Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN I.1

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB III METODOLOGI III-1

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGANTAR PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

Judul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG. Di tulis oleh: Subki, ST

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

3 BAB III METODOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

3. METODOLOGI PENELITIAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE. Mulai. Pekerjaan Lapangan

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

Kebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB IV METODE PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

Transkripsi:

2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1

2.2. Kajian Klimatologi Pada tahap ini dianalisis hubungan perubahan iklim yang terjadi di sekitar wilayah sumber air terhadap kualitas dan kuantitas dari sumber air tersebut, hubungan antara unsur-unsur meteorologi dengan siklus hidrologi serta tekanannya pada hubungan timbal balik antara unsur-unsur hidrometeorologi. Selain itu, telah menganalisa trend perubahan parameter iklim (temperatur dan curah hujan) 30 tahun ke depan dengan skenario tanpa perubahan iklim dan skenario dengan perubahan iklim. Model skenario dengan perubahan iklim ini mengikuti asumsi sesuai skenario A2 perubahan iklim Indonesia yang diprakarsai oleh Bappenas. 2.3. Kajian Hidrologi dan Kualiats Air Secara khusus analisis hidrologi ditujukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai daerah aliran sungai (DAS) di daerah studi, curah hujan, gambaran umum potensi airtanah, dan gambaran umum potensi air permukaan pada batas wilayah administrasi Kabupaten Serang. Konsultan melakukan kompilasi data sekunder dan primer, sifat serta karakteristik kondisi hidrologi dan hidrogeologi dari daerah tangkapan air/hujan (cathment area), termasuk didalamnya adalah analisa potensi bahaya dan kerentanan yang mungkin terjadi berkaitan dengan bencana Hidroklimatologi yaitu banjir, kekeringan, longsor, dan kenaikan muka air laut. Dalam kajian Hidrologi dilakukan pula kajian neraca air (water balance) untuk memprediksi ketersediaan air terhadap kebutuhan yang ada, dibutuhkan dalam perencanaan dan pembangunan sistem air baku. Neraca air adalah alat yang digunakan dalam melakukan pendekatan terhadap proses hidrologis yang terjadi di lapangan. Neraca air ini memberikan gambaran akan aliran ke dalam (in flow) dan aliran ke luar (out flow) di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. II - 2

Neraca air dapat pula diartikan sebagai selisih antara jumlah air yang tersedia di permukaan dengan air yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu. Kebutuhan yang dimaksud mencakup kebutuhan domestik, municipal, dan industry (DMI). Analisis neraca air untuk wilayah Kabupaten Serang menggunakan Metoda Mock dengan data rata-rata hujan bulanan selama sepuluh tahun (2003-2012). Pada prinsipnya Metoda Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data klimatologi dan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dilewati. Data klimatologi yang digunakan diantaranya yaitu curah hujan, jumlah hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, radiasi matahari, dan kecepatan angin, sedangkan karakteristik DAS yang digunakan adalah persentase tutupan lahan, topografi, jenis tanah serta kondisi geologinya. Dalam analisis neraca air ini perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan metoda Penman. Data kualitas air Sungai Ciujung diambil dari Data tahun 2012 yang meliputi : 1. Informasi dari Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten tahun 2013, yang memuat laporan pemantauan kualitas air Sungai Ciujung tahun 2012 yang diamati setiap bulan (12 kali pengamatan, antara Januari 2012 sampai dengan Desember 2012), yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi Banten. 2. Informasi dari hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten, dari kegiatan pengendalian pencemaran air, merupakan pengukuran kualitas air yang dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 (diharapkan dapat mewakili musim kemarau). Data yang didapatkan adalah yang mewakili titik sampling hulu - tengah dan hilir Sungai Cijung, yang meliputi 6 titik sampling yaitu Hulu Cisalaraja, Ciberang, Jembatan Baru 3, Bendungan Pamarayan, Keragilan, dan Jong Jing. 3. Pengambilan data primer untuk beberapa parameter kunci, dari 6 titik sampling yang mewakili intake eksisting air baku PDAM yang mengambil dari air permukaan. Titik sampling tersebut adalah Waduk II - 3

Pamarayan, Irigasi Pamarayan Barat, Intake IPA Kenari, Intake Tambak Pamarayan, dan Bendungan Karet. Standar kualitas air yang digunakan adalah standar kualitas air yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk baku mutu kelas 1 (untuk air baku air minum) dan kelas 2 (untuk prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut). 2.4. Kajian Geologi dan Hidrogeologi Kajian geologi dan hidrogeologi dilakukan untuk menganalisa jenis batuan dan penyusunnya serta zona porositas dan permeabilitas yang melingkupi wilayah kajian yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi lokasi imbuhan dan luahan air tanah. Dari jenis batuan dan bentuk butirnya dapat diketahui kemampuan suatu formasi menyimpan air tanah dan dapat juga memberikan informasi mengenai potensi terjadinya bencana longsor. Penelaahan aspek geologi juga akan menunjang analisa mengenai kondisi hidrogeologi di wilayah studi. Analisis yang dilakukan meliputi : a. Penentuan daerah resapan (recharge area) mata air dan airtanah yang menjadi sumber air baku. b. Penentuan daerah lepasan (discharge area) mata air dan airtanah yang menjadi sumber air baku. c. Analisis sistem akifer air tanah d. Analisis ketersediaan airtanah e. Analisa kimia fisik airtanah f. Pemodelan penurunan muka airtanah (mat) dengan skenario penurunan imbuhan g. Deliniasi mikro dalam cathment mata air, untuk menetapkan arah deliniasi spesifik II - 4

h. Kajian potensi longsor di wilayah dilakukan dengan asumsi bila terjadi longsor di tititk mata air yang mengakibatkan kerugian materil PDAM) i. Analisis perubahan iklim dilakukan terhadap trend perubahan parameter iklim (temperatur dan curah hujan) 30 tahun ke depan dengan skenario tanpa perubahan iklim dan skenario dengan perubahan iklim. Model skenario dengan perubahan iklim ini mengikuti asumsi sesuai skenario A2 perubahan iklim Indonesia yang diprakarsai oleh Bappenas. 2.5. Kajian Sistem PDAM Dalam kajian ini dianalisis gambaran awal yang komprehensif mengenai kondisi kekinian sumberdaya air di PDAM Tirta Albantani Kabupaten Serang, mengenai sistem produksi, trasmisi, dan distribusi, serta penilaian terhadap rencana pengembangan yang dimiliki kedua PDAM tersebut di masa yang akan datang. Dalam hal distribusi, disajikan pula supply dan demand dari PDAM Tirta Albantani. Proyeksi kebutuhan air bersih dilakukan berdasarkan proyeksi penduduk pada 20 tahun yang akan datang (2013 2033). Proyeksi terlebih dahulu dilakukan terhadap jumlah penduduk, menggunakan 4 metode yaitu Metode Aritmatika, Logaritma, Eksponensial, dan Metode Geometri. Selanjutnya pemilihan hasil/tren terpilih dari perhitungan menggunakan metoda- metoda tersebut dilakukan membandingkan angka standar deviasi (simpangan baku) terkecil dan nilai koefisien korelasi yang paling mendekati 1. Kajian/perhitungan kebutuhan air dilakukan tidak saja untuk kebutuhan air minum, tetapi juga untuk pemanfaat lain yang menggunakan sumber air yang sama, yaitu pertanian dan industri, sehingga didapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai kebutuhan air dari semua fihak pengguna air. Informasi mengenai kebencanaan hidrometeorologi di wilayah studi telah ditelaah termasuk dampak dari bencana tersebut terhadap infratruktur PDAM serta kerugian produksi PDAM akibat bencana tersebut. II - 5

2.6. Fisiografi dan Tata Guna Lahan Analisis fisiografi diperlukan untuk menetapkan catchment area baik sungai maupun mata air. Analisis fisiografi juga diperlukan untuk menunjang analisis kelerengan dalam penetapan wilayah-wilayah berpotensi longsor. Tata guna lahan di kawasan catchment area dianalisis untuk melihat hubungannya dengan mempengaruhi daya serap tanah terhadap air hujan. Data tataguna lahan berupa data time series peta tutupan lahan dari Kementerian Kehutanan tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 telah dilakukan untuk mengetahui tren perubahan guna lahan dari tahun ke tahun. Analisis kondisi tata guna lahan wilayah Kabupaten Serang dilakukan dengan menggunakan sistem informasi ArcGIS yang merupakan kondisi penggunaan lahan atau wujud struktur ruang dan polaruang yang dilihat secara spasial di suatu wilayah.. 2.7. Pemodelan Perubahan Curah Hujan dan Temperatur Terhadap Ketersediaan Air Pada tahap ini dilakukan analisa proyeksi ketersediaan air tanah dan air permukaan (supply) untuk skenario dengan dan tanpa perubahan iklim. Data sekunder diperoleh dari laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR), 2010 untuk Sektor Sumber Daya Air, serta laporan penelitian terdahulu di bidang hidrometeorologi. Skenario perubahan iklim akan mengikuti skenario Bappenas dalam ICCSR (Indonesia Climate Change Sectoral Roadshow), 2010, yaitu dari skenario A2 dalam SRES (Special Report on Emissions Scenarios, yang dipublikasikan oleh IPCC tahun 2000). Skenario A2 adalah skenario do nothing dengan konsentrasi kestabilan CO2eq pada tahun 2100 adalah tidak stabil. II - 6

2.8. Pengolahan data dengan GIS Pengolahan data dengan sistem tumpang susun data sekunder dan primer dengan SIG dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS 10.1 dimana hasil keluaran pengolahan data ini berbentuk keluaran peta-peta berupa: peta administratif, geologi, hidrogeologi, hidrologi, tataguna lahan, topografi, bencana (longsor, banjir, dsb), wilayah recharge, penurunan muka airtanah (mat) dan lain-lainnya. 2.9. Analisa Kerentanan Ketersediaan Air Analisis kerentanan ketersediaan air dilakukan melalui analisis supply dan demand, dengan membandingkan proyeksi ketersediaan air dengan dan tanpa perubahan iklim (supply) dengan kebutuhan air dari semua fihak pemanfaat air (demand), berupa debit rata-rata tahunan hasil proyeksi 20 tahun yang akan datang (2013-2033). Dari analisis tersebut dapat dilihat apakah ketersediaan air di wilayah studi mencukupi untuk kebutuhan air khususnya air baku PDAM Tirta Albantani. 2.10. Pemberian Rekomendasi Rencana Aksi Adaptasi PDAM dalam Perubahan Iklim Atas dasar hasil dari analisis kerentanan ketersediaan air, maka akan direkomendasikan bentuk-bentuk adaptasi yang dapat dilakukan oleh PDAM untuk menghadapi perubahan iklim. Betuk-bentuk adaptasi yang dapat diusulkan dapat bersifat reaktor/responsif, atau proaktf/antisipatif. Bentuk adaptasi yang bersifat reaktor/responsif misalnya a. Perlindungan sumber daya air tanah b. Perbaikan manajemen dan pemeliharaan sistem penyediaan air yang ada c. Perlindungan daerah tangkapan air d. Perbaikan penyediaan air II - 7

e. Penampungan air hujan Bentuk adaptasi yang bersifat proaktif/antisipatif misalnya a. Penggunaan yang lebih baik dari air yang didaur ulang b. Konservasi daerah tangkapan air c. Perbaikan sistem manajemen air d. Reformasi kebijakan air e. Pengembangan pengendalian banjir dan f. Pengawasan kekeringan II - 8