BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa Di Malang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. IPPM Bundo Kanduang didirikan di Malang pada tahun 1952, tetapi karena

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengendara sepeda motor setiap tahunnya mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

Bab 5. Harmoni dalam Keberagaman Masyarakat. Di unduh dari : Bukupaket.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. membentak, dan berbicara kasar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa agresivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

R HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

ANGKET PENELITIAN. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Kelas : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat :

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota. (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir ini kita sering melihat, mendengar, ataupun membaca dari berbagai media massa berita atau ulasan tentang kerusuhan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan pada perempuan dan anak, pemukulan, dan banyak lagi kasus yang menunjukkan perilaku agresif di Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia (detik.com) menyebutkan bahwa berdasarkan data akhir tahun Polda Metro Jaya terdapat 4 kasus yang mengalami peningkatan di tahun 2013, dua diantaranya yakni pembunuhan meningkat dari 72 kasus di tahun 2012 menjadi 74 kasus di tahun 2013 dan penganiayaan berat meningkat dari 2.041 kasus menjadi 2.234 kasus. Ini hanya kasus-kasus yang terjadi di DKI Jakarta, jika dijumlah dengan kasus yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia tentu saja angka tersebut akan menjadi semakin besar. Seperti tawuran yang terjadi pada hari pertama perkuliahan antarmahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Bahasa Seni (FBS) UNM Parangtambung, Makassar pada tahun 2013 yang mengakibatkan gedung Sanggar Seni hangus terbakar (KOMPAS.com). Selain itu ada juga bentrok antarwarga Tatura, Kota Palu dan warga Tinggede, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada tahun 2012. Akibatnya dua kendaraan bermotor dan satu gerobak jualan milik warga menjadi sasaran massa yang terlibat bentrok. Massa juga membakar dua kendaraan bermotor dan satu 1

2 gerobak tersebut. Satu dari salah satu unit kendaraan roda dua yang dibakar massa adalah milik reporter televisi lokal, Nuansa TV (KOMPAS.com). Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengatakan, selama periode 2010 hingga awal bulan September 2013 total keseluruhan tercatat 351 peristiwa konflik. Peristiwa konflik tersebut, menurutnya, antara lain adalah peristiwa kekerasan atau konflik bernuansa Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). (Sindonews.com, 2013) Orang Indonesia dikenal dengan sifatnya yang ramah, bersahabat, hangat, dan baik hati. Senyum, salam, sapa, dan sopan identik dengan sikap orang Indonesia. Orang Indonesia terbuka dan mudah berinteraksi dengan orang lain, baik orang yang dari daerah lain maupun orang asing. Keramahtamahan inilah yang dijadikan andalan untuk bidang pariwisata selain keeksotisan alam tropisnya dan budayanya yang beragam. Namun, belakangan ini seperti disebutkan di paragraf sebelumnya media di Indonesia lebih banyak diwarnai dengan berita tentang kekacauan yang terjadi di negara ini, seperti masalah kerusuhan, pembunuhan, penganiayaan, pemukulan, kekerasan pada perempuan dan anak, serta masih banyak lagi masalah lainnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Karena bentuk muka buminya yang beragam, maka masyarakatnya pun beradaptasi sesuai dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan

3 Indonesia memiliki beragam suku. Setiap suku memiliki karakteristik budaya yang berbeda-beda. Suku Jawa yang dikenal dengan sikapnya yang sopan, segan, menyembunyikan perasaan, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Lain lagi dengan suku Madura, mereka distereotipkan dengan sifat yang mudah tersinggung, mudah curiga terhadap orang lain, temperamental atau mudah marah, pendendam serta suka melakukan kekerasan. Padahal pada kenyataannya salah satu karakteristik orang Madura yang menonjol adalah karakter yang apa adanya. Sifat masyarakat etnik ini memang ekspresif, spontan, dan terbuka. Mereka juga dikenal hemat, disiplin, rajin bekerja, dan mempunyai tradisi Islam yang kuat. Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga hampir tidak pernah terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi gotong royong tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat ini, serta setiap ada masalah akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Sementara kebudayaan Minang dianggap sebagai suatu masyarakat dengan sistem kekeluargaan yang ganjil diantara suku-suku bangsa yang lainnya di Indonesia. Inilah yang biasanya dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan Minang (Koentjaraningrat, 1999:250).

4 Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut. Tentu saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun kebiasaan mereka. Realitas yang multi budaya ini dapat kita jumpai di negara-negara dengan komposisi penduduk yang terdiri dari berbagai etnis, seperti Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Suwarsih Warnaen yang meneliti tentang stereotip etnis dalam masyarakat Indonesia subyek terdiri dari 1.291 siswa Sekolah Menengah atas yang duduk di kelas III dan tersebar di seluruh Indonesia. Subjek luar Jakarta sebanyak 700 siswa terdiri dari tujuh suku bangsa masing-masing diwakili 100 siswa dan berada di daerahnya sendiri. Untuk subjek Jakarta sebanyak 591 siswa terdiri dari 12 golongan etnis, tujuh diantaranya adalah golongan etnis seperti pada subjek luar Jakarta, ditambah dengan satu golongan etnis Tionghoa dan satu golongan yang terdiri dari berbagai siswa yang berasal dari berbagai etnis lainnya. Suku bangsa yang menjadi subjek penelitian terdiri dari Sunda, Jawa, Batak, Minangkabau, Minahasa, Maluku, Makassar, Tionghoa, dan berbagai etnis lainnya.

5 Hasil dari penelitiannya menunjukkan stereotip tentang orang Sunda dan Jawa hampir serupa, dan paling jelas untuk sifat khas sopan, jujur, senang menerima tamu, baik hati, penuh perasaan, dan ramah. Terdapat perbedaan mencolok antara stereotip orang Batak dengan orang Sunda dan Jawa, terutama mengenai sifat khas emosional, kasar, ikatan yang keluarga kuat, dan cepat marah. Sedangkan stereotip orang Minangkabau memperlihatkan perbedaan mencolok terutama mengenai sifat licik, ikatan keluarga kuat, dan pelit. Stereotip tentang orang Minahasa dan Maluku juga mengandung dua sifat khas yang berbeda secara mencolok dengan stereotip orang Sunda dan orang Jawa, yaitu suka pesta dan suka kesenangan. (Warnaen, 2002:382) Kondisi negara dengan komposisi multi budaya rentan terhadap konflik dan kesenjangan sosial. Memang banyak faktor yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik tersebut, akan tetapi sebagai salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial, budaya mempunyai peranan besar dalam memicu konflik. Konflik-konflik yang terjadi inilah yang kemudian dapat memicu perilaku agresif. Indonesia dengan beragam suku yang memiliki karakteristik budaya masing-masing tentu saja memiliki karakteristik agresif yang berbeda-beda pula. Walaupun semua orang tampaknya memahami apa itu agresi, namun ada perbedaan pendapat tentang definisinya (Geen, 1998; dalam Taylor dkk, 2009:496). Definisi paling sederhana untuk agresi yang didukung oleh pendekatan behavioris atau belajar, adalah bahwa agresi adalah setiap

6 tindakan yang menyakiti atau melukai orang lain (Taylor dkk, 2009:496). Agresivitas bisa muncul dalam bentuk verbal maupun fisikal. Dalam tingkat paling tidak melukai, agresivitas muncul dalam bentuk gosip (membicarakan/menjelek-jelekan orang yang menyerang individu kepada orang lainnya) dan yang paling parah adalah penyerangan fisik yang dapat menimbulkan kematian. Namun demikian, agresivitas dalam bentuk verbal bukan berarti tidak mampu melukai, menyerang seseorang dengan menggunakan kata-kata yang kasar, hinaan, serta ejekan dapat membuatnya sakit hati dan efeknya jauh lebih menyakitkan dan akan lama menetap dalam ingatan seseorang daripada terkena lemparan batu atau pukulan. Dalam penelitian ini akan meneliti pola agresivitas pada suku Jawa, Madura, Gorontalo, dan Minang. Seperti yang telah dijelaskan di atas ke empat suku tersebut memiliki karakteristik kebudayaan masing-masing sehingga peniliti ingin mengetahui pola agresivitas pada masing-masing suku tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mencoba memahami pola-pola gresivitas dari suku-suku tersebut. Dengan memahami hal tersebut akan memudahkan interaksi antar suku untuk membuat resolusi saat terjadi konflik. Sehingga nantinya dapat meningkatkan rasa aman bagi masyarakat Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbedaan agresivitas pada mahasiswa di Malang yang berasal dari suku Jawa, Madura, Gorontalo, dan Minang?

7 2. Bagaimana perbedaan pola agresivitas mahasiswa suku Jawa, Madura, Gorontalo, dan Minang ditinjau dari bentuk agresi, arah pelampiasan agresi, level kendali-diri dan arah agresi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat agresivitas pada mahasiswa di Malang yang berasal dari suku Jawa, Madura, Gorontalo dan Minang. 2. Untuk mengetahui perbedaan pola agresivitas pada mahasiswa Malang yang berasal dari suku Jawa, Madura, Gorontalo, dan Minang ditinjau dari bentuk agresi, arah pelampiasan agresi, level kendali-diri, dan arah agresi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap aspek dan pola kecenderungan agresivitas yang ada pada suku-suku tersebut secara lebih mendalam agar dapat menambah informasi dalam khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan studi lintas budaya. Sehingga dapat mempermudah interaksi antar suku untuk membuat resolusi saat terjadi konflik.