BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

ARIS SETYADI J

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit infeksi masih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas (2007) bahwa penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Penyakit diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, frekuensi KLB diare menempati urutan ke enam setelah DBD, chikungunya, keracunan makanan, difteri, dan campak (Depkes RI, 2011). Sedangkan, prevalensi pneumonia pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2% (Riskesdas, 2007). Hubungan antara pola menyusui bayi (ASI eksklusif, ASI predominan, dan ASI parsial) dengan penyakit telah dibuktikan pada penelitian Mihrshahi, et al (2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prevalensi diare dan ISPA pada bayi dengan ASI eksklusif dan ASI predominan, sedangkan bayi dengan ASI parsial, memiliki prevalensi diare dan ISPA yang lebih tinggi dibanding bayi dengan pola menyusui yang lainnya. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada awal kelahiran sampai enam bulan pertama kehidupan di Indonesia masih kurang. ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi, memberikan semua energi dan gizi bayi untuk kebutuhan bulan pertama kehidupan, dan terus diberikan 1

2 sampai setengah atau lebih dari kebutuhan gizi bayi (WHO,2009). Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai usia enam bulan hanya sebesar 5,5%. Persentase tertinggi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah pada bayi dengan usia dibawah dua bulan yaitu sebanyak 48,3%. Padahal bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada enam bulan pertama kehidupan, mempunyai risiko terkena diare 30x lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan ASI selama enam bulan penuh (Depkes RI, 2007). Menurut Gibney et al (2008), rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan/atau memiliki mutu yang jelek, teknik pemberian ASI yang salah, dan kekurangan dukungan dari pelayanan kesehatan menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Selain itu, menurut Fikawati dan Syafiq (2010), terdapat bermacam-macam alasan yang menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu budaya pemberian makanan prelaktal, pemberian susu formula dikarenakan ASI tidak keluar, ASI dihentikan karena bayi atau ibu sakit, ibu yang harus bekerja, dan ibu yang ingin mencoba susu formula. Adanya faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif yaitu karena ibu tidak difasilitasi dengan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Menurut Roesli (2008), IMD yang dilakukan ibu pada satu jam pertama setelah kelahiran bayi, akan melatih naluri bayi untuk menemukan puting ibu secara mandiri. Kesempatan emas yang menentukan

3 keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya secara optimal terdapat pada satu jam pertama setelah bayi dilahirkan. Menurut WHO (2009), di negara berkembang, IMD dapat menyelamatkan sebanyak 1.45 juta jiwa setiap tahun karena IMD berguna untuk mengurangi kematian terutama yang disebabkan oleh penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan pada anak-anak. Dari penelitian lain yang dilakukan Chien et al. (2007), diketahui bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk IMD memiliki kemungkinan lebih besar memperoleh ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi kesempatan IMD. Menurut Fikawati dan Syafiq (2003), terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI segera dengan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil yang menyatakan bahwa ibu yang memberikan ASI 30 menit setelah kelahiran mempunyai kemungkinan 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif selama empat bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan ASI segera. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai hubungan antara IMD, ASI eksklusif, dan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan pemberian ASI antara ibu yang menjalani IMD dengan ibu yang tidak menjalani IMD?

4 2. Apakah terdapat hubungan antara ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan? 3. Apakah terdapat hubungan antara pelaksanaan IMD dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Melihat apakah ada hubungan antara pelaksanaan IMD, ASI eksklusif, dengan penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan IMD, ASI eksklusif, dengan penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Tegalrejo, Puskesmas Jetis, dan Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. b. Mengetahui perbedaan pemberian ASI antara ibu yang menjalani IMD dengan ibu yang tidak menjalani IMD. c. Mengetahui hubungan antara ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan. d. Mengetahui hubungan antara pelaksanaan IMD dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian menggunakan metode kohort prospektif sehingga hasil penelitian dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan IMD,

5 ASI eksklusif, dan kejadian penyakit infeksi dengan variabel yang lebih terkontrol. 2. Hasil penelitian akan menjadi landasan dasar promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif yang lebih optimal. Hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran waktu yang tepat dalam melakukan promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif. Secara tidak langsung, promosi kesehatan yang tepat akan menyebabkan peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan anak pada umumnya. 3. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan IMD, ASI eksklusif, dengan penyakit infeksi pada bayi usia 0-6 bulan serta hasil terbaru mengenai hubungan ketiganya. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2010), dengan judul Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji implementasi dan kebijakan ASI eksklusif dan IMD di Indonesia secara deskriptif berdasarkan studi-studi yang ada. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitas IMD. Hal ini dibuktikan pada hasil analisis kebijakan yang menunjukkan bahwa kebijakan mengenai ASI eksklusif belum lengkap dan belum komprehensif. Selain itu juga ditemukan bahwa IMD belum secara eksplisit dimasukkan dalam kebijakan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kesamaan maksud yaitu untuk melihat

6 hubungan antara IMD dengan ASI eksklusif. Perbedaannya terletak pada tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan metode penelitian. 2. Penelitian Wijayanti (2010) yang berjudul Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang menunjukkan bahwa dari 60 bayi sebagai subjek penelitian, terdiri atas 30 bayi mendapatkan ASI eksklusif, enam bayi diantaranya menderita diare dan 24 bayi lainnya tidak menderita diare. Sedangkan pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, terdapat 20 anak yang menderita diare, dan sepuluh anak yang tidak menderita diare. Hasil signifikansi menghasilkan p<0,05 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti signifikan atau bermakna. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah kesamaan variabel dan kesamaan tujuan untuk melihat signifikansi hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Perbedaannya terletak pada tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, metode dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam mengambil data. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode cross sectional,

7 oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan metode kohort prospektif agar hasil yang didapatkan lebih valid. 3. Penelitian Mihrshahi, et al (2008) yang berjudul Association between Infant Feeding Patterns and Diarrhoeal And Respiratory Illness: A Cohort Study in Chittagong, Bangladesh. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan prevalensi diare dan ISPA pada bayi berdasarkan status menyusui. Penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat morbiditas yang signifikan di wilayah pedesaan Bangladesh. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki prevalensi tujuh hari diare yang signifikan lebih rendah (p = 0,03;CI 1,10-5,69) dan prevalensi tujuh hari ISPA yang juga signifikan lebih rendah (p < 0,01;CI 1,33-4,00) dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah kesamaan dengan metode yang digunakan dan kesamaan pada tujuan yaitu untuk mengukur hubungan antara ASI eksklusif dan penyakit infeksi (diare dan ISPA). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel bebas yang digunakan, variabel bebas dari penelitian Mihrshahi adalah status menyusui, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan IMD dan durasi pemberian ASI sebagai variabel bebas yang kedua. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan dapat memaparkan lebih luas mengenai salah satu hal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

8 4. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) yang berjudul Hubungan antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif sampai dengan Empat Bulan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu yang melakukan immediate breastfeeding kurang dari sama dengan 30 menit setelah kelahiran memiliki kemungkinan 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif sampai usia bayi empat bulan. hal tersebut dapat dilihat dari nilai Odds ratio (OR) dan p value yang kurang dari 0,05. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah kesamaan pada tujuan yaitu untuk melihat hubungan antara menyusui segera dengan pemberian ASI secara eksklusif. Perbedaannya terletak pada subjek yang digunakan, penelitian Fikawati dan Syafiq menggunakan subjek ibu yang memiliki bayi berusia dibawah satu tahun, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan subjek ibu melahirkan. Selain itu, perbedaan penelitian ini juga terletak pada desain penelitian.