FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MODEL PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA TUWEL TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IMPLANT DI DESA BANJARANYAR KECAMATAN BALAPULANG KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA KEMURANG WETAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL Aminatul Maula, Iroma Maulida, Mutiarawati ABSTRAK Proporsi pasangan usia subur indonesia menurut BKKBN Kabupaten Tegal tahun 2014 menunjukan bahwa jumlah akseptor KB Aktif mencapai 266.413 orang. Untuk wilayah kecamatan bojong pencapaian peserta KB aktif tahun 2013 yaitu 64,44%. Sehingga sudah hampir mencapai target pancapaian KB di Kabupaten Tegal sebesar 65%. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB wanita di Desa Tegal. Dari hasil uji kolerasi, terdapat hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,000 < 0,05. Ada hubungan antara jumlah anak yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,000 < 0,05. Ada hubungan antara riwayat KB yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,001 < 0,05. Tidak ada hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,375 > 0,05. Tidak ada hubungan antara riwayat haid yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,012 > 0,05. Tidak ada hubungan antara efektifitas dengan pemilihan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,005 > 0,05. Tidak ada hubungan antara biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi. Kata kunci : akseptor KB, pemilihan alat kontrasepsi, wanita A. Pendahuluan Sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya dalam bentuk supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi. Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus memandang dari dua sudut yaitu pihak calon akseptor dan pihak medis/petugas KB. Faktor faktor dalam memilih metode kontrasepsi sendiri yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor metode kontrasepsi 1. Di Kota Tegal Tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah akseptor KB Aktif mencapai 266.413 orang dengan total PUS 297.277 orang dengan rincian Suntik 145.368, Pil 21.542, AKDR 14.015, Implant 26.401, Mow 14.265, Kondom 2.034, dan Mop 2.788. Untuk wilayah kecamatan bojong pencapaian peserta KB aktif tahun 2013 yaitu 64,44%. Sehingga sudah hampir mencapai target pancapaian KB di Kabupaten Tegal sebesar 65% 2. Untuk Akseptor KB Aktif Di kecamatan Bojong mencapai 10053 orang dengan total PUS 13459 orang dengan rincian Suntik 6575, AKDR 444, MOW 416, PIL 1377, Implant 941, Kondom 120 dan MOP 180. Untuk akseptor tiap-tiap desa yaitu Desa Rembul 1175 (75,18%), Dukuh tengah 469 (75,40%), kedawung 505 (79,65%), Suniarsih 246 (74,32%), Karang mulya 759 (75,25%), Tuwel 1201 (75,68%), Bojong 1219 (74,68%), Buniwah 469 (78,17%), Lengkong 657 (67,87%), Batunyana 298 (74,87%), Sangkanayu 157 (78,11%), Gunung jati 361 (74,59%), Pucang luwuk 504 (71,79%), Kajenengan 595 (74,56%), Kalijambu 323 (75,12%), Danasari 585 (75,00%), Cikura 530 (73,71%) 3. Dari data tersebut diatas Desa Tuwel merupakan salah satu desa dengan prosentase pengguna aktif alat kontrasepsi yang tertinggi kedua setelah Desa Bojong yaitu 1201 (75,68%). Sehingga penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tegal.

B. Landasan Teori kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan 4. Menurut WHO (Expert Commite,1970), tindakan yang membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga 5. Tujuan program KB adalah : Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi adalah: 1) Faktor pasangan: (a) Pengetahuan; (b) Umur; (c) Gaya Hidup; (d) Frekuensi Senggama; (e) Jumlah Keluarga yang diinginkan;(f) pengalaman dengan kontrasepsi lalu; (g) sikap wanita; (h) sikap kepriaan. 2) Faktor kesehatan: (a) satus kesehatan; (b) riwayat haid; (c) riwayat keluarga; (d) pemeriksaan fisik; pemeriksaan panggul 3) Faktor metode kontrasepsi: (a) efektivitas; (b) efek samping minor; (c) kerugian; (d) komplikasi-komplikasi yang potensial; (e) biaya Macam-macam metode kontrasepsi: (1) Metode kalender; (2) Suhu Basal Badan; (3) Lendir Serviks; (4) Amenorea Laktasi; (5) Coitus Interruptus; (6) Spermiside; (7) Diafragma; (8) Kap Serviks; (9) Kotrasepsi Hormonal (pil Kombinasi, Pil Progestrin, Suntik Kombinasi, Suntik Prosgrestin, Implan, AKDR, Kontrasepsi mantap, Kontrasepsi darurat C. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor- faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat 6. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berani atau tidaknya hubungan itu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal 1168 orang. Penelitian ini menggunakan Non Rondom Sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi sematamata. Dengan teknik pengambilan accidental sampling dan didapatkanjumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 10% dari populasi yang ada yaitu 116 orang. Di Desa Tuwel terdapat 8 RW, sehingga masing masing RW akan diambil 15 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, pada bulan Mei, juni dan juli 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang berbentuk pertanyaan tertutup yang diberikan kepada akseptor aktif KB wanita. D. Hasil Penelitian Gambaran pemilihan alat kontrasepsi (riwayat KB sekarang) pada akseptor KB wanita di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2014 KB sebelumnya Frekuensi Presentase Tidak pernah 65 56% Pernah 51 44% KB sekarang Frekuensi Presentase Pil 15 12,9% Suntik 67 57,8% Implant 20 17,2% IUD 11 9,5%

MOW 3 2,6% Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak menggunakan KB suntik yaitu sebanyak 67 (57,8%) responden. Mendeskripsikan faktor pasangan, meliputi : umur, jumlah keluarga yang diinginkan, dan pengalaman, dengan Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal 1) Umur Usia Frekuensi Presentase 20-30 th 93 80,2% >35 th 23 19,8% Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 93 (80,2%) responden. 2) Jumlah keluarga yang diinginkan Jumlah Anak Frekuensi Presentase 1 22 19% 2 50 43,1% >= 3 44 37,9% Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki 2 anak yaitu sebanyak 50 (43,1%) responden. 3) Pengalaman KB Sebelumnya Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak tidak pernah menggunakan KB berbeda sebelumnya yaitu sebanyak 65 (56%) responden. Mendeskripsikan faktor kesehatan, meliputi: status kesehatan, dan riwayat haid, dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal 1) Status Kesehatan Status kesehatan Frek Presentas e Tidak ada 104 89,7% Ada 12 10.3% Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak tidak mempunyai penyakit yang menjadi kontraindikasi dalam menggunakan KB yaitu sebanyak 104 (89,7%) responden. 2) Riwayat Haid Sebelumnya Riwayat Haid Frekuensi Presentase Teratur 116 100% Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukan bahwa riwayat haid seluruh responden teratur yaitu sebanyak 116 (100%) responden. 3) Riwayat Haid Sekarang Haid sekarang Frekuensi Presentase Tidak teratur 46 39,7% Teratur 70 60,3% Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukan bahwa riwayat haid sekarang responden paling banyak teratur yaitu sebanyak 70 (60,3%) responden. Mendeskripsikan faktor metode kontrasepsi, meliputi: efektifitas, efek samping, dan biaya, dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal 1) Efektifitas Efektifitas Frekuensi Presentase Efektif 116 100% Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukan bahwa seluruh responden efektif dalam menggunakan KB yaitu sebanyak 116 responden (100%) responden.

2) Efek Samping Efek Samping Frekuensi Presentase Tidak ada 69 59,5% Ada 47 40,5% Berdasarkan tabel 9 diatas menunjukan bahwa responden paling banyak tidak ada efek samping yaitu sebanyak 69 (59,5%) responden. Biaya Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukan bahwa seluruh responden manyatakan biaya untuk berkb terjangkau yaitu sebanyak 116 (100%) responden. Biaya Frekuensi Presentase Terjangkau 116 100% Hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi. Umur KB sekarang Total f % f % f % f % f % f % 20-35 th 1 4 35 th 1 4,3 Total 1 5 15, 1 60 12, 9 64, 1 14 6 6,5 0 0 93 100 5 3 30, 30, 5 5 21,7 3 13 23 100 7 4 4 57, 2 17, 67 11 9,5 3 2,6 116 100 8 0 2 Spearman s rho = 0,389 ; p value = 0,000 Berdasarkan tabel 11 menunjukan hasil uji statistik kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar 0,389 dengan p value = 0,000 < 0,05, dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hubungan antara jumlah keluarga yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Jumlah anak KB sekarang Total f % f % f % f % f % f % 1 0 0 19 86,4 3 13,6 0 0 0 0 22 100 2 14 28 28 56 6 12 2 4 0 0 50 100 3 1 2,3 20 45,5 11 25 9 20,5 3 6,8 44 100 Spearman s rho = 0,353 ; p value = 0,000 Berdasarkan tabel 12 menunjukan hasil uji statistik kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar 0,353 dengan p value = 0,000 < 0,05, dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan antara jumlah anak yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi.

Hubungan antara pengalaman dengan pemilihan alat kontrasepsi. KB sebelumnya KB sekarang Total f % f % f % f % f % f % Tidak pernah 1 1,5 61 93,8 3 4,6 0 0 0 0 65 100 Pernah 14 27,5 6 11,8 17 33,3 11 21,6 3 5,9 55 100 Spearman s rho = 0,306 ; p value = 0,001 Berdasarkan tabel 13 kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar 0,306 dengan p value = 0,001 < 0,05, dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan antara pengalaman dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Status kesehatan KB sekarang Total F % F % f % f % f % f % Tidak ada 14 13,5 60 57,7 20 19,2 8 7,7 2 1,9 104 100 Ada 1 8,3 7 58,3 0 0 3 25 1 8,3 12 100 Spearman s rho = 0,083 ; p value = 0,375 Berdasarkan tabel 14 kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar 0,083 dengan p value = 0,375 > 0,05, dengan demikian hipotesis menyatakan tidak ada hubungan antara riwayat kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hubungan antara riwayat haid dengan pemilihan alat kontrasepsi Haid sebelumnya KB sekarang Total f % F % f % f % f % f % Teratur 15 12,9 67 57,8 20 17,2 11 9,5 3 2,6 116 100 Spearman s rho =. ; p value =. Berdasarkan tabel 15 kolerasi rank Spearman tidak diperoleh hasil rho dan p value, dengan demikian hipotesis menyatakan tidak ada hubungan antara riwayat haid sebelumnya dengan pemilihan alat kontrasepsi. Haid sekarang KB sekarang Total f % f % f % f % f % f % Tidak teratur 0 0 45 97,8 1 2,2 0 0 0 0 46 100 Teratur 15 21,4 22 31,4 19 27,1 11 15,7 3 2,6 70 100 Spearman s rho = -0,260 ; p value = 0,012 Berdasarkan tabel 16 menunjukan hasil dari uji statistik kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar -0,260 dengan p value = 0,012 < 0,05, dengan

demikian hipotesis menyatakan ada hubungan antara riwayat haid sekarang dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hubungan antara efektivitas dengan pemilihan alat kontrasepsi. Efektifitas KB sekarang Total f % F % f % f % f % f % Efektif 15 12,9 67 57,8 20 17,2 11 9,5 3 2,6 116 100 Spearman s rho =. ; p value =. Berdasarkan tabel 17 kolerasi rank Spearman yaitu tidak diperoleh rho dan p value, dengan demikian hipotesis menyatakan tidak ada hubungan antara efektifitas dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi. Hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi. Efek samping KB sekarang Total f % f % F % f % f % f % Tidak ada 14 20,3 22 31,9 19 27,5 11 15,9 3 4,3 69 100 Ada 1 2,1 45 95,7 1 2,1 0 0 0 0 47 100 Spearman s rho = -0,260 ; p value = 0,005 Berdasarkan tabel 18 kolerasi rank Spearman dan diperoleh rho sebesar -0,260 dengan p value = 0,005 < 0,05, dengan demikian hipotesis Hubungan antara biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi menyatakan ada hubungan antara efek samping dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi. Biaya KB sekarang Total f % f % f % f % f % Terjangkau 15 12,9 67 57,8 20 17,2 11 9,5 3 2,6 93 Total 15 12,9 67 57,8 20 17,2 11 9,5 3 2,6 116 Spearman s rho =. ; p value =. Berdasarkan tabel 19 kolerasi rank Spearman yaitu tidak diperoleh rho dan p value, dengan demikian hipotesis menyatakan tidak ada hubungan antara biaya dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi. Gambaran pemilihan alat kontrasepsi (riwayat KB sekarang) pada akseptor

KB wanita di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 116 responden di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, diantaranya memilih alat kontrasepsi pada akseptor KB wanita, seperti: pil, suntik, implant, IUD dan MOW. Sedangkan sebagian besar memilih alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 67 (57,8%) responden. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Hartanto (2004), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi meliputi: faktor pasangan, seperti: pengetahuan, umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi lalu, sikap kewanitaan, dan sikap kepribadian, faktor kesehatan, seperti: status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul, faktor metode kontrasepsi, seperti: efektivitas, efek samping, kerugian, komplikasikomplikasi potensial dan biaya 1. Hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi. membuktikan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal, sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek yaitu KB pil sebanyak 14 (15%) dan alat kontrasepsi jangka menengah yaitu KB suntik sebanyak 60 (64,5%). Hasil uji statistik kolerasi rank spearman yang dilakukan terhadap hubungan antara umur dengan Tegal p value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), sehingga Ha diterima yaitu menunjukan adanya hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa semakin muda umur maka seseorang akan memilih metode kontrasepsi jangka pendek, karena seseorang masih menginginkan untuk mempunyai anak lagi. Sedangkan semakin tua umur, seseorang akan memilih metode kontrasepsi jangka panjang karena seseorang akan membatasi untuk mempunyai anak. Hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2004), yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor pasangan yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi 1. Hubungan antara jumlah keluarga yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi membuktikan bahwa ada hubungan antara jumlah keluarga yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, sebagian besar responden yang mempunyai 1 anak yaitu sebanyak 19 (86,4%) dan responden yang memiliki 2 anak memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka menengah yaitu KB suntik sebanyak 28 (56%). Sedangkan responden yang memiliki 3 anak memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang diantaranya implant, IUD dan MOW. Hasil uji statistik kolerasi rank spearman diperoleh gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah keluarga yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi, dengan p value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), sehingga Ha diterima berarti menunjukan ada hubungan antara jumlah keluarga yang diinginkan dengan Tegal. Hal tersebut menunjukan bahwa seseorang yang ingin membatasi untuk mempunyai anak cenderung akan memilih alat kontrasepsi jangka panjang, sedangkan seseorang yang masih ingin mempunyai anak akan memilih alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan jangka menengah seperti suntik. Sehingga sesuai dengan teori

Hartanto (2004), yang menyatakan bahwa jumlah anak yang diinginkan mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi 1. Hubungan antara pengalaman dalam kontrasepsi yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi membuktikan bahwa ada hubungan antara pengalaman dalam menggunakan alat kontrasepsi yang lalu dengan Tegal, sebagian besar responden tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya yaitu sebanyak 65 responden. Dari uji statistik kolerasi rank spearman diperoleh gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengalaman dalam menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi, dengan p value sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05), sehingga Ha diterima berarti menunjukan ada hubungan antara pengalaman dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa dengan memiliki pengalaman menggunakan alat kontrasepsi maka responden akan lebih mengetahui jenis alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya. Hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2004) yang menyatakan bahwa pengalaman dalam menggunakan alat kontrasepsi yang lalu merupakan salah satu faktor dalam pemilihan alat kontrasepsi 1. Hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, sebagian besar responden tidak pernah atau tidak sedang mempunyai penyakit yang menjadi kontraindikasi dalam menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 104 responden. Sehingga hal ini memberikan kesimpulan bahwa masih banyak responden yang belum menyadari pentingnya memilih alat kontrasepsi yang berhubungan dengan kondisi kesehatan responden Dari hasil uji statistik kolerasi rang spearman dengan p value sebesar 0,375 lebih besar dari 0,05 (0,375>0,05), sehingga Ha ditolak berarti menunjukan tidak ada hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal. Demikian pula dengan pendapat Hartanto (2004), yang menyatakan hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi dari hasil penelitian ini tidak diterima. Hubungan antara riwayat haid dengan pemilihan alat kontrasepsi membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat haid yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, karena seluruh riwayat haid responden sebelum menggunakan alat kontrasepsi teratur, sebanyak 116 (100%) responden. Namun ada hubungan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal, sebesar 70 responden memiliki riwayat haid teratur setelah menggunakan alat kontrasepsi. Terbukti dari hasil uji statistik kolerasi rank spearman diperoleh gambaran bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat haid sebelum menggunakan alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi karena riwayat haid seluruh responden teratur, sehingga Ha ditolak yaitu menunjukan tidak ada hubungan antara riwayat haid yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. Hal ini menunjukan bahwa apabila seseorang mempunyai riwayat haid teratur tidak banyak pertimbangan dalam pemilihan alat kontrasepsi. Berbeda dengan uji statistik kolerasi rank spearman yang

memperoleh gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat kontrasepsi, dengan p value sebesar 0,012 lebih kecil dari 0,05 (0,012<0,05), sehingga Ha diterima berarti menunjukan ada hubungan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat haid tidak teratur selama menggunakan alat kontrasepsi cenderung akan memilih alat kontrasepsi lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hartanto (2004) yang menyatakan bahwa riwayat haid merupakan salah satu faktor kesehatan yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi 1. Hubungan antara efektivitas dengan pemilihan alat kontrasepsi membuktikan bahwa ada hubungan antara efektivitas dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal, seluruh responden menyatakan efektif dalam menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 116 (100%) responden. Hasil uji statistik kolerasi rank spearman dilakukan terhadap hubungan antara efektivitas dengan pemilihan alat kontrasepsi karena seluruh responden efektif dalam menggunakan alat kontrasepsi, sehingga Ha ditolak berarti menunjukan tidak ada hubungan antara efektifitas dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal. Hal ini menunjukan tingginya efektifitas berbagai jenis alat kontrasepsi, sehingga tidak menimbulkan kegagalan bagi penggunanya. Maka akseptor KB cenderung tidak akan memilih alat kontrasepsi lain karena menganggap alat kontrasepsi yang sedang digunakan mempunyai efektifitas tinggi. Sehingga pendapat Hartanto (2004), yang menyatakan efektivitas merupakan faktor dalam pemilihan alat kontrasepsi dari hasil penelitian ini tidak diterima 1. Hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi Dari hasil uji statistik kolerasi rank spearman diperoleh gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat kontrasepsi, dengan p value sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 (0,005<0,05), sehingga Ha diterima yaitu menunjukan ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal. Sehingga semakin banyak efek samping yang disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi maka responden cenderung akan memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi lain. Hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2004), yang menyatakan bahwa efek samping merupakan faktor metode kontrasepsi dalam pemilihan alat kontrasepsi 1. Hubungan antara biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi Dari hasil uji statistik kolerasi rank spearman diperoleh gambaran bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi, sehingga Ha ditolak berarti menunjukan tidak ada hubungan antara biaya dengan Tegal. Sehingga pendapat Hartanto (2004), yang menyatakan bahwa biaya merupakan salah satu faktor dalam pemilihan alat kontrasepsi dalam penelitian ini tidak diterima. Hal ini menunjukan bahwa macam-macam alat kontrasepsi wanita yang sedang digunakan mempunyai biaya yang terjangkau, sehingga responden tidak mempunyai pertimbangan untuk memilih alat kontrasepsi lain 1. E. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara riwayat haid yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, karena seluruh responden mempunyai

riwayat haid teratur sebelum menggunakan alat kontrasepsi. Sedangkan ada hubungan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat Bojong Kabupaten Tegal, dengan p value sebesar 0,012 (0,012<0,05). Tidak ada hubungan antara efektivitas dengan Tegal, karena seluruh alat kontrasepsi yang digunakan responden tidak menimbulkan kegagalan yaitu efektif. Ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, dengan p value sebesar 0,005 (0,005<0,05). Tidak ada hubungan antara biaya dengan Tegal, karena seluruh responden menyatakan biaya untuk mendapatkan alat kontrasepsi terjangkau. Daftar Pustaka [1] Hartanto, H.2004. KB dan Kontrasepsi.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta [2] BKKBN Kabupaten Tegal.2013. Data Pencapaian KB Per Kecamatan. Desember 2013 [3] BKKBN Kecamatan Bojong.2014. Data Pencapaian KB Per Desa. Maret 2014 [4] Suratun, dkk.2008. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi.Trans Info Media, Jakarta [5] Sulistyawati, A.2013. Pelayanan Keluarga Berencana.Salemba Medika, Jakarta [6] Notoatmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta