OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI SHELL AND TUBE KONDENSOR DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA AC UNTUK PEMANAS AIR

Perencanaan dan Analisa Perhitungan Jumlah Tube dan Diameter Shell pada Kondensor Berpendingin Air pada Sistem Refrigerasi NH 3

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

ANALISIS ECONOMIZER#2 PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATION (HRSG) DI TURBIN GAS#2 UNTUK PROSES MAINTENANCE DI PT. XXX

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

SKRIPSI APLIKASI PENUKAR KALOR PADA MODIFIKASI SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB lll METODE PENELITIAN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB III PERBAIKAN ALAT

ANALISIS KINERJA INSTALASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA BANGUNAN KOMERSIAL ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

OPTIMASI DESAIN ALAT PENUKAR KALOR ( SHELL AND TUBE ) JENIS CANGKANG DAN PIPA UNTUK PENDINGINAN LEMAK COKELAT DI PABRIK COKELAT TANGERANG

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :


Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PENGARUH GEOMETRI PIPA KONDENSOR TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA DESTILASI MINYAK PLASTIK

Transkripsi:

OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3 Sobar Ihsan Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam Kalimantan MAAB Banjarmasin sobar.uniska@gmail.com ABSTRAK Jenis penukar kalor sangatlah beragam dan masing masing dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik. Namun demikian jenis shell & tube sejauh ini merupakan jenis yang paling banyak dipergunakan berkat konstruksinya relatif sederhana dan memiliki keandalan karena dapat dioperasikan dengan beberapa jenis fluida kerja. Efek pendinginan yang dihasilkan dalam sistem refrigerasi tergantung dari efektivitas kinerja kondensor. Sementara, kinerja kondensor semakin lama akan menurun seiring dengan terjadinya fouling factor. Pada penelitian ini dilakukan analisis optimasi sistem termal pada kondensor shell and tube sebagai Alat Penukar Kalor (APK). Dari hasil optimasi kondensor shell and tube dengan menggunakan analisis full factorial yang di validasi dengan sofware Heat Transfer Research Inc (HTRI) dan disimulasi Computational Fluid Dynamics (CFD). Didapat hasil optimum adalah diameter shell 720 mm, jumlah tube 192 buah, diameter tube 38.1 mm, panjang tube 3 m, beda temperatur rata-rata LMTD 8.86 K, dan dengan koefesien perpindahan panas menyeluruh U 1448.21 W/m 2 K. Dalam penentuan parameter temperatur desain kondensor sistem cooling-tower, harus mempertimbangkan kinerja cooling-tower dan perubahan temperatur udara. Kata kunci: kondensor, optimal, shell and tube PENDAHULUAN Kondensor merupakan komponen pendingin yang sangat penting yang berfungsi untuk memaksimalkan efisiensi pada mesin pendingin. Pada kondensor ini, terjadi pelepasan kalor secara kondensasi dan kalor sensibel. Pada umumnya menggunakan kondensor tipe permukaan (surface condenser), tipe kondensor ini merupakan jenis shell-tube yang mana air pendingin disirkulasikan melalui tube. Kondensor biasanya menggunakan sirkulasi air pendingin dari menara pendingin (cooling tower) untuk melepaskan kalor ke atmosfir, atau oncethrough water dari sungai, danau atau laut. Kebanyakan aliran fluida kerja yang mengalir secara terus menerus di dalam alat penukar kalor (APK), setelah melampaui waktu operasi tertentu akan mengotori permukaan perpindahan panasnya. Deposit yang terbentuk di permukaan kebanyakan akan mempunyai konduktivitas termal yang cukup rendah sehingga akan mengakibatkan menurunnya besaran koefisien global perpindahan panas di dalam alat penukar kalor, akibatnya laju pertukaran energi panas di dalam APK menjadi lebih rendah. Untuk memperoleh performan yang sebaikbaiknya maka alat penukar kalor harus dirancang dengan cara yang seksama dan seoptimal mungkin. Oleh karena itu penguasaan metode perancangan sebuah alat penukar kalor menjadi sangat penting karena akan memberikan kontribusi yang sangat besar kepada upaya peningkatan performance instalasi industri, yang berarti juga kepada upaya penghematan energi terutama di sektor industri. Dari penelitian ini diharapkan mampu melakukan perancangan sebuah alat penukar kalor (APK) sesuai dengan standar yang berlaku dan melakukanoptimasi performancenya sehingga dapat dihasilkan alat penukar kalor (APK) yang memiliki efektifitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah : Mempelajari Seberapa besar pengaruh faktor ukuran tube, jarak antar tube, dan bentuk susunan tube terhadap dimensi utama hasil design. Mengidentifikasi kondisi design paling ekonomis, yaitu desain yang kecil dengan biaya pembuatan yang murah. 13

STUDI LITERATUR Alat Penukar Kalor Shell and Tube Alat penukar kalor jenis shell and tube adalah alat penukar kalor yang paling banyak digunakan dalam berbagai macam industri dan paling sederhana dibanding dengan alat penukar kalor lainnya, hal ini karena: a. Hanya terdiri dari sebuah tube dan shell, dimana tube terletak secara konsentrik yang berada di dalam shell. b. Kemampuannya untuk bekerja dalam tekanan dan temperatur yang tinggi. c. Kemampuannya untuk digunakan pada satu aliran volume yang besar. d. Kemampunnya untuk bekerja dengan fluida kerja yang mempunyai perbedaan satu aliran volume yang besar. e. Tersedia dalam berbagai bahan atau material. f. Kontruksi yang kokoh dan aman. g. Secara mekanis dapat beroperasi dengan baik dan handal (reliability tinggi). Pada jenis alat penukar kalor ini, fluida panas mengalir di dalam tube sedangkan fluida dingin mengalir di luar tube atau di dalam shell. Karena kedua aliran fluida melintasi penukar kalor hanya sekali, maka susunan ini disebut penukar kalor satu lintas (single-pass). Jika kedua fluida itu mengalir dalam arah yang sama, maka penukar kalor ini bertipe aliran searah (parallel flow) gambar 1. Jika kedua fluida itu mengalir dalam arah yang berlawanan, maka penukar kalor ini bertipe aliran lawan (counter flow). Prinsif kerja mesin pendingin Prinsip kerja mesin pendingin adalah mengalirkan suatu bahan pendingin (refrigerant) pada suatu mesin pendingin, kemudian refrigeran menyerap panas di dalam evaporator dari udara atau media yang perlu didinginkan dan seterusnya uap refrigeran tersebut dikompresikan oleh kompresor menuju kondensor, dimana di dalam kondensor uap refrigeran terkondensasikan menjadi titik cairan refrigeran, dengan bantuan media pendingin yaitu air. Refrigeran yang berbeda di dalam sistem umumnya akan mengalami perubahan fase dari fase gas ke fase cair dan sebaliknya dari fase cair ke fase gas selama siklus. Di dalam kompresor, refrigeran berupa uap dikompresikan sehingga tekanan dan temperaturnya naik, selanjutnya uap refrigeran itu terkondensasi di dalam kondensor menjadi cairan refrigeran yang bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Refrigeran yang bertekanan rendah dan bertemperatur rendah diekspansikan pada katup ekspansi masuk ke evaporator. Cairan dikurangi tekanannya agar menguap, sehingga cairan refrigeran tersebut berubah menjadi uap basah. Selanjutnya perubahan tersebut terjadi berulang-ulang selama siklus. Di dalam mesin pendingin ini jumlah refrigeran adalah tetap meskipun mengalami perubahan fase (bentuk), sehingga di dalam sistem tidak perlu adanya penambahan refrigeran kecuali pada instalasi mengalami kebocoran. Perancangan sebuah alat penukar kalor jenis shell & tube 1. Laju perpindahan energi panas yang diterima oleh aliran fluida dingin : Qc m c ( T T ) c. pc co ci 2. Temperatur aliran keluar, T ho : Q m c ( T T ) h h. ph hi ho 3. Beda temperatur rata-rata logaritmik konfigurasi aliran counter flow : T1 T2 T m ln( T1 / T2 ) 4. Faktor untuk koreksi konfigurasi shell & tube : ( ) * + ( ) 5. Perhitungan luas permukaan perpindahan panas total, A total 6. Perhitungan diameter shell (Ds) ( ) ( ( ) ) 7. Perhitungan diameter jumlah tube (Nt) ( ) ( ) ( ) 8. Koefisien global perpindahan panas (U) 14

( ) Kondensor Kondensor adalah suatu alat untuk merubah bahan pendingin dari bentuk gas menjadi cair. Bahan pendingin dari kompresor dengan suhu dan tekanan tinggi, panasnya keluar melalui permukaan rusuk-rusuk kondensor ke fluida pendingin yaitu air. Sebagai akibat dari kehilangan panas, bahan pendingin gas mula-mula didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian mengembun berubah menjadi cair. Kondensor ada 3 macam menurut cara pendinginannya, yaitu: 1. Kondensor dengan media pendingin udara (air cooled) 2. Kondensor dengan media pendingin air (water cooled) 3. Dengan media pendingin campuran udara dan air (evaporative kondensor) Kondensor berpendingin air yang digunakan terdiri dari koil pipa pendingin di dalam tabung yang dipasang pada posisi horizontal. Ciri-ciri kondensor pendingin air adalah sebagai berikut: a) Memerlukan pipa air pendingin, pompa air, dan penampung air. b) Dapat mencapai kondisi dingin karena tidak terpengaruh terhadap suhu luar. c) Bentuknya sederhana (horizontal) dan mudah pemasangannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengikuti langkah-langkah pada bagan alur dibawah : Start Studi Literatur Permasalahan Perhitungan Desain Kondensor : Perhitungan Beban Termal Q h = Qc Perhitungan beda temperature rata-rata logaritmik : ΔT 1 = T hi T co ΔT 2 = T ho T ci LMTD = F. ΔT m Perhitungan luas total permukaan perpindahan kalor Penggunaan metode full factorial Mencari kondisi optimum Optimum Design? Design yang dipilih dalam kondensor Analisis Perhitungan dan pembahasan End Ya Tidak Dengan menggunakan metode eksperimen Full Factorial dapat dibuatkan Tabel yang memuat jumlah variabel/faktor dari eksperimen dan level yang berkaitan. Tabel 1. Variabel babas dan Level Exsperimen 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data dan pengolahan data dengan menggunakan metode eksperimen full factorial, maka dapat diidentifikasi bahwa kondisi desain yang terbaik, yang memberikan hasil desain paling optimum atau paling ekonomis dengan jumlah tube yang paling sedikit adalah kondisi desain C3 (jarak antar tube PR 1.5), B1 (susunan antar tube CL, 30 o ), D3 (Panjang tube 5 m), dan A3 (diameter tube d o, 38.1 mm). Grafik 1. Pengaruh rata-rata respon masing-masing level terhadap jumlah tube Grafik 2. Pengaruh rata-rata respon masing-masing level terhadap Diameter Shell Dari hasil perhitungan kondisi optimum dengan program HTRI diperoleh perbandingan antara perhitungan teoritis dengan simulasi yang dilakukan oleh HTRI, perbandingan diantara keduanya dapat dibuatkan tabel. Tabel 2. Perbandingan data desain kondisi optimum antara teoritis (Full Factorial Eksperimen) dan simulasi dengan Program HTRI Berdasarkan hasil perhitungan kondisi optimum dengan menggunakan perhitungan eksperimental full factorial dibandingkan dengan simulasi program HTRI memiliki hasil yang mendekati sama seperti menggunakan metode eksperimen full factorial atau dengan kata lain secara teoritis. Perbedaan hal ini terjadi dikarenakan masalah inputan dan proses numerik di dalam program persamaan analitik sederhana maupun dengan menggunakan program HTRI. Dari hasil analisa yang telah dilakukan secara manual dengan mengambil data secara langsung pada PT. Wirontono Baru dapat diketahui spesifikasi suhu yang didapat saat pendinginan pada temparatur air masuk T ci 26 o C, dan temparatur air keluar T co 55 o C serta saat temparatur fluida amoniak masuk T hi 77 o C, dan temparatur amoniak keluar T ho 35 o C. Dengan effesiensi sistem pemindah panas sebasar 50.16 % Setalah dilakukan analisa dengan menggunakan metode eksperimen full faktorial dan dimasukan dalam program HTRI maka didapatkan pressure drop yang terjadi antara perhitungan 5.72 kpa dengan aktual dalam simulasi 2.25 kpa, tidak terlalu segnifikan atau tidak juah beda, hal ini menandakan kesesuaian antara simulasi dengan perhitungan, sedangkan overdesign terjadi sekitar 17.79%. presseru drop diperlukan sebagai indikasi penurunan tekanan selama terjadi pendinginan atau 16

pemindahan panas. Berkaitan dengan aliran yang terjadi pada saat memindahkan panas atau mendinginkan fluida aliran yang terjadi pada design yang baik tidak mengalami perbedaan yang signifikan dan juga tidak terlalu lambat, yang dapat menyebabkan pengotoran (fouling) dalam jangka waktu tertentu. Setelah terjadi fouling maka proses pendinginan manjadi tidak efektif. Jika pada desain utama yang yang sekarang sedang diaplikasikan pada PT. Wirontono Baru banyak tube adalah 124 buah, sedangkan setelah dilakukan redesain dengan menggunakan HTRI didapatkan 192 tube, dengan diameter shell 720 mm, dan panjang tube 3 m. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan mengenai optimasi kondensor tipe shell and tube pada mesin pendingin sebagai berikut : 1. Dari data awal spesifikasi alat penukar kalor kondensor tipe shell and tube dengan ukuran diameter shell 929 mm, panjang tube 3.5 m, diameter tube 50.8 mm, dan jumlah tube 124 buah, dirasa masih kurang optimum yang mengakibatkan menurunnya besaran koefisien perpindahan panas menyeluruh di dalam alat penukar kalor, akibatnya laju pertukaran energi panas di dalam Alat Penukar Kalor menjadi lebih rendah. 2. Setelah dilakukan redesain dengan mengunakan metode eksperimen full faktorial didapatkan hasil desain yang optimum dan divalidasi dengan program HTRI dimana diameter shell 720 mm, panjang tube 3 m, diameter tube 38.1 mm, dan jumlah tube 192 buah yang memberikan perpindahan panas dengan nilai koefesien perpindahan U sebesar 1448.21W/m 2 K. 3. Pengaruh rata-rata masing-masing faktor terhadap jumlah tube a) Ukuran tube diameter 38.1 mm, pada dua ukuran tube lainnya di mana memberikan perpindahan panas yang besar dengan nilai koefesien perpindahan U sebesar 1448.21W/m 2 K hasil desain dengan jumlah tube sebesar 192.6 tube. b) Faktor susunan antar tube lay out (CL), memiliki nilai yang sama sehingga didalam desain alat penukar kalor ini layout tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap jumlah tube yang didesain. c) Faktor Pitch Ratio (PR), memiliki nilai yang sama sehingga didalam desain alat penukar kalor ini Pitch Ratio tidak memiliki pengaruh yang berarti kepada jumlah tube di alat penukar kalor yang didesain. d) Sedangkan pada Panjang tube 3 m pada kedua Panjang tube yang lainnya 4. Pengaruh rata-rata masing-masing faktor terhadap diameter shell a) Ukuran tube diameter 38.1 mm, pada dua ukuran tube lainnya di mana memberikan hasil desain dengan dimensi yang paling ekonomis yaitu diameter shell yang terkecil yaitu 720 mm. b) Susunan antar tube (layout) 30 o dan 60 o (konstanta 0.87), memberikan pengaruh yang lebih baik dari pada susunan antar tube (layout) 45 o, di mana memberikan hasil desain dengan dimensi yang paling ekonomis yaitu diamater shell yang terkecil sebesar 720 mm. c) Jarak antar tube (Pitch rasio) 1.25 pada dua jarak antar tube (Pitch ratio) lainnya di mana memberikan hasil desain dengan dimensi yang paling ekonomis yaitu diameter shell yang terkecil yaitu 720 mm. d) Sedangkan panjang tube 3 m memberikan pengaruh yang lebih baik dari pada kedua Panjang tube yang lainnya dimana memberikan hasil desain dengan dimensi yang paling ekonomis. 17

DAFTAR PUSTAKA 1. Cengel, Y.A., Boles, M.A., Thermodynamics: an engineering approach, 3rd ed, McGrawHill. 1999. 2. Frank Kreith, Arko Prijono M.Sc. 1997. Prinsip-prinsip perpindahan panas. Jakarta.: Erlangga. 3. Frank M. White. 1996. Mekanika Fluida Edisi kedua jilid 1. Jakarta : Erlangga. 4. Stocker, Supratman Hara.1992. Refrigerasi dan pengkondisian Udara. Jakarta: Erlangga. 5. Frank Kreith, William Z. Black. 1980. Basic Heat Transfer. America. Harper & Row. 6. Yogesh Jaluria. 2008. Design and Optimization of Thermal Systems. Francis. CRC Press. 7. Tuakia, Firman, 2008, Dasar-Dasar CFD Menggunakan FLUENT, Bandung: Informatika. 8. Jurnal. Usman ur rehman. 2011. Heat Transfer Optimization of Shell-and-Tube Heat Exchanger through CFD Studies. Chalmers university of technology. 9. Jurnal. Wen-Quan Tao 2010. A Design and Rating Method for Shell-and-Tube Heat Exchangers With Helical Baffles. Xi an Jiaotong University. 10. Jurnal. Ratiko 2012. Optimasi multi objektif sistem pendingin Pada ruang penyimpanan bahan bakar nuklir Bekas tipe vault. Pusat Teknologi BATAN. 18