RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

dokumen-dokumen yang mirip
(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, KOMNAS HAM DAN PPATK

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN DPD RI DAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI DAN SEKJEN KOMISI YUDISIAL

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

MENTERI KEUANGAN R I

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

: Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Si.,M.Psi.T. : Hadir 40 Anggota, Izin 8 Anggota dari 45 Anggota Komisi VIII DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 II.L.093.1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI III DPR RI KE LAPAS KEROBOKAN, DENPASAR BALI NOVEMBER

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN BULANAN PERIODE JANUARI 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

PENYERAPAN ANGGARAN DEWAN PERS TAHUN ANGGARAN 2011*

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK...

2013, No.96 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari ta

145/PMK.07/2009 ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL PAJAK TAHUN ANGGARAN 2006, 2007, DAN 2008 YANG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN KEUANGAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Transkripsi:

RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan : I Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : RDP Komisi III DPR RI Hari/tanggal : Selasa, 15 September 2015 Waktu : Pukul 13.20 s.d. 16.43 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI Acara : Pembahasan RKA KL Tahun 2016 dan pembahasan usulan program-program yang akan didanai oleh DAK berdasarkan kriteria dari Komisi. I. PENDAHULUAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dibuka pukul 14.20 WIB oleh Ketua Komisi III DPR RI, DR. H. M. Aziz Syamsuddin, SH., dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN 1. Pembahasan RKA KL Tahun 2016 dan pembahasan usulan program-program yang akan didanai oleh DAK berdasarkan kriteria dari Komisi. Kepala BNN menyampaikan hal-hal, diantaranya sebagai berikut : 1) Berdasarkan Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-505/MK.02/2015 tanggal 7 Juli 2015 tentang Pagu Kelembagaan Negara dan Penyelesaian Rencana Kerja Dan Kementerian Lembaga Tahun 2016, Pagu BNN TA. 2016 adalah sebesar Rp. 1.416.122.988.000,00 (Satu Trilyun Empat Ratus Enam Belas Juta Seratus Dua Puluh Dua Ribu Sembilan Ratus Delapan Puluh Delapan Rupiah), dengan rincian per program adalah sebagai berikut : 1

KODE (06) (01) P R O G R A M Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) PAGU ANGGARAN 2016 % 863.690.000.000,00 61,03% Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis 552.430.000.000,00 38.97% Lainnya BNN Total 1.416.122.988.000,00 100,00% 2) Penyerapan BNN per tanggal 14 September 2015 telah mencapai 42,79% dari total pagu anggaran sebesar 1.412.305.919.000,- yang digunakan untuk melaksanakan dua program kerja, yaitu : Program Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dengan total anggaran sebesar Rp.1.035.136.424.000,- dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dengan total anggaran sebesar Rp.592.815.991.433,-. Sementara pagu anggaran BNN Tahun 2016 adalah sebesar 1.416.122.988.000,- dengan pengurangan anggaran Program Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) sebesar Rp.170.212.593.000,-. 3) Besaran nilai pagu anggaran tersebut di atas, apabila dibandingkan dengan pagu indikatif sebelumnya, anggaran BNN mengalami penurunan sebesar Rp. 170.212.593.000,00 (Seratus Tujuh Puluh Milyar Dua Ratus Dua Belas Juta Lima Ratus Sembilan Puluh Tiga Ribu Rupiah). 4) Berkaitan dengan kondisi tersebut di atas, BNN telah mengajukan dispensasi kepada Presiden dengan tembusan Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan untuk tidak mengalami penurunan sesuai besaran pagu indikatif. 5) Dengan besaran anggaran sesuai pagu indikatif, rencana dialokasikan untuk pengadaan tanah, pembangunan gedung perwakilan BNN di daerah, dan penguatan dukungan peralatan penegakan hukum di daerah khususnya akselerasi operasional penegakan hukum di lapangan diawali dari pengamanan interdiksi terpadu baik laut, udara maupun lintas darat (Perbatasan). 2. Beberapa hal yang disampaikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pembahasan RKA KL Tahun 2016, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: S-505/ MK.02/2015 tanggal 7 Juli 2015 hal Pagu Kementerian/Lembaga dan Penyelesaian Rencana Kerja dan Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2016, Pagu KPK Tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp1.101,130 Miliar. Pagu tersebut dialokasikan ke dalam 2 (dua) program sebagai berikut: a. Program Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Rp421,558 Miliar; 2

b. Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Rp679,572 Miliar. 2) Ringkasan RKA KPK 2016 dalam ke program, kedeputian, kegiatan, output, target kinerja, dan anggaran (dalam Ribuan Rupiah) adalah sebagai berikut: 1. Deputi Bidang Penindakan 1. Penyelidikan Tindak Pidana Korupsi 11.033.000 2. Penyidikan Tindak Pidana Korupsi 12.107.470 3. Penuntutan dan Eksekusi Tindak Pidana Korupsi 27.490.496 4. Koordinasi dan Supervisi Penindakan Tindak Pidana 11.570.020 Korupsi 5. Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang 1.537.000 Penindakan Jumlah Deputi Penindakan 63.737.986 2. Deputi Bidang Pencegahan 1. Pengelolaan LHKPN 17.965.062 2. Pengelolaan Gratifikasi 11.668.112 3. Penyelenggaraan Pendidikan, Sosialisasi, dan 62.837.225 Kampanye Anti Korupsi 4. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan 12.257.795 KPK, serta Pengkajian Sistem Pengelolaan Administrasi di Semua Lembaga Negara dan Pemerintah 5. Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Tindak 8.300.000 Pidana Korupsi 6. Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang 1.366.901 Pencegahan Jumlah Deputi Pencegahan 114.395.095 3. Deputi Bidang PIPM 1. Pengawasan Internal KPK 1.118.142 2. Penanganan Pengaduan Masyarakat 3.736.815 3. Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang 570.777 PIPM Jumlah Deputi PIPM 5.425.734 4. Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 1. Sekretariat Jenderal 1. Perancangan Hukum, Litigasi, dan Bantuan Hukum 3.483.908 2. Penyelenggaraan Humas dan Protokoler 8.866.226 3. Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan 2.970.613 4. Manajemen Sumber Daya Manusia 409.580.370 3

5. Penyelenggaraan Operasional Perkantoran 252.570.920 (KPK) 6. Penyelenggaraan Kesekretariatan Pimpinan 2.100.425 Jumlah Setjen 679.572.462 3. Beberapa hal yang disampaikan oleh Kepala PPATK, diantaranya adalah sebagai berikut : Pagu anggaran PPATK tahun anggaran 2016 ditetapkan sebesar Rp. 190 M yang diarahkan untuk membiayai tiga program yaitu : 1) Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dengan alokasi anggaran sebesar Rp.32.3 M; 2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK dengan alokasi anggaran sebesar Rp.56.7 M; dan 3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK dengan alokasi anggaran sebesar Rp.101.1 M. Ketiga program tersebut akan direalisasikan dalam dua belas kegiatan PPATK sebagai berikut : 1) Pengelolaan bidang hukum PPATK; 2) Pelaksanaan kerjasama dan humas PPATK; 3) Pengelolaan teknologi informasi PPATK; 4) Pengawasan kepatuhan pihak pelapor; 5) Pengawasan kewajiban pelaporan dan pembinaan pihak pelapor; 6) Analisis transaksi dan pengelolaan laporan masyarakat; 7) Pemeriksaan dan pengembangan riset TPPU; 8) Pengawasan internal PPATK; 9) Pengelolaan perencanaan dan keuangan PPATK; 10) Pengelolaan SDM, organisasi, dan ketatalaksanaan PPATK; 11) Penyelenggaraan ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan perlengkapan PPATK; 12) Pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana PPATK. 4. Beberapa hal lainnya yang menjadi pokok-pokok pembahasan yaitu diantaranya sebagai berikut : Mendukung BNN atas program-program mengenai rehabilitasi narkoba. Terkait sarana prasarana kantor BNNP di daerah yang kurang memadai. diharapkan Kepala BNN yang baru memperhatikan sarana prasarana tersebut serta serta memperhatikan juga Kantor berpindah-pindah yang dinilai tidak efektif. Program kerja manakah yang akan menjadi prioritas di BNN. Diharapkan dapat lebih fokus pada pelaksanaan program di daerah mengingat pintu masuk peredaran narkoba sangat rentan di daerah. Pengawasan apakah yang sudah dilakukan oleh BNN terkait dengan anggaran yang telah disediakan di tahun 2015. Berdasarkan data RKA yang diajukan oleh KPK, dana yang digunakan untuk penyelidikan dan penyidikan satu kasus korupsi mencapai kurang lebih Rp.750.000.000,-/kasus. Jumlah ini jauh lebih besar daripada dana yang digunakan oleh lembaga penyidik lainnya seperti Kepolisian dan Kejaksaan. 4

Bagaimana bila kasus tersebut tidak dapat selesai sementara menghabiskan dana dalam jumlah yang besar. Meminta KPK agar memiliki komitmen bersama dalam menentukan arah dalam menyelesaikan kasus korupsi dan mengembalikan kerugian Negara akibat kasus-kasus korupsi di masa lalu. Berapa banyak jumlah pegawai negeri, pegawai tetap, dan pegawai tidak tetap di KPK. Bagaimanakah prestasi kerja para pegawai KPK tersebut. Seperti apakah koordinasi PPATK dengan lembaga-lembaga terkait dalam dalam hal pencegahan TPPU. Meminta penjelasan PPATK terkait peredaran uang dari hasil transaksi Narkotika.? 5. Beberapa hal lainnya yang disampaikan oleh KPK diantaranya adalah sebagai berikut : Bahwa Isu yang berkembang di masyarakat terkait peningkatan anggaran dalam proses penindakan adalah tidak benar. Ketika menangani perkara, KPK memang membutuhkan dana operasional yang cukup tinggi sebab KPK tidak memiliki kantor perwakilan di daerah, sehingga dalam menangani satu perkara korupsi menghabiskan dana yang cukup besar. Namun KPK akan berusaha menekan biaya operasional semaksimal mungkin. Jumlah pegawai KPK adalah 1.147 orang yang terdiri dari tiga klasifikasi : Pegawai Negeri yang dipekerjakan berasal dari Kepolisian, Kejaksaan, BPKP, dan lembaga lainnya dengan kontrak kerja selama 4 tahun dan bisa diperpanjang, sebanyak 250 orang yang bekerja di bidang penindakan. Pegawai tetap berjumlah 650 orang yang berasal dari institusi pegawai negeri yang dipekerjakan. Pegawai tidak tetap dipekerjakan berdasarkan keahlian dalam program dengan kontrak kerja kurang lebih satu atau dua tahun sebanyak 247 orang. 5. Beberapa hal lainnya yang disampaikan oleh BNN diantaranya adalah sebagai berikut : Terkait permasalahan sarana dan prasarana yang belum memadai dan belum ada kantor tetap BNN di daerah memang masih menjadi permasalahan, kedepannya BNN akan dilakukan inventarisasi secara keseluruhan. Sementara untuk mendukung proses rehabilitasi, BNN juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial. BNN telah melakukan upaya memiskinkan Bandar narkoba yaitu dengan menyerahkan uang hasil perdagangan narkotika kepada Negara. Prioritas BNN adalah program pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN), masuknya Bandar narkoba ke Indonesia melalui pelabuhan kecil memerlukan bantuan pengawasan dari banyak pihak seperti bea cukai, kepolisian setempat, dan termasuk warga lokal. Saat ini BNN sedang melakukan pengkajian terhadap pelaku dan korban penyalahgunaan narkoba terkait bahaya penggunaan narkoba. BNN akan terus berkoordinasi dan bersinergi dengan Kepolisian dalam menangani peredaran gelap narkotika di Indonesia. 5

6. Beberapa hal lainnya yang disampaikan oleh PPATK diantaranya adalah sebagai berikut : Kegiatan-kegiatan penelusuran TPPU yang dilakukan oleh PPATK mencakup semua tindak pidana, tidak hanya yang berkaitan dengan narkotika. PPATK memiliki data statistik dan data mengenai arus uang dari transaksi peredaran narkotika, Direktorat Kerjasama dan Humas dapat memberikan informasi mengenai arus uang tersebut. III. KESIMPULAN/PENUTUP Rapat Dengar Pendapat Komisi III dengan KPK, BNN dan PPATK, mengambil kesimpulan/keputusan sebagai berikut : Komisi III DPR RI akan menindaklanjuti usulan anggaran BNN sebesar Rp.170.212.593.000,- dan alokasi anggaran KPK sebesar Rp.1.101.130.137.000,- dan PPATK sebesar Rp.190.000.000.000,- berikut RKP Tahun 2016 yang direncanakan, guna mendapat tanggapan dari Fraksi-fraksi dalam Rapat Pleno Komisi yang selanjutnya akan diteruskan kepada Badan DPR RI. Rapat ditutup pukul 16.43 WIB KOMISI III DPR RI 6