BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. PT. Bakrie and Brothers Tbk didirikan pada tahun 1942 sebagai perusahaan perdagangan umum, dan kemudian berkembang menjadi perusahaan induk investasi strategis (holding company) dengan investasi pada anak perusahaan yang bergerak di banyak sektor pada tahun 2008. Investasi perusahaan sekarang ini meliputi investasi di sektor batubara, agribisnis, telekomunikasi, minyak dan gas, properti, metal dan infrastruktur. PT. Bakrie and Brothers Tbk menargetkan investasi di industri-industri yang berkembang yang menawarkan keuntungan yang menarik dan mempertinggi nilai pemegang saham. Perusahaan menjadi perusahaan publik pada tanggal 28 Agustus 1989 dan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) kepada masyarakat atas sejumlah saham perusahaan sebanyak 2.850.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan seluruh saham perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pada tanggal 17 Maret 2008, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) menyetujui aksi korporasi perusahaan untuk membeli saham atau akuisisi atas tiga perusahaan, yaitu PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan kepemilikan sebesar 35% sebanyak 6.791.400.000 lembar saham dengan nilai akuisisi Rp36,9 triliun; PT. Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dengan kepemilikan sebesar 40% sebanyak 5.760.325.350 lembar saham dengan nilai 1
2 akuisisi Rp7,2 triliun; dan PT. Bakrieland Development Tbk. (ELTY) dengan kepemilikan sebesar 35% sebanyak 7.840.000.000 lembar saham dengan nilai akuisisi Rp4,3 triliun. RUPS-LB juga menyetujui penerbitan saham baru (right issue) IV sebesar Rp40,118 triliun. Akuisisi ketiga perusahaan ini merupakan salah satu aksi korporasi perusahaan dalam rangka transformasi perusahaan dari perusahaan holding infrastruktur dengan investasi di sektor agribisnis dan telekomunikasi menjadi perusahaan investasi portofolio yang berfokus pada inovasi, penciptaan nilai dan pertumbuhan secara terus menerus yang mempunyai keberadaan di sektor-sektor kunci ekonomi Indonesia. Total dana yang diperlukan perusahaan untuk melakukan akuisisi saham ketiga anak perusahaan senilai Rp48,444 triliun. Sumber dana yang digunakan untuk transaksi akuisisi ini sebagian besar diperoleh dari Penawaran Umum Terbatas IV (right issue) sebesar Rp37,045 triliun, sedangkan sisanya sebesar Rp11,399 triliun berasal dari pinjaman kepada kreditur yaitu Oddickson Finance dan surat utang (promissory notes) kepada para penjual saham BUMI, ENRG, dan ELTY. Sepanjang April hingga September 2008, untuk membiayai berbagai kegiatan investasinya, perusahaan banyak melakukan pinjaman jangka pendek berupa pinjaman repo yang diperoleh dengan menjaminkan saham anak-anak perusahaan. Repo (repurchase aggreement) adalah transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan harga tertentu yang telah disepakati. Total dana yang diperoleh perusahaan dengan menjaminkan saham anak usaha adalah sebesar Rp10,638
3 triliun dan US$300 juta dengan tingkat suku bunga pinjaman yang bervariasi antara 8,5% hingga 20,75%. Dari pinjaman tersebut, sebagian besar merupakan utang jangka pendek yang jatuh tempo 3 bulan yaitu antara Oktober hingga Desember 2008. Pinjaman terbesar merupakan pinjaman kepada Oddickson Finance sebesar US$1,086 miliar atau setara dengan Rp10 triliun yang diperoleh perusahaan dengan menggadaikan saham-saham anak perusahaan yang diakuisisi. Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat pada bulan September 2008 yang berdampak pada jatuhnya pasar saham internasional juga mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan dan anak-anak perusahaan cukup signifikan yaitu lebih dari 30%. Penurunan harga saham diperparah dengan adanya rumor perusahaan mengalami gagal bayar atas utang jangka pendek yang akan segera jatuh tempo yang mengakibatkan kepanikan investor sehingga terjadi aksi penjualan saham secara paksa (forced sale) yang mempengaruhi nilai saham dan aset perusahaan. Turunnya harga saham menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk melunasi pinjaman jangka pendek, sementara perusahaan harus menyetor kekurangan dana atas jaminan gadai saham pinjaman jangka pendek yang nilai saham jaminannya telah turun dari harga perjanjiannya. Untuk menyelesaikan persoalan pelunasan utang perusahaan yang akan jatuh tempo, usaha yang dilakukan perusahaan adalah melakukan rasionalisasi aset yaitu penjualan aset berupa saham anak perusahaan kepada beberapa mitra strategis dan melakukan restrukturisasi utang. Total utang yang akan jatuh tempo pada bulan Desember 2008 dan harus segera dilunasi perusahaan adalah sebesar US$1,2 miliar setara dengan Rp13 triliun. Pada tanggal 24 Desember 2008 perusahaan mencapai kesepakatan restrukturisasi utang dengan para kreditur,
4 skema restrukturisasi utang yang disepakati perusahaan dan para kreditur adalah kombinasi pembayaran cicilan dengan penyerahan aset saham anak perusahaan dan perpanjangan jatuh tempo pembayaran hingga beberapa tahun ke depan. Restrukturisasi utang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi pada struktur modal perusahaan. Berikut ini adalah tabel komposisi neraca PT. Bakrie and Brothers Tbk periode 2005-2009: Tabel 1.1 Komposisi Neraca PT. Bakrie and Brothers Tbk tahun 2005-2009 (dalam persentase) Keterangan 31 Desember 2005 2006 2007 2008* 2009 % % % % % Total aktiva 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 - Aktiva lancar 23,61 27,29 29,67 19,83 15,76 - Aktiva tidak lancar 76,39 72,71 70,33 80,17 84,24 Total kewajiban 33,97 36,49 51,27 56,40 66,51 Jumlah kewajiban lancar 16,08 14,07 23,72 38,49 24,85 - Utang jangka pendek 1,79 2,52 13,91 23,85 9,63 - Utang usaha 7,44 4,35 3,33 4,34 6,72 - Utang lain-lain 1,55 1,03 1,60 6,27 0,39 Jumlah kewajiban tidak lancar 17,90 22,42 27,55 17,91 41,66 - Utang pihak hubungan istimewa 0,07 0,04 0,03 0,10 0,39 - Utang jangka panjang 15,67 20,30 11,18 6,69 23,47 Total ekuitas 59,31 51,67 34,71 27,31 18,29 Ket: % dari total aktiva * : restrukturisasi utang pada bulan Desember 2008 April 2009 Sumber: Lampiran hal 78 Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat adanya peningkatan komposisi total kewajiban perusahaan dari tahun 2005-2009. Total kewajiban perusahaan mengalami peningkatan cukup signifikan mulai tahun 2007 menjadi 51,27% dari sebelumnya 36,49% pada tahun 2006. Peningkatan total kewajiban ini disebabkan adanya kenaikan dalam komposisi jumlah kewajiban lancar terutama utang jangka pendek yang meningkat 11,4% pada tahun 2007. Peningkatan jumlah kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar pada tahun 2007 disebabkan pada tahun tersebut
5 perusahaan melakukan ekspansi dengan cara meningkatkan investasi kepemilikan saham pada sejumlah anak perusahaan. Perusahaan terus melakukan ekspansi hingga tahun 2008 dengan menggunakan pendanaan yang berasal dari utang jangka pendek yang mengalami peningkatan dari 13,91% pada tahun 2007 menjadi 23,85% pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009, jumlah kewajiban lancar perusahaan mengalami penurunan 13,64% menjadi 24,85% dari sebelumnya 38,49% pada tahun 2008. Penurunan jumlah kewajiban lancar disebabkan adanya pengurangan jumlah utang jangka pendek melalui pembayaran tunai dan forced sales atas saham anak perusahaan yang menjadi jaminan utang. Jumlah kewajiban tidak lancar perusahaan mengalami peningkatan 23,75% dari 17,91% menjadi 41,66% pada tahun 2009. Perubahan komposisi struktur utang perusahaan ini disebabkan adanya krisis keuangan pada akhir tahun 2008, yang menyebabkan perusahaan melakukan restrukturisasi utang pada bulan Desember 2008 dengan melakukan pembayaran dengan penyerahan saham anak perusahaan yang menjadi jaminan utang dan perpanjangan jatuh tempo pembayaran. Keputusan perusahaan untuk melakukan pendanaan melalui utang jangka pendek berupa fasilitas repo untuk membiayai berbagai kegiatan investasi perusahaan menyebabkan perusahaan terbelit dalam utang gadai saham ketika terjadi krisis keuangan, sehingga perusahaan harus melakukan restrukturisasi utang. Restrukturisasi utang yang dilakukan perusahaan pada bulan Desember 2008 dan selesai pada bulan April 2009 menyebabkan terjadinya peningkatan komposisi utang jangka panjang dalam struktur permodalan perusahaan. Perubahan struktur modal yang lebih banyak menggunakan utang akan
6 menyebabkan risiko perusahaan bertambah besar sehingga dapat mempengaruhi keputusan investasi perusahaan di masa yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana dampak restrukturisasi utang terhadap investasi pada PT. Bakrie and Brothers Tbk? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak restrukturisasi utang terhadap investasi pada PT. Bakrie and Brothers Tbk. 1.4 Kontribusi Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah: a. Bagi perusahaan, PT. Bakrie and Brothers Tbk. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak restrukturisasi utang terhadap investasi perusahaan. b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah yang berkaitan dengan restrukturisasi utang dan investasi. c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
7 1.5 Keterbatasan Penelitian ini mempunyai berbagai keterbatasan antara lain: Penelitian ini hanya dilakukan pada PT. Bakrie and Brothers Tbk. Penelitian ini difokuskan pada restrukturisasi utang PT. Bakrie and Brothers Tbk terhadap investasi perusahaan. Data penelitian diambil dari laporan keuangan perusahaan periode tahun 2005-2009, Keterbukaan Informasi (Public Expose) dan Siaran Pers (Press Release) dari website perusahaan, http://www.bakrie-brothers.com/