BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah penyebab kematian utama kedua pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita). World Health Organization (WHO) memperkirakan sebesar 20% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare (WHO, 2011a). Jumlah kematian karena diare sebanyak 1,5 juta setiap tahun. Delapan puluh persen kematian akibat diare terjadi pada kelompok umur di bawah dua tahun (WHO, 2009a). Delapan puluh persen kematian anak karena diare terjadi di wilayah Afrika dan Asia (WHO, 2011b). Jumlah kasus diare di dunia sebanyak 2 milyar per tahun. Kasus terbanyak terjadi pada kelompok umur kurang dari 2 tahun. Di negara-negara berkembang, anak-anak di bawah usia 3 tahun (batita) rata-rata mengalami 3 kali episode diare setiap tahun (WHO, 2009a). Di negara-negara miskin rata-rata episode diare 4 kali per tahun dimana tiap episode dapat mengancam jiwa (life-threatening) (WHO, 2009b). Diare merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati namun diare yang berlangsung dalam durasi panjang dan terjadi dehidrasi dapat menimbulkan kematian. Diare merupakan life-threatening khususnya pada anak-anak dengan malnutrisi dan atau imunitas rendah (WHO, 2009a). Pada anak dengan masalah kurang gizi, diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk status gizi, diare dapat menjadi semakin berat (Suharyono, 1991). Hubungan antara diare dan malnutrisi dapat berlangsung dua arah karena diare juga merupakan penyebab utama malnutrisi pada balita (WHO, 2009a). Di Indonesia diare masih menjadi masalah kesehatan utama. Selain karena angka kesakitan yang tinggi, diare juga masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan mortalitas dan morbiditas yang besar (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Angka kematian (Case Fatality Rate [CFR]) pada KLB diare tahun 2010 adalah 1,74%. Bila dibandingkan dengan CFR tahun 2009, tidak terdapat perubahan yang signifikan karena nilai CFR tahun tersebut konstan. 1

2 2 Berdasarkan hasil survei subdit diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2010 sebesar 411/1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan [Kemenkes], 2010). Tabel 1. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 No. Golongan Sebab Sakit Kasus Sembuh Meninggal 1. Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam tifoid dan paratifoid Penyulit kehamilan dan persalinan lain Dispepsia Cedera Hipertensi esensial (primer) Cedera Intrakranial Infeksi saluran napas bagian atas akut lain Pneumonia Sumber: Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes, 2010 Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010 diare menduduki peringkat pertama kunjungan rawat inap di rumah sakit dengan jumlah kasus Dengan jumlah kematian kasus (CFR=1,79%), diare merupakan penyebab kematian ke-3 dalam kelompok penyakit menular. Di poli rawat jalan, diare juga menempati posisi ke-4 jumlah kunjungan terbanyak dengan kasus baru dan total kunjungan. Populasi berisiko tinggi terhadap serangan diare akut adalah anak balita. Sebesar 55% kasus terjadi pada golongan usia balita (Kemenkes, 2011a). Angka kesakitan diare balita dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terus berfluktuasi (Kemenkes, 2011c). Beban masalah diare pada balita tidak hanya pada tingginya angka morbiditas tetapi juga besarnya angka kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi usia <12 bulan (31,4%) dan usia 1-4 tahun (24%).

3 3 Sumber: Riskesdas, 2007 Gambar 1. Penyebab Kematian Bayi Usia 29 hari-11 Bulan Penyebab diare yang paling sering ditemukan di masyarakat adalah infeksi terutama oleh virus (Kemenkes, 2011a dan WHO, 2011b). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Rotavirus dan Adenovirus merupakan penyebab infeksi utama (70%) sedangkan infeksi bakteri hanya sebesar 8,4%. Infeksi Rotavirus mengakibatkan kerusakan vili usus yang berakibat menurunnya produksi enzim laktase sehingga terjadi malabsorpsi laktosa (Kemenkes, 2011a). Terhadap infeksi saluran pencernaan, usia balita terutama bayi memiliki tingkat kepekaan (stage of susceptibility) yang lebih tinggi daripada dewasa (WHO, 2011b). Sistem kekebalan tubuh (imunitas) dan organ-organ pada bayi belum berkembang sempurna. Hingga usia 3 bulan, lambung bayi hanya dapat mencerna gula dalam susu yang disebut laktosa (Arisman, 2007). Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi anak, WHO/UNICEF dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) merekomendasikan kepada para ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja hinggabayi berusia 6 bulan yang disebut sebagai ASI eksklusif (UNICEF, 2011). Bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan menunjukkan

4 4 jumlah kesakitan gastrointestinal yang lebih rendah dibandingkan bayi tidak ASI eksklusif, meskipun keduanya menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang hampir sama (Horta et al., 2007). ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian diare pada anak hingga 40% (Kramer et al., 2001). Hasil penelitian Lopez Alarcon et al.(1997) juga telah membuktikan efek protektif ASI eksklusif terhadap penyakit infeksi. Insidens, prevalens, dan durasi kejadian diare dan ISPA lebih rendah pada bayi dengan ASI eksklusif daripada bayi dengan susu formula. Sejalan dengan penelitian di atas, sebuah studi prospektif juga membuktikan 53% kasus rawat inap akibat diare pada bayiusia <8 bulan tereduksi dengan pemberian ASI eksklusif (Quigley et al., 2007). ASI disebut sebagai Baby s First Immunization (Arora, 2011 dan American Academy of Pediatrics, 2008). Dalam protein ASI tersimpan berbagai faktor immune yang memiliki peranan sebagai anti infeksi, anti inflamasi, immunomodulatory effects, bifidus factors, dan makrofag (Morrow dan Rangel, 2004). Pemberian ASI secara eksklusif dan kontinyu dapat memberikan imunitas pasif bagi bayi (Sastromihardjo, 1985). Di dalam ASI juga terdapat epidermal growth factor yang membantu pematangan intestinal epithelium. Oleh karena itu bayi-bayi yang mendapat ASI secara penuh jarang terjangkit penyakit infeksi terutama diare dan ISPA (Gibney et al., 2009). Selain itu, ASI mengandung lemak dan laktosa yang tinggi dan rendah mineral sehingga memudahkan pencernaandan penyerapan oleh lambung dan usus bayi (Sastromihardjo, 1985). ASI menyediakan energi dan protein yang cukup untuk kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Pada 3-4 bulan pertama laktasi terjadi perubahan konsentrasi nutrientdan faktor immune yang sangat cepat. Kadar protein pada bulan pertama adalah 11 g/l yang akan menurun menjadi 8 g/l setelah bulan ke-3(butte et al., 2002). Telah banyak penelitian yang menyatakan manfaat dari ASI eksklusif namun tidak diikuti dengan kesadaran masyarakat untuk mensukseskan program tersebut. Terbukti dari cakupan ASI eksklusif nasional tahun 2010 belum memenuhi target Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 828 Tahun 2008 (61,3%). Propinsi Jawa Tengah

5 5 merupakan daerah dengan cakupan ASI eksklusif terendah ke-2 (52,2%) (Kemenkes RI, 2010). Secara global, cakupan ASI eksklusif pun masih sangat rendah (WHO, 2011c). Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif akan menurun selaras dengan pertambahan usia. Pada usia 0-1 bulan, 39,8% bayi masih berstatus ASI eksklusif namun pada usia 5 bulan menurun menjadi 15,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian Lopez-Alarcon et al. (1997) yang menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif menurun secara progresif, hingga usia 3 bulan persentase ASI eksklusif sebesar 63% kemudian menurun menjadi 25% pada bulan ke-6. Terlalu dini memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI berisiko mempercepat kontak dengan agen mikrobiologis penyebab diare (Kemenkes, 2011b). Ditambah dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif, risiko diare pada bayi dan balita semakin besar. Risiko tertinggi terjadi pada bayi yang mendapat susu formula (Quigley et al., 2006). Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan angka kesakitan dan kematiandiare yang cukup tinggi. Dalam 2 tahun terakhir, di Kabupaten Klaten masih sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare. Berdasarkan laporan Sistem Surveilans Terpadu (SST) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, diare menduduki peringkat pertama jumlah kunjungan kasus baru rawat jalan maupun rawat inap tahun Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Incidence Rate (IR) diare di Kabupaten Klaten terus mengalami peningkatan (gambar 2). Laporan Seksi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) juga menunjukkan bahwa diare adalah penyebab kematian kedua pada bayi (15%) dan balita (23%).

6 6 Sumber: Laporan SST, Bidang P2P, Dinas Kesehatan Kab. Klaten, Gambar 2. Angka Kesakitan (Incidence Rate %) Diare di Kabupaten Klaten Tahun Sumber: Laporan SST,Bidang P2P, Dinas Kesehatan Kab. Klaten, 2011 Gambar 3. Angka Kesakitan (Incidence Rate %) Diare Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Klaten Tahun 2011 Gambar 3 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di Kabupaten Klaten tertinggi pada umur <1 tahun (18%) padahal hasil survei Riskesdas (2007) menunjukkan prevalensi 16,5% untuk golongan umur yang sama. Secara umum, angka kesakitan diare balita di Kabupaten Klaten lebih tinggi dari rata-rata

7 7 nasional. Pada golongan umur 1-4 tahun, angka kesakitan nasional hanya 16,7% sedangkan Kabupaten Klaten 17,1%. Pada tahun 2011 cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Klaten masih belum mencapai target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota. Tahun 2011, hasil survei yang dilakukan oleh Seksi Gizi menunjukkan sebanyak 21% bayi usia <6 bulan telah mengkonsumsi makanan tambahan selain ASI dalam 24 jam sebelum interview. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Klaten juga mengalami penurunan yang progresif seiring pertambahan umur. Dari data tahun 2010, cakupan ASI eksklusif E 1, Juli, sebesar 12,54% yang menurun di akhir tahun menjadi 7,45% pada E 6 (Gambar 4). Sumber: Laporan Seksi Gizi, Bidang Kesmas, Dinas Kesehatan Kab. Klaten, 2011 Gambar 4. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Klaten Bulan Juli-Desember Tahun 2010 Peningkatan partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan kemudahan sarana komunikasi/periklanan berhubungan dengan kecenderungan penurunan durasi menyusui (Siregar, 2004). Melalui studi prospektif, Chuang et al. (2010) telah membuktikan hubungan antara faktor ibu kembali bekerja dengan durasi ASI eksklusif. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian-penelitian lain menunjukkan, terdapat hubungan antara lama cuti melahirkan dengan durasi ASI eksklusif (Harley et al., 2007; Chatterji dan Frick, 2005). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976, kebijakan cuti bersalin Pegawai Negeri Sipil

8 8 (PNS) dialokasikan selama 3 bulan untuk anak pertama sampai ke-3. Hal ini diadopsi juga oleh perusahaan swasta (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1985 tentang Kesepakatan Kerja Bersama). Oleh karena itu usia 3 bulan adalah fase rawan terputusnya ASI eksklusif.data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten (2010) menunjukkan bahwa struktur ekonomi tertinggi di Kabupaten Klaten bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (25,64%) serta manufacturing industry (20,52%). Sektor-sektor tersebut paling banyak menyerap tenaga kerja baik pria maupun wanita. Sejalan dengan pertambahan umur, kemampuan motorik dan kecerdasan emosional bayi juga ikut berkembang. Tahap awal perkembangan tersebut terjadi pada usia 3 bulan. Widyastuti dan Widyani (2007) menyebutkan perkembangan motorik mulai usia 3 bulan memungkinkan bayi menjangkau dan meraih benda sedangkan perkembangan kecerdasan emosional dibuktikan dengan peningkatan kemampuan berpikir. Pada fase ini bayi sering bermimpi sedang makan. Bayi usia 3-6 bulan lebih berisiko terkena diare karena pada usia tersebut bayi sudah dapat bermain dengan mainannya. WHO (2009c) menyebutkan bahwa diare Rotavirus juga dapat ditularkan melalui kontak dengan mainan yang terkontaminasi. Hal ini diperparah dengan tingkat kerawanan putusnya ASI eksklusif meningkat pada usia tersebut (Lopez-Alarcon et al., 1997). Tingkat imunitas dari ASI mature pada usia 3 bulan juga mengalami penurunan (Butte et al., 2002). Rahmanifar et al. (1996) juga menyatakan bahwa bayi akan mengalami peningkatan kejadian penyakit infeksi pada usia 3-6 bulan. Penelitian Patel et.al. (2011) menguatkan argumentasi bahwa durasi kejadian diare pada usia <6 bulan berpengaruh secara signifikan terhadap durasi kesakitan diare pada umur selanjutnya. Berdasarkan jenis asupan makanan, pola menyusui bayi pada usia 6 bulan pertama dikategorikan menjadi eksklusif jika bayi hanya diberikan ASI sebagai asupan makanan sehari-hari dan tidak eksklusif jika bayi sudah dikenalkan dengan makanan/minuman berbasis air (predominan) atau makanan/minuman buatan (parsial). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola menyusui, yaitu eksklusif dan tidak eksklusif (predominan dan parsial) terhadap kejadian dan durasi diare pada bayi usia 3-6 bulan di Kabupaten Klaten tahun 2012.

9 9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah bayi dengan pola menyusui tidak eksklusif lebih berisiko mengalami diare pada usia 3-6 bulan dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif? 2. Apakah terdapat perbedaan durasi kejadian diare antara bayi dengan pola menyusui tidak eksklusif dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pola menyusui terhadap kejadian diare dan durasinya pada bayi usia 3-6 bulan di Kabupaten Klaten 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi karakteristik responden menurut karakteristik keluarga (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan tingkat penghasilan keluarga), karakteristik anak (jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, jumlah balita lain yang tinggal serumah, status inisiasi menyusui dini [IMD], pemberian susu formula dan pola menyusui), karakteristik lingkungan (penggunaan air sumur dan kepemilikan jamban sehat keluarga) b. Menganalisis pengaruh pola menyusui terhadap kejadian diare pada bayi usia 3-6 bulan c. Menganalisis perbedaan durasi kejadian diare pada bayi dengan pola menyusui tidak eksklusif dibandingkan dengan eksklusif

10 10 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak ditinjau dari segi praktis dan ilmiah. 1. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai bahan masukan bagi pengelola program P2P dan KIA di puskesmas se-kabupaten Klaten dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak terutama bayi, khususnya terhadap upaya pencegahan terjadinya diare diusia dini b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola program Gizi dalam upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif c. Sebagai bahan masukan bagi pengelola program P2P dan KIA dalam penyebarluasan informasi tentang faktor-faktor risiko kejadian diare terutama pada bayi dalam rangka peningkatan kualitas hidup anak. d. Sebagai bahan masukan bagi orang tua khususnya para ibu tentang adanya risiko kejadian diare pada anak apabila tidak mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan penuh sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dalam pola pengasuhan dan pemberian makanan terutama pada bayi dengan status ibu bekerja. 2. Manfaat ilmiah Penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi bidang ilmu epidemiologi yang berkaitan dengan kasus diare. E. Keaslian Penelitian Berikut merupakan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis: 1. Duitjs et al. (2010) Prolong and Exclusive Breastfeeding Reduces the Risk of Infectious Disease in Infancy Penelitian ini menggunakan desain cohort prospective dengan variabel tergantung adalah kejadian penyakit infeksi, yaitu diare (gastrointestinal infection), Upper Respiratory Tract Infection (URTI), Lower Respiratory Tract Infection (LRTI) pada usia 0-6 bulan dan 7-12 bulan. Variabel bebas

11 11 berupa durasi ASI eksklusif (tidak pernah, <4 bulan, 4-6 bulan, 6 bulan), demografis ibu (umur, pendidikan, status merokok), demografis anak (jenis kelamin, umur, BB lahir, jumlah saudara kandung). Subyek penelitian adalah bayi baru lahir yang diikuti hingga usia 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik pemberian ASI eksklusif dengan durasi minimal 4 bulan merupakan faktor protektif kejadian diare (aor=0,41; 95% CI: 0,26-0,64), URTI (aor=0,65; 95% CI: 0,51-0,83), dan LRTI (aor=0,50; 95% CI: 0,32-0,79) hingga bayi berusia 6 bulan dan merupakan faktor protektif LRTI (aor=0,46; 95% CI: 0,31-0,69) pada bayi yang berusia 7-12 bulan. kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif,, demografis ibu (umur dan pendidikan). Perbedaannya pada subyek penelitian, tempat dan waktu penelitian serta beberapa variabel bebas lain yang diteliti. 2. Plenge-Bonig et.al. (2010) Breastfeeding Protects Against Acute Gastroenteritis due to Rotavirus in Infants Penelitian ini merupakan penelitian nasted case-control. Subyek penelitian ini adalah bayi usia 0 yang di-follow up hingga 12 bulan. Variabel penelitian ini adalah variabel tergantung berupa kejadian diare karena rotavirus (confirm) dan variabel bebas berupa pemberian ASI, umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, jumlah saudara kandung, pengasuh, suku bangsa, musim pada waktu sakit, dan perawatan. Definisi operasional pemberian ASI adalah pemberian ASI pada awal kelahiran sampai saat diare. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI merupakan faktor protektif kejadian diare karena Rotavirus (OR=0,53; 95% CI: 0,36-0,76). Efek protektif tersebut lebih besar pada kelompok umur 0-6 bulan (OR=0,33; 95% CI: 0,19-0,55) bila dibandingkan umur 7-12 bulan. kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif, jumlah saudara kandung. Perbedaan terletak pada cara diagnosa kasus, rancangan penelitian, subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti.

12 12 3. Herawati (2009) Pengaruh pemberian makanan bayi terhadap kejadian diare sampai dengan usia 6 bulan di Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB Penelitian ini menggunakan desain retrospective cohort. Sampel penelitian adalah bayi usia 1 bulan yang ditelusuri ke depan melalui pencatatan status ASI eksklusifnya sampai 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ASI parsial dan sumber air tidak sehat perpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi sampai dengan usia 6 bulan. kejadian diare dan variabel bebas status pemberian makanan pada bayi (ASI eksklusif atau makanan lain). Perbedaan terletak pada rancangan penelitian, subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti. 4. Ehlayel et al. (2009) Protective effect of breastfeeding on diarrhea among children in a rapidly growing newly developed society Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional survey. Pemilihan sampel dilakukan dengan multistage sampling. Subyek penelitian ini adalah anak balita usia 1-5 tahun. Variabel dependen penelitian ini adalah episode diare pada anak usia 1-5 tahun. Variabel independen adalah sosiodemografi (umur anak, jenis kelamin, paritas, umur kehamilan, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat pendapatan, tipe tempat tinggal), dan pola pemberian makanan (Exclusive Breastfeeding, Partial Breastfeeding, susu formula). Hasil dari penelitian ini adalah proporsi ASI eksklusif=59,3%, ASI parsial=28,3%, penggunaan susu formula=12,4%. Jika dibandingkan dengan kelompok ASI eksklusif, risiko diare lebih besar 2,18 kali pada kelompok ASI parsial dengan durasi eksklusif yang pendek(95% CI: 1,51-3,08; p<0,001) dan 2,68 kali lebih besar pada kelompok susu formula (95% CI: 1,52-4,38; p<0,001). kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif. Perbedaan terletak pada rancangan penelitian, subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti.

13 13 5. Mihrshahi et al(2008) Association Between Infant Feeding Patterns and Diarrhoeal and Respiratory Illness: A Cohort Study in Chittagong, Bangladesh Rancangan penelitian ini adalah cohort dengan subyek penelitian bayi baru lahir. Variabel yang diteliti adalah kejadian diare dan ARI hingga bayi usia 6 bulan sebagai variabel tergantung. Adapun variabel bebasnya adalah pola pemberian makanan pada bayi (eksklusif, predominant, dan partial), jumlah anggota keluarga, umur ibu, paritas, Antenatal Care (ANC), pendidikan ibu, pendidikan ayah, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada usia 4 hari, jenis kelamin bayi, dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko 2,5 kali lebih besar mengalami diare (95% CI: 1,10-5,69; p = 0,03) dan 2,31 kali mengalami Acute Respiratory Tract Infection (ARI) (95% CI: 1, ; p<0,01). Tidak ada perbedaan prevalensi diare antara kelompok ASI eksklusif dan predominant. Prevalens diare terbesar pada kelompok ASI parsial (19,2% [95% CI 10,4-27,9]; p = 0,01). kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif serta rancangan penelitian. Perbedaan terletak pada subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti. 6. Mihrshahi et. al. (2007) Prevalence of Exclusive Breastfeeding in Bangladesh and Its Association with Diarrhoea and Acute Respiratory Infection: Results of the Multiple Indicator Cluster Survey 2003 Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Subyek penelitian adalah bayi usia 0-3 bulan. Pemilihan sampel berdasarkan metode Multiple Indicator Cluster Survey. Variabel dependen penelitian ini adalah kejadian diare dan ISPA sedangkan variabel independen adalah pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-3 bulan. Variabel independen lain adalah umur anak, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, jumlah saudara kandung, strata tempat tinggal, jenis kepemilikan tempat tinggal, sumber air minum, dan tempat pembuangan feses. Hasil penelitian ini adalah prevalens diare dan

14 14 ISPA adalah 14,3% dan 31,2%. ASI eksklusif secara statistik berhubungan dengan kejadian diare dan ISPA dengan nilai OR Adjusted diare=0.69 (95% CI: 0,49-0,98; p=0,039) dan OR Adjusted ISPA=0,69 (95% CI: 0,54-0,88; p=0,003). kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif, umur dan pendidikan ibu. Perbedaan terletak pada subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti. 7. Quigley et al. (2007) Breastfeeding and Hospitalization for Diarrheal and Respiratory Infection in the United Kingdom Millennium Cohort Study Rancangan penelitian adalah cohort prospective (longitudinal study). Subyek penelitian adalah bayi usia 0 yang diikuti hingga mencapai usia 8 bulan. Variabel yang diteliti adalah variabel tergantung berupa kejadian diare dan infeksi saluran pernapasan yang dirawat di rumah sakit (opname) sampai bayi berusia 8 bulan. Adapun variabel bebas yang diteliti berupa pola pemberian makan, karakteristik perinatal dan bayi, karakteristik ibu dan karakteristik rumah tangga. Dari hasil perhitungan population attributable fractions menunjukkan bahwa ASI eksklusif dapat melindungi bayi dari kejadian diare yang menyebabkan rawat inap di rumah sakit pada 8 bulan pertama kehidupan. Dengan pemberian ASI eksklusif 53% kasus diare yang dirawat di rumah sakit dapat diturunkan. ASI parsial dapat melindungi 31% kasus diare yang dirawat di rumah sakit. Sebesar 27% kasus LRTI yang dirawat dirawat di rumah sakit dapat dilindungi dengan ASI eksklusif dan 25% dengan ASI parsial. kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif dan desain penelitian. Perbedaan terletak pada definisi operasional variabel tergantung, analisis data, subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti.

15 15 8. Quigley et al. (2006) How Protective is Breast Feeding Against Diarrhoeal Disease in infants in 1990s England? A Case-Control Study Penelitian ini menggunakan rancangan case-control dengan matching umur dan jenis kelamin. Subyek penelitiannya adalah bayi usia 0-12 bulan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian ASI secara signifikan berhubungan dengan lebih rendahnya kejadian diare. Kejadian diare terbesar terjadi pada kelompok bayi dengan susu formula. Ada hubungan antara botol susu yang tidak steril dengan kejadian diare. Efek protektif ASI tidak akan bertahan dalam 2 bulan setelah perhentian pemberian ASI. kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif dan cara mendiagnosis kasus. Perbedaan terletak pada rancangan penelitian, subyek penelitian, serta beberapa variabel bebas yang diteliti. 9. Kramer et al. (2003) Infant growth and health outcomes associated with 3 compared with 6 months of exclusive breastfeeding Penelitian ini menggunakan rancangan cohort study dengan sampel adalah bayi baru lahir dan diikuti sampai 12 bulan. Variabel tergantung yang diteliti adalah pertumbuhan bayi, kejadian penyakit infeksi, yaitu infeksi pada saluran pencernaan dan pernapasan. Variabel bebas berupa durasi pemberian ASI eksklusif (3 bulan dan 6 bulan), umur ibu, pendidikan ibu, status ibu merokok, jumlah anak yang tinggal serumah, BB saat lahir, PB saat lahir, dan lingkar kepala saat lahir. Hasil penelitian menunjukkan ASI eksklusif hingga 6 bulan merupakan faktor proteksi diare pada bayi hingga usia 1 tahun pertama bila dibandingkan ASI eksklusif hanya 3 bulan. Bayi dengan durasi ASI eksklusif 3 bulan secara signifikans mengalami pertambahan berat badan yang lebih besar dibandingkan bayi dengan ASI eksklusif penuh ( 6 bulan) akan tetapi bayi dengan ASI eksklusif hingga 6 bulan mengalami pertambahan panjang badan dan lingkar kepala yang lebih besar. kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif dan cara mendiagnosis kasus. Perbedaan terletak pada subyek penelitian, serta beberapa variabel

16 16 bebas yang diteliti dan adanya variabel terikat lain, yaotu kejadian infeksi pada saluran pernapasan. 10. Lopez-Alarcon, et al. (1997) Breast-Feeding Lowers the Frequency and Duration of Acute Respiratory Infection and Diarrhea in Infants under Six Months of Age Penelitian ini menggunakan desain cohort prospective. Subyek penelitian adalah bayi usia 0 bulan yang diikuti hingga usia 6 bulan. Variabel tergantungnya adalah frekuensi dan durasi kejadian ARI dan diare. Variabel bebas berupa pola pemberian makan (eksklusif, formula, dan parsial/campuran), umur dan pendidikan ibu, BB lahir, jumlah saudara kandung, kepadatan rumah, penggunaan air ledeng, SPAL, dan kondisi lantai rumah. Hasil penelitian ini adalah insidens dan prevalensi ISPA secara signifikan berhubungan dengan durasi ISPA. Bayi dengan ASI eksklusif penuh memiliki episode ISPA lebih rendah daripada bayi dengan ASI parsial (episode per-individu: 5,1±3,5 vs 6,4±3,6 hari). kejadian diare, variabel bebas status ASI eksklusif, rancangan penelitian dan cara mendiagnosis kasus. Perbedaan subyek penelitian, beberapa variabel bebas yang diteliti dan cara analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit infeksi masih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas (2007) bahwa penyebab kematian bayi terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) diakui sangat bermanfaat untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi, memperlebar jarak kehamilan, memberi keuntungan bagi kesehatan ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia. 7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia masih merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia, berdasarkan perkiraan WHO setiap tahun pneumonia membunuh balita sebanyak 1 juta sebelum ulang tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastroenteritis hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, didapatkan bahwa penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air besar tiga kali sehari atau lebih dan dengan perubahan konsistensi tinja dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah salah satu penyakit menular yang merupakan penyebab kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 5.000 anak yang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita. Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia adalah gizi. Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan dalam siklus kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia paling umum ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara langsung disebabkan oleh asupan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan pembangunan. Oleh karenanya kita harus memberikan lingkungan kondusif agar anak dapat tumbuh dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka kematian neonatal yang mencapai 40% dari angka kematian anak umur bawah lima tahun (balita) belum dapat diturunkan. Diperkirakan 4 juta bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi gizi kurang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada dasarnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Demi terwujudnya pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara yang paling efektif dan murah untuk menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di bawah enam bulan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerah Tuhan untuk bayi yang tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun. Hanya ASI yang dapat memenuhi semua kebutuhan bayi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman 2004). Seperti halnya ketika bayi didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan menempati kisaran ke dua sebagai

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3 HUBUNGAN STATUS GIZI, PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, STATUS IMUNISASI DASAR DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLUGUR DARAT KOTA MEDAN (THE CORRELATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran napas yang sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran pernapasan pada anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau sering disebut dengan ASI merupakan air susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu yang dimiliki ibu. ASI adalah suatu emulsi dari lemak, laktosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN (The Correlation between Providing Exclusive Breast Feeding through diarrhea

Lebih terperinci