BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga selaras dengan hak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pajak hotel dan pajak restoran di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam sistem pemerintahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memiliki sumbangsih paling potensial. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH DINAS PELAYANAN PAJAK PEMERINTAH KOTA BANDUNG

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB I PENDAHULIAN. dan penerimaan lainnya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ini pemerintahan kita dituntut untuk mereformasi seluruh bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk mencapai terciptanya pemerintahan yang baik salah satunya adalah adanya pelaporan kinerja yang akuntabel dan transparan Junaidi (2007) menjelaskan bahwa akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan hal yang wajib diwujudkan oleh instansi-instansi pemerintah demi mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi instansi yang bersangkutan agar akuntabilitas dapat tercapai, maka diperlukan persyaratan terlaksananya transparansi penyelenggaraan sektor publik. Triyono (2000) menjabarkan mengenai prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, meliputi: (1) Akuntabilitas, dapat diartikan sebagai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya. (2) Keterbukaan dan transparansi, artinya masyarakat tidak hanya dapat mengakses suatu kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses perumusannya. (3) Ketaatan pada hukum, dalam arti seluruh kegiatan didasarkan aturan hukum yang berlaku dan aturan hukum tersebut diperlukan secara adil dan konsisten. (4) Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pemerintah umum dan pembangunan. Untuk menjamin adanya pelaporan kinerja yang akuntabel dan transparan, maka diperlukan 1

2 pengukuran kinerja yang dapat memberikan gambaran tentang pencapaian tujuan yang dihasilkan pemerintah. Sebagai sebuah organisasi, instansi pemerintah perlu untuk melakukan pengukuran kinerja. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Menurut Mardiasmo (2002), ketiga maksud tersebut yaitu; (1) Pengukuran kinerja instansi pemerintah dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja yang pada akhirnya akan dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi pemerintah dalam pemberian pelayanan publik. (2) Pengukuran kinerja di instansi pemerintah digunakan untuk pengalokasian sumber daya pembuatan keputusan. (3) Untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik serta memperbaiki komunikasi kelembagaan, dengan dilakukannya pengukuran kinerja diharapkan tuntutan masyarakat yang terkait dengan akuntabilitas dan transparansi terpenuhi. Perspektif pelanggan merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja dari sebuah organisasi dimata pelanggan. Menurut Ardeno Kurniawan, SE, Ak.- Auditor Inspektorat Kabupaten Sleman pada tahun 2009 hingga tahun 2012, menemukan bahwa terdapat beberapa kelemahan di dalam kinerja pemerintah daerah berupa kelemahan sistem pelaporan, pelaksanaan dan anggaran pendapatan. Ironisnya, kelemahan tersebut menunjukkan tren peningkatan pada setiap semesternya sejak tahun 2009. Hal tersebut tentu akan

3 menyulitkan dalam menyusun laporan daerah yang andal. (http://inspektorat.slemankab.go.id) Menurut Mulyadi (2007), dengan menerapkan alat ukur kinerja diharapkan instasi pemerintah dapat memperbaiki kinerjanya, dapat mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan dan juga untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Dinas Pajak Daerah merupakan suatu instansi publik yang menjadi pelaksana di bidang perpajakan, dan memiliki wewenang dalam mengatur perpajakan yang berkaitan langsung dengan masyarakat. Revitalisasi instansi pemerintahan seperti Dinas Pajak Daerah dalam hubungannya dengan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sangat diperlukan demi tercapainya misi reformasi dalam sektor publik. Mulyadi (2007) juga menjelaskan perbedaan kinerja antara sektor publik (perusahaan non profit) dengan sektor swasta (perusahaan profit). Kinerja sektor publik seperti instansi-instansi pemerintah yang bersifat multidimensional, menyebabkan tidak ada indikatior tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta sifat output yang dihasilkan oleh intangible output sehingga ukuran financial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Instansi pemerintah sebagai institusi yang harus melakukan penilaian kinerja terhadap pencapaian kemajuan untuk melakukan pengukuran terhadap critical success factors organisasi dari segi finasial dan non financial.

4 Instansi pemerintah memiliki fungsi sebagai pelayan masyarakat wajib melakukan pengukuran kinerja berdasarkan pada perspektif pelanggan, artinya kinerja pemerintah dinilai oleh pelanggan. Penilain tersebut secara rinci dijelaskan oleh Mardiasmo berupa: (1) Efektivitas pegawai organisasi pemerintah dalam pemberian pelayanan publik. (2) Kinerja pegawai di instansi pemerintah dalam melakukan pengalokasian sumber daya. (3) Kinerja pegawai dalam berkomunikasi dan menghadapi tuntutan masyarakat. Berdasarkan 3 pengukuran kinerja pegawai sektor publik atau perusahaan non profit tersebut, maka visi yang berisi tujuantujuan guna mewujudkan good goverment dapat sampai kepada sasaran (Mardiasmo, 2002). Gambar 1.1 Sistem Perencanaan & Pengendalian Organisasi (Mulyadi 2007). Pendapatan Pemerintahan Kabupaten Sleman pada sektor hotel dan restoran, menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Kabupaten Sleman. Sepanjang 2012, hingga Oktober tercatat

5 kontribusi pajak hotel sebesar Rp 29,38 miliar, dan pajak restoran Rp 15,86 miliar. Hingga saat ini realisasi PAD mencapai Rp 235,48 miliar, Bupati Sri Purnomo dalam Suara Merdeka (2012). Berdasarkan pemikiran tersebut, dikembangkan unsur sistem yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan yang mempertimbangkan aspek biaya manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komprehensif (http://www.suaramerdeka.com). Hak dan wewenang serta kewajiban daerah otonom adalah mengatur dan mengurus sendiri segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya roda pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan menyelenggarakan suatu sistem manajemen pemerintahan yang baik, khususnya di penerimaan pajak, oleh karena itu perlu adanya suatu badan pengawas penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh badan pengawas yang bersifat intern. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber penerimaan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu: a. Hasil pajak daerah; b. Hasil retribusi daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. PAD lainnya yang sah.

6 e. Dana Perimbangan. f. Pendapatan lain-lain. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu sumber pendapatan daerah adalah pajak daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 telah mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pendapatan daerah ini yang salah satunya diperoleh dari pajak daerah tersebut harus dilakukan pengawasan oleh aparat pengawas maupun oleh masyarakat. Triyono (2000) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pemerintahan yang baik meliputi; (1) Akuntabilitas, sebagai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya. (2) Transparansi terhadap masyarakat sehingga masyarkat dapat mengakses suatu kebijakan juga ikut berperan dalam proses perumusannya. (3) Taat hukum dalam seluruh kegiatan (4) Keterlibatan masyarakat pada setiap kegiatan organisasi. Untuk memenuhi terwujudnya goal atau tujuan kepada steakholder atau pelanggan, instansi pemerintahan seperti Dinas Pajak Daerah sudah seharusnya melakukan perbaikan dalam kinerja pegawainya. Kinerja inilah yang menentukan bagaimana sebuah instansi pemerintah seperti Dinas Pajak Daerah, mampu mengemban tanggung jawabnya dan terbuka dalam

7 melakukan pengelolaan dan pengalokasian hasil pendapatan daerah demi kesejahteraan masyarakat Adapun tolak ukur kinerja dalam sebuah instansi pemerintah salah satunya adalah bagaimana penampilan sebuah organisasi pemerintah di mata pelanggan atau masyarakat (Theodorus, 1977). Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang, Mangkunagara (2002:22). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan. Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Luthans dan Dessler dalam Riyadi, 2014). Tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan yang telah disepakati bersama. Pada dasarnya kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebagai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya (Riyadi, 2014).

8 Menurut Robin dalam Riyadi (2014), kinerja memiliki indikator pengukur, secara individu ada 6 indikator yang dapat dijabarkan, sebagai berikut: 1. Kualitas Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. 2. Kuantitas Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah, unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 3. Ketepatan Waktu Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 4. Efektivitas Efektifitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi meliputi; tenaga, uang, teknologi, bahan baku yang dimaksimalkan. Tujuan efektivitas adalah menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya. 5. Kemandirian Kemandirian adalah tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan nilai fungsi kerjanya. Komitmen kerja merupakan suatu

9 tingkat dimana karyawan komitmen kerja instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan terhadap perspektif pelanggan terhadap kinerja pegawai dinas pajak daerah. Peneliti telah melakukan riset dalam skala kecil berupa observasi dan menemukan kecenderungan bahwa kinerja pegawai pemerintah dalam pemberian menjalankan organisasi mampu meningkatkan penerimaan pajak daerah. Ketertarikan terhadap hasil riset tersebutlah yang memberikan tujuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut perihal faktorfaktor penilaian kinerja. Peneliti hendak melihat ketiga faktor penilaian kinerja pegawai tersebut dalam kontribusinya terhadap pendapatan pajak, maka dari itu penelitian ini berjudul Pengaruh Kinerja Pegawai Dinas Pajak Terhadap Pembayaran Pajak Hotel dan Restoran. Judul tersebut dianggap sesuai untuk diangkat menjadi sebuah penelitian terkait dengan latar belakang yang dijabarkan sebelumnya. B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan ini yaitu menelaah bagaimana pengaruh kinerja pegawai dinas pajak Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta terhadap pembayaran pajak oleh WP dalam penelitian ini difokuskan pajak hotel dan restoran.

10 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Apakah kualitas dan kuantitas pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman mempengaruhi pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP? b. Apakah ketepatan waktu/ efektivitas pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman mempengaruhi pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP? c. Apakah kemandirian pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman mempengaruhi pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas dan kuantitas pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman terhadap pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP. b. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ketepatan waktu/efektifitas pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman terhadap pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP. c. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kemandirian pegawai Dinas Pajak di Kabupaten Sleman terhadap pembayaran pajak hotel dan restoran oleh WP.

11 E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Akuntansi pada khususnya, terlebih dalam bidang konsentrasi Akuntansi Pemerintahan yang terkait dengan kinerja dari Dinas Pajak Daerah dan untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pajak Daerah dalam melaksanakan tanggung jawab dalam hal pengawasan dan penerimaan pajak di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang di tugaskan oleh pemerintah. b. Sebagai penyelesaian masalah bagi Inspektorat dalam menyelesaikan masalah mengenai penerimaan pajak daerah di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.