstabilan komunitas di perairan muara Sungai Porong ini diduga dipengaruhi oleh faktor pasang surut yang terjadi di perairan yang membawa perubahan unsur hara ke perairan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sanders et al. (1987) bahwa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi dominansi suatu spesies & suksesi adalah cahaya, temperatur, konsentrasi, rasio, dan bentuk kimia nutrien. Setiap spesies fitoplankton menunjukkan persyaratan yang berbeda terhadap nutrien, perubahan dalam struktur komunitas sering terjadi sebagai akibat dari konsentrasi nutrien relatif dan fluktuasinya. Unsur Hara Dari hasil pengukuran parameter hidrooceanografi di muara Sungai Porong didapatkan suhu sekitar 29-32 o C; ph sekitar 7,1-7,9; DO sekitar 2,1-6,5 mg/l serta salinitas 11-13. Konsentrasi unsur hara yang diperoleh selama pengamatan antar stasiun menunjukkan fluktuasi berbeda pada tiap waktu pengamatan. Konsentrasi ammonium selama pengamatan pada stasiun A diperoleh kisaran antara 76,11-85,56 µm, pada stasiun B berkisar antara 73,89-11,67µM dan pada stasiun C berkisar 72,78-148,89µM. Konsentrasi ammonium ini nilainya diperoleh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi ammonium yang diperoleh di Teluk Jakarta pada musim hujan dengan nilai sebesar 25,79 µm NH 4 -N dan hampir sama dengan konsentrasi yang ditemukan di Teluk Lampung dekat muara sungai yaitu sebesar 2,4-299,1 µm NH 4 -N (Damar 23). Tingginya proses dekomposisi bahan organik di kolom perairan seperti yang 38

dikemukakan oleh Paasche (1988) dalam Blackburn & Sorensen (1988) pada perairan dangkal, akan menyebabkan tingginya konsentrasi ammonium, nitrogen di recycled menjadi amonium oleh mikrobial benthik dan komunitas hewan yang penting bagi fitoplankton yang dapat menyediakan lebih besar atau semua N yang dikonsumsi di kolom air. Hal ini juga dimungkinkan akibat masuknya bahan organik dari air sungai porong yang merupakan tempat buangan limbah lumpur lapindo dan juga dari limbah domestik dari pemukiman penduduk yang berada di sekitar perairan sungai Porong mulai dari hulu sampai hilir. Konsentrasi nitrat yang diperoleh selama pengamatan berkisar antara 4,19-4,52 µm pada stasiun A, 3,87-6,93 µm pada stasiun B dan 3,71-6,94 µm pada stasiun C. Nilai sebaran Nitrat masih dalam kisaran hasil penelitian yang dilakukan Damar (23) di Teluk Jakarta pada muara Sungai Priok yaitu berkisar antara,58 35,17µM NO 3 -N dan di area pantai diperoleh konsentrasi nitrat berkisar antara,22-16,81µm NO 3 -N, sedangkan di area offshore yang ditemukan lebih rendah yaitu berkisar antara,2-3,62µm NO 3 -N. Nitrat yang ditemukan mempunyai kisaran yang lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi ammonium, hal ini dimungkinkan karena nitrat yang tersedia di perairan sudah dimanfaatkan oleh fitoplankton sehingga konsentrasi yang terukur lebih rendah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Goes et al., (24) bahwa konsentrasi nitrat yang menurun sampai sekitar 6 µm menunjukkan telah terjadi penyerapan nitrat dengan cepat oleh fitoplankton. Kisaran konsentrasi ortofosfat yang diperoleh selama pengamatan pada stasiun A sebesar 15,58-22,52µM PO 4 -P, pada stasiun B dan C masing-masing berkisar 15,89-28,32µM PO 4 -P dan 16,95-25,5µM PO 4 -P. Kisaran konsentrasi ortofosfat yang diperoleh dimuara Sungai Porong ini kisarannya hampir sama dengan konsentrasi ortofosfat yang ada di perairan Selat Madura daerah Kwanyar yang terukur sebesar 4,32 27,7 µm PO 4 -P dan menunjukkan peningkatan konsentrasi dengan meningkatnya kedalaman dan padatan tersuspensi (Abida, 28). Dari hasil regresi sederhana antara konsentrasi nutrien yang terukur dengan kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa unsur hara mempunyai korelasi yang rendah dan beragam pada ketiga stasiun, hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) dibawah 5 % pada taraf α,5 (Gambar 2). Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa regresi linier tidak bisa menggambarkan hubungan antara masing-masing unsur hara (NO 3 -N, NH 4 - N, PO 4 -P) dengan kelimpahan Fitoplankton. Kelimpahan Fitoplankton (sel/l) Kelimpahan Fitoplankton (Sel/L) 45 4 2 1 5 45 4 2 1 5 y = 55.7x + 1733 R 2 =.266 5 1 15 2 y = 3449.8x + 4821.3 R 2 =.2562 NH4-N (um) Gambar 2. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dan NH 4 -N 2 4 6 8 NO3-N (um) Gambar 3. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton dan NO 3 -N 39

KESIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur komunitas fitoplankton yang ada di perairan muara Sungai Porong terdapat 2 kelas yaitu Bacillariophyceae dan Dinophyceae dengan nilai kelimpahan berkisar antara 18.77 sel/l - 29.35 sel/l. Indeks Keanekaragaman menunjukkan kestabilan populasi rendah dengan indeks keseragaman yang rendah sehingga tidak ada dominansi species. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah tingkat kecerahan perairan yang rendah akibat tingginya bahan tersuspensi. Perlu penelitian lebih lanjut tentang dinamika unsur hara terkait dengan keadaan hidrodinamika perairan dalam menunjang keberadaan fitoplankton sebagai produsen primer dalam rantai makanan DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA), 1998. Standard Methods for the Examinition of Water and Waste Water. 2 th Ed. Amer.Publ. Health Assciation Inc. Wangsington Abida, I. W., 28. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien Pada Perairan Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Prosiding SENTA 28. ITS. Surabaya Blackburn dan Sorensen Jan, 1985. Nitrogen Cycling in Coastal Marine Environments. John Willey & Sons. Davis, G.C., 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State. University Press USA Damar, A., 23. Effects of Enrichment on Nutrient Dynamics, Phytoplankton Dynamics and Productivity in Indonesian Tropical Water: A Comparison Between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. Ph.D Dissertation Christian Albrechts University. Kiel.Germany. Effendi, H., 23. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius Yogyakarta. Goes, J.I, Kosei, S., Helga, D. R.G., Sei-Ichi, S., & Toshiro, S., 24. A Comparison of the Seasonality and Interannual Variability of Phytoplankton Biomass and Production in the Western and Eastern Gyres of the Subartic Pacific Using Mulati Sensor Satellite Data. J. of Oceanography 6: 75-91 Lonsdale, D.J., Greenfield, D.I., Hillebrand, E.M., Nuzzi R., & Taylor, G.T., 26. Contrasting microplanktonic composition and food web structure in two coastal embayments (Long Island NY. USA). J.of Plankton Res. 28 : 97-918 Millero, F. J. & Sohn, M. L., 1991. Chemical Oceanography. CRC Pres, Boca Raton Ann Arbor London. Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. Thrird Ed. W.B. Sounders Company. Philadelphia and London. Spencer, C.P., 1975. The Micronutrient Element. In Chemical Oceanography. Vol. 2 Ed. J.P. Riley and G. Skirrow. Academic Press. New York. 4