PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG SKRIPSI

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu:

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

4.1. PENGUMPULAN DATA

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

STUDY OF THE NETWORK EFFICIENCY IN THE PDAM TIRTA GEMILANG, MAGELANG REGENCY KAJIAN JARINGAN AIR BERSIH PDAM TIRTA GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

TPAM SLIDE 7 SISTEM DISTRIBUSI. Prepared by Yuniati, PhD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN MAROS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0

PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH DI KELURAHAN GURABUNGA KOTA TIDORE KEPULAUAN

ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2)

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MUNTE KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

ANALISIS JARINGAN AIR BERSIH PDAM KOTA LUWUK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Desa Sumberdadi Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM KECAMATAN KOTA KABUPATEN SUMENEP

PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA KECAMATAN BANJARMASIN UTARA KOTA BANJARMASIN

ANALISIS HIDROLIKA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM DI KOMPLEK PERUMAHAN P.T. PUSRI PALEMBANG MENGGUNAKAN EPANET 2.0

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

Renaldy Immanuel¹ dan Ivan Indrawan² ABSTRAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

KAJIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH SUB SISTEM BRIBIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI AIR PDAM GIRI TIRTA SARI (STUDI KASUS PERUMAHAN GRIYA BULUSULUR PERMAI WONOGIRI)

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI PDAM PUSAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISA SISA CHLOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: Evaluasi, Sistem Distribusi Air Bersih, Penurunan Tingkat Kehilangan Air

pekerjaan yang sistematis mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan, sehingga

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Walski, Thomas M.. Analysis of water Distribution Systems. Van Nostrand Reinhold Company. Missisipi Walski, Thomas M., Donald V. C., Dragan A.

STRATEGI PELAYANAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH STUDI KASUS KOTA DUMAI

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET

Kata kunci: Pengembangan sistem distribusi, prediksi kebutuhan, efisiensi

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

STRATEGI OPTIMASI DIMENSI PIPA DISTRIBUSI JARINGAN AIR BERSIH

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

ABSTRAK. Kata Kunci : Distribusi Air Bersih, Jenis Pipa dan Kehilangan Energi

EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG

Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

STUDI PERENCANAAN PIPA TRANSMISI DALAM PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR UMBULAN UNTUK KOTA SURABAYA

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

SIMULASI PIPA TRANSMISI AIR BAKU DARI SUMBER AIR SUNGAI JURONG 2 KE PDAM TIRTA DHARMA DURI

Metodologi Penelitian

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB III METODE PENELITIAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang merupakan salah

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Suluun Tiga Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH BENNY SYAHPUTRA 1 ABSTRAK Permasalahan jaringan perpipaan merupakan suatu hal yang rumit dan komplek, disatu sisi kebutuhan air bersih meningkat sejalan dengan perkembangan kota dan pertambahan penduduk, sedangkan disisi lain perencanaan yang dilakukan belum optimal. PDAM Tirta Meulaboh sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi pelanggan dan permintaan sambungan baru yang terus meningkat sementara ketersediaan sumber air baku cukup besar. Ketidak mampuan PDAM Tirta Meulaboh untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi pelanggan bisa mungkin diakibatkan sistem jaringan yang belum sesuai dengan standar perencanaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem jaringan air bersih PDAM Meulaboh dan merencanakan pengembangan ke depan serta diharapkan menjadi bahan masukan bagi PDAM Tirta Meulaboh. Penelitian ini merupakan studi kasus pada sistem jaringan air bersih PDAM Tirta Meulaboh. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data pada instansi terkait, dan melakukan studi pustaka. Alat bantu analisis yang digunakan adalah Sotfware WaterNet versi 1.6. Hasil running dari beberapa perlakuan menunjukkan penambahan kebutuhan pada zona 1 sebesar 50 persen menyebabkan tekanan menurun di bawah nol (negatif) terutama pada zona 2 dan zona 3. Dari beberapa perlakuan dapat disimpulkan kurang baiknya pengaliran air pada jaringan PDAM Tirta Meulaboh karena adanya kehilangan air yang cukup besar pada zona 1. Kata Kunci : Sistem Jaringan, Simulasi, WaterNet 1 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Lingkungan UNISSULA Semarang Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan jaringan perpipaan merupakan suatu hal yang rumit dan komplek, disatu sisi kebutuhan air bersih terus meningkat sejalan dengan perkembangan kota dan pertambahan penduduk, sedangkan disisi lain perencanaan yang dilakukan belum optimal. Dengan ditemukannya software seperti EpaNet, WaterCat, WaterNet dan lain-lain sangat membantu dalam analisis jaringan perpipaan sehingga perhitungan yang dilakukan menjadi lebih mudah. 1.2. Rumusan Masalah PDAM Tirta Meulaboh sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi pelanggan dan permintaan sambungan baru yang terus meningkat. Pada sisi lain sumber air baku dari sungai Krueng Meureubo cukup tersedia. Ketidak mampuan PDAM Tirta Meulaboh untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi pelanggan bisa mungkin diakibatkan perencanaan sistem jaringan distribusi yang belum sesuai dengan standar sehingga berakibat debit air yang diharapkan sampai ke pelanggan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan PDAM Tirta Meulaboh, dalam hal pemenuhan kebutuhan pelanggan. Jumlah kebutuhan air bersih bagi pelanggan tidak diimbangi dengan jumlah produksi dan keandalan dari jaringan distribusi PDAM Tirta Meulaboh. 1.3. Tujuan Penelitian a. Menganalisis sistem jaringan air bersih PDAM Tirta Meulaboh dengan kondisi eksisting yang ada sekarang dan merencanakan pengembangan sistem jaringan sesuai dengan rencana tata ruang kota sampai tahun 2013. b. Memberikan beberapa pemecahan atas masalah masalah yang timbul pada sistem jaringan yang bermanfaat untuk peningkatan pelayanan dan pengembangan kapasitas PDAM Tirta Meulaboh. 1.4. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai analisis sistem jaringan air bersih PDAM Tirta Meulaboh yang berguna untuk membantu dalam pengembangan sistem jaringan air bersih PDAM Tirta Meulaboh dimasa yang akan datang. II. TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air: iklim, karakteristik daerah, ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan meter air, tingkat 2 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

ekonomi masyarakat, dan harga air (Kamulyan,B., 2003). Menurut DPU Jendral Cipta Karya Direktorat Air Bersih (1987), Kehilangan air dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti di bawah ini : 1. Faktor teknis Faktor teknis yang dapat menyebabkan kehilangan air adalah adanya lubang atau celah pada pipa sambungan, pipa pada jaringan distribusi pecah, meter air yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik, pemasangan perpipaan di rumah kurang baik. 2. Faktor non teknis Faktor non teknis yang dapat menyebabkan kehilangan air adalah kesalahan membaca meter air dan pencatatan hasil pembacaan meter air, kesalahan/pembuatan rekening air, angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya aliran udara dari rumah konsumen ke pipa distribusi meter air tersebut. Menurut M. Anis Al-Layla et. al. 1977 air dapat disuplai kepada konsumen dengan cara gravitasi, pompa, atau kombinasi antara keduanya. Dalam perencanaan struktur jaringan pipa dikatakan optimal menyangkut banyak hal, ada yang menilai dengan uang ada atau tidak. (Triatmadja., 2000). Kriteria optimal yang berkaitan dengan proses distribusi dan hidrolika dianggap telah tercapai bila : 1. Tinggi tekanan di setiap titik mendekati (lebih besar) dari yang disyaratkan. 2. Pemanfaatan reservoir semaksimal mungkin (mendekati kapasitasnya). 3. Pompa beroperasi pada design discharge nya. 4. Elevasi muka air dalam reservoir pernah mencapai titik terendah dan tertinggi. III. PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus dengan tinjauan kemampuan sistem jaringan distribusi PDAM Tirta Meulaboh. 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini diarahkan pada sistem jaringan distribusi PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 3.3. Tahapan Penelitian Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi : 1. Studi pustaka Studi pustaka yang dimaksud adalah mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Pengumpulan data-data penelitian Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang didapat langsung di Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 3

lapangan seperti data fluktuasi kebutuhan air. Sedangkan data skunder yaitu data yang diambil dari instansi terkait. Adapun datadata yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. data ketersediaan air untuk PDAM Tirta Meulaboh sumber air yang dipakai berasal dari sungai krueng Meureubo yang memiliki debit rata-rata 100 M 3 /detik. Dari jumlah debit air yang ada baru dapat dimanfaatkan sebesar 80 liter/detik. b. data kebutuhan air data kebutuhan berfungsi untuk mengetahui banyaknya air yang dibutuhkan oleh masyarakat. Data kebutuhan air didapat dari rekening pemakaian air oleh pelanggan PDAM. c. data jumlah penduduk data jumlah penduduk diperlukan untuk mengetahui berapa banyak penduduk yang telah menjadi pelanggan atau yang telah terlayani oleh jaringan air bersih PDAM dan berapa banyak jiwa yang belum terlayani, dari data ini juga akan diketahui prediksi pertumbuhan yang akan datang dan jumlah penduduk pada akhir umur teknis perencanaan jaringan perpipaan. d. data perkembangan daerah data rencana umum pengembangan wilayah sangat dibutuhkan untuk merencanakan pengembangan jaringan dimasa yang akan datang e. data jaringan Eksisting f. peta jaringan eksisting merupakan data yang sangat penting untuk mengetahui sifatsifat jaringan, dari data inilah dibuat gambar jaringan dan dilakukan simulasi. 3. Tahapan pengolahan data Dari data yang didapat dilakukan analisis dengan menggunakan software WaterNet Versi 1.6. adapun tahapannya sebagai berikut : a. menggambarkan jaringan eksisting dengan memasukkan data panjang pipa, diameter pipa, jenis pipa, kekasaran pipa, ketersediaan air, kebutuhan tiap node, fluktuasi kebutuhan, data reservoir, data pompa dan data elevasi. b. merunning jaringan eksisting, sehingga dapat diketahui permasalahan pada jaringan yang ada, dan secara teknis maupun ekonomis apa masih layak untuk dikembangkan. c. menganalisis kemungkinan menggunakan tangki (eksisting/ penambahan). 4 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) d. membuat alternatif jaringan yang baik dan mampu untuk melayani sampai dengan tahun perencanaan yang diinginkan. e. mencari alternatif sumber yang lain dengan elevasi yang lebih tinggi. 4. Pemecahan masalah Dari hasil analisis dengan WaterNet, maka dapat diketahui permasalahan yang terjadi pada kondisi jaringan eksisting dan selanjutnya diambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam melakukan simulasi dengan mempergunakan software WaterNet Versi 1.6 dibuat beberapa asumsi : 1. kualitas air dianggap baik. 2. kondisi jaringan dianggap baik 3. kekasaran pipa yang digunakan adalah kekerasan pipa yang tersedia pada software WaterNet 4. fluktuasi kebutuhan untuk perumahan menggunakan data fluktuasi pemakaian air Direktorat Jendral DPU Cipta Karya Direktorat Air Bersih. 5. kebutuhan air tipe node didasarkan pada kebutuhan perencanaan tahun 2002 dan dikalibrasikan dengan jumlah pelanggan yang ada sekarang. Kebutuhan air perorang sebesar 178,34 liter perhari dikalikan jumlah pelanggan 3.214 sambungan dan setiap pelanggan diasumsikan 5 orang. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Prediksi Jumlah Penduduk Data pertumbuhan penduduk yang ada dapat dilakukan prediksi pertumbuhan penduduk sampai tahun 2013 dengan metode Geometrik dan metode Eksponensial. Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk selama 10 tahun atau sampai akhir tahun 2013 di Kota Meulaboh dapat dilihat pada Gambar 4.1 GAMBAR 4.1. PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA MEULABOH SAMPAI TAHUN 2013 Grafik Pertumbuhan Penduduk 61.00 59.00 58.00 57.00 56.00 55.00 54.00 53.00 52.00 51.00 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Tahun Geometrik Eksponensial Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 5

4.2. Perbandingan Antara Kebutuhan dan Ketersediaan Sumber air baku untuk penyediaan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Meulaboh berasal dari sungai Krueng Meureubo yang mempunyai debit ratarata 100 m3/detik dan tersedia sepanjang tahun. Kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, ratarata pertumbuhan penduduk di Kota Meulaboh sampai akhir tahun 2003 sebesar 1,12 persen. Untuk tahun 2003 kebutuhan air sebesar 33,17 liter per detik dengan jumlah pelanggan 3.214 sambungan atau 30,14 persen dari 53.311 jiwa penduduk Kota Meulaboh yang terlayani. Perkiraan perkembangan jumlah penduduk, dan kebutuhan air tiap tahun selama tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel 4.1 TABEL IV.1. PERKEMBANGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH SELAMA TAHUN PERENCANAAN Jumlah Jumlah Penduduk Demand No Tahun Penduduk Pelanggan terlayani (jiwa (%) Lt/dt 1 2003 53311 3214 30.14 33.17 2 2004 53916 8087 75.00 83.47 3 2005 54528 8179 75.00 84.41 4 2006 55147 8272 75.00 85.37 5 2007 55772 8366 75.00 86.34 6 2008 56405 8461 75.00 87.32 7 2009 57045 8557 75.00 88.31 8 2010 57693 8654 75.00 89.31 9 2011 58347 8752 75.00 90.33 10 2012 59009 8851 75.00 91.35 11 2013 101027 15154 75.00 156.40 4.3. Perhitungan Fluktuasi Kebutuhan Air Fluktuasi kebutuhan air yang dipakai dalam analisis jaringan air bersih Kota Meulaboh adalah fluktuasi kebutuhan air yang dikeluarkan oleh DPU Jendral Cipta Karya Direktorat Air Bersih tahun 1987, dan fluktuasi kebutuhan air hasil survei yang dilakukan di Kota Meulaboh. Fluktuasi kebutuhan air menurut DPU Jendral Cipta Karya dan Kota Meulaboh tiap jam dapat dilihat pada gambar 4.2 6 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

Koefisien GAMBAR 4.2. FLUKTUASI KEBUTUHAN AIR CIPTA KARYA DAN KOTA MEULABOH Variasi Kebutuhan Air Cipta Karya dan Kota Meulaboh 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0 5 10 15 20 25 30-0.50 Waktu (jam)) Cipta Karya Kota Meulaboh 4.4. Kondisi Jaringan Eksisting Jaringan eksisting PDAM Tirta Meulaboh yang telah dikembangkan pada tahun 2002 menggunakan pipa jenis PVC dan ACP dengan diameter mulai dari 30 cm, 20 cm, 15 cm, 10 cm sampai dengan 0,75 cm dan mempunyai node kebutuhan sebanyak 33 buah. Pendistribusian air ke pelanggan menggunakan pompa sebanyak 4 buah dengan debit 40 liter per detik sebanyak 2 buah dan 20 liter per detik sebanyak 2 buah dengan head masing-masing 60 meter. Pompa ini dihidupkan secara berpasangan (40 liter per detik dan 20 liter per detik) yang beroperasi selama 18 jam sehari secara bergantian. Pompa dengan debit masing-masing sebesar 40 liter per detik dan 20 liter per detik dengan head yang sama sebesar 60 meter dan dihubungkan secara parallel, secara teoritis dapat menghasilkan debit sebesar 60 liter perdetik dan head tetap sebesar 60 meter. GAMBAR 4.3 KONDISI EKSISTING JARINGAN PDAM TIRTA MEULABOH Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 7

4.4.1. Hasil Running Kondisi Eksisting Fluktuasi Kebutuhan Cipta Karya Dari hasil running dengan WaterNet dengan menggunakan fluktuasi kebutuhan Cipta Karya menunjukkan bahwa kondisi pengaliran air dapat dikatakan berjalan dengan baik, dimana air mampu mengalir ke semua node dengan tekanan yang cukup tinggi yaitu mencapai 77, 74, namun demikian kecepatan pada beberapa pipa pada jam pemakaian air rendah sehingga terjadi aliran laminer. GAMBAR 4.4. TEKANAN RELATIF PADA KONDISI EKSISTING FLUKTUASI CIPTA KARYA 4.4.2. Hasil Running Kondisi Eksisting Fluktuasi Kebutuhan Kota Meulaboh Tekanan relatif umumnya sangat besar yaitu 77,96 meter karena head pompa yang digunakan besar. Tingginya tekanan relatif sangat menguntungkan dalam pengembangan jaringan ke depan namun perlu berhati-hati karena tinggi tekanan relatif yang terlampau besar dapat membuat jaringan rusak seperti sambungan pipa yang lepas atau pipa menjadi pecah. Sambungan pipa yang lepas terutama untuk jenis pipa yang sambungannya memakai perekat. 4.4.3. Efisiensi Pompa Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap efisiensi pompa didapatkan bahwa nilai perbandingan P/HQ dari kedua pompa yang beroperasi mempunyai nilai yang sama yaitu sebesar 1,64. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas pompa yang dipakai lebih besar daripada kapasitas aktual pompa yang beroperasi. P merupakan perkalian kuadratis antara rerata debit rencana dan 8 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

rerata head rencana, sedangkan HQ merupakan perkalian antara rerata debit nyata dan rerata head nyata. Efesiensi nyata menjadi lebih besar karena debit demand-nya lebih kecil dibadingkan dengan debit rencana pompa yang beroperasi. 4.4.4. Hasil Running dengan Perlakuan Terhadap Kondisi Eksisting Maksud dari perlakuan pada kondisi eksisting adalah karena pada hasil simulasi dengan WaterNet didapatkan hasil dimana kondisi tekanan relatif dan pengaliran air pada semua node menunjukkan kondisi yang cukup baik. Pada hal kenyataan di lapangan pada node-node tertentu air tidak mengalir dengan baik bahkan air tidak mengalir sama sekali. Hal ini sangat dimungkinkan karena pada saat simulasi dengan WaterNet kondisi jaringan dianggap baik. Untuk memudahkan dalam menentukan node yang akan diberi perlakuan pada jaringan distribusi air bersih Kota Meulaboh dibagi menjadi beberapa bagian/zona sesuai dengan kenyataan dilapangan. Pembagian ini dikelompokkan menjadi zona 1 yaitu daerah yang selalu mendapat suplai air, zona 2 daerah yang mendapat suplai air pada waktu-waktu tertentu, dan zona 3 daerah yang sama sekali tidak mendapat suplai air, seperti ditunjukkan pada gambar 4.5. GAMBAR 4.5. NODE YANG DIBERI PERLAKUAN BERDASARKAN ZONA Analisis dilakukan terhadap nodenode dalam setiap zona dengan dua perlakuan yaitu dengan menaikkan debit kebutuhan pada setiap node sebesar 25 persen dan 50 persen dari kebutuhan eksisting. Hasil yang terlihat dengan penambahan kebutuhan pada zona tertentu akan menyebabkan tekanan disetiap node menurun. Penurunan yang sangat besar terjadi akibat adanya Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 9

penambahan kebutuhan pada zona 1, hal tersebut disebabkan karena total kebutuhan pada zona 1 lebih besar dibandingkan dengan zona 2 dan zona 3, yaitu sebesar 70.64 persen. Penambahan kebutuhan pada zona 1 juga menyebabkan terjadinya kesenjangan yang besar antara tekanan relatif maksimum dengan tekanan relatif minimum, ini dikarenakan jaringan distribusi PDAM Tirta Meulaboh menggunakan sistem pemompaan langsung. GAMBAR 4.6. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 1 SEBESAR 25 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA GAMBAR 4.7. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 1 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA 10 8 4 2 0-2 5 10 15 20 25 30 35 40 10 8 4 2-2 0 5 10 15 20 25 30 35 40-4 - Tekanan Relatif Mininal Eksisting Tekanan Relatif Maksimal Perlakuan Tekanan Relatif Minimal Perlakuan Tekanan Relatif Maksimal Eksisting GAMBAR 4.8. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 2 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA GAMBAR 4.9. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 2 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA 10 8 4 2 0-2 5 10 15 20 25 30 35 40 10 8 4 2 0-2 5 10 15 20 25 30 35 40 10 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

GAMBAR 4.10. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 3 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA GAMBAR 4.11. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 3 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN CIPTA KARYA 10 8 4 2 0-2 5 10 15 20 25 30 35 40 10 8 4 2 0-2 5 10 15 20 25 30 35 40 GAMBAR 4.12. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 1 SEBESAR 25 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH GAMBAR 4.13. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 1 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH 8 7 5 4 3 2 1-1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 8 4 2 0 5 10 15 20 25 30 35 40-2 GAMBAR 4.14. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 2 SEBESAR 25 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH GAMBAR 4.15. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 2 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH 8 4 2 0 5 10 15 20 25 30 35 40-2 8 4 2 0 5 10 15 20 25 30 35 40-2 Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 11

GAMBAR 4.16. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 3 SEBESAR 25 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH GAMBAR 4.17. PENGARUH PENAMBAHAN KEBUTUHAN PADA ZONA 3 SEBESAR 50 PERSEN TERHADAP TEKANAN RELATIF DENGAN FLUKTUASI KEBUTUHAN KOTA MEULABOH 8 7 5 4 3 2 1-5 -1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 8 7 5 4 3 2 1-1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Hasil simulasi dengan perlakuan terhadap sistem jaringan eksisting dapat diketahui bahwa turunnya tekanan relatif dan tidak mengalirnya air dengan baik terutama pada node-node di zona 2 dan 3 dikarenakan adanya kehilangan air yang sangat besar pada zona 1 4.5. Optimalisasi Kondisi Jaringan Eksisting Menggunakan Tangki Perhitungan menggunakan tangki pada sistem jaringan distribusi kota Meulaboh menunjukkan waktu operasi pompa yang terjadi lebih pendek yaitu sebanyak 16 Jam 3 menit perhari dibandingkan dengan waktu operasi pompa yang dioperasikan secara manual sebanyak 18 jam per hari sehingga terdapat selisih 1 jam 57 menit per hari. Pemakaian tangki dalam sistem jaringan juga dapat mengurangi kapasitas head dan debit pompa yang digunakan. Dari hasil simulasi menunjukkan ada pengurangan pemakaian head dan debit pompa setelah pemasangan tangki sehingga dapat menghemat enegi dan investasi pompa. Pemakaian head pompa sebelum ada tangki adalah sebesar 60 meter, setelah ada tangki menjadi 47 meter sehingga ada pengurangan 13 meter. Sedangkan pemakaian debit pompa sebelum ada tangki sebesar 60 liter perdetik setelah ada tangki pemakaian debit pompa menjadi 45,66 liter per detik sehingga ada pengurangan sebesar 14,34 liter per detik. Hasil running pada kondisi eksisting menggunakan tangki menunjukkan bahwa dengan menggunakan tangki dalam sistem jaringan, perbedaan antara tekanan relatif maksimum dan tekanan minimum tidak terlalu besar dan tekanan relatif dapat dipertahankan berada di atas 10 meter dibandingkan dengan jaringan distribusi eksisting yang menggunakan sistem pemompaan langsung. Penurunan tekanan relatif setelah pemasangan 12 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

tangki disebabkan karena tangki dapat berfungsi meratakan beban pompa sehingga pompa dapat bekerja lebih efesien dengan head yang diizinkan. 4.6. Optimasi Kondisi Pengembangan Jaringan Sampai Tahun 2013 Sistem jaringan yang digunakan dalam simulasi untuk kondisi pengembangan 2013 adalah sistem kombinasi pompa dan tangki dengan total kebutuhan 156,86 liter per detik serta target pelayanan mencapai 75 persen dari jumlah penduduk yang ada. Kapasitas tangki pada saat simulasi adalah 16.000 x demand 16.000 x 156.86 liter/detik = 2.509.760 liter atau 2.509,76 m3. Dengan tinggi 5 meter maka luas dasar tangki adalah sebesar 501.952 m 2. Hasil tersebut dimodifikasi lagi dengan persamaan yang diberikan oleh Surat, S., 2003 yaitu 0,30 x Volume tangki Triatmadja yaitu 0,30 x 2.509,76 m3 = 752,928 m3, sehingga dengan tinggi tangki 5 meter maka luas dasar tangki yang diperoleh adalah 752,928/5 = 150,5856 m2 ~ 151 m2. Kondisi tangki pada saat simulasi berfungsi dengan baik karena selama simulasi jaringan, fluktuasi muka air dalam tangki mencapai titik tertinggi dan titik terendah namun tidak pernah kosong. Pada gambar 4.27 tampak bahwa jam ke 24 dan jam ke 48, tekanan air di dalam tangki hampir sama. Ini menandakan kapasitas pompa yang digunakan mendekati kebutuhan. Jika pompa kurang besar kapasitasnya elevasi muka air dalam tangki cenderung turun, sebaliknya jika pompa besar, elevasi muka air dalam tangki cenderung naik. Jika tangki relatif kecil, maka pompa akan sering hidup dan mati Kondisi tangki dan pompa selama simulasi dapat dilihat pada gambar 4.26 dan grafik kedalaman muka air dalam tangki selama 48 jam dapat dilihat pada gambar 4.18. Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 13

GAMBAR 4.18. KONDISI MUKA AIR SELAMA SIMULASI PADA KONDISI PENGEMBANGANSAMPAI TAHUN 2013 Secara keseluruhan fluktuasi tekanan di setiap node diberikan pada gambar 4.19. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa tekanan tertinggi mencapai 42.95 meter dan tekanan terendah mencapai. 15,6 meter. Tekanan relatif tertinggi terjadi pada jam ke 24, yang mana pada jam tersebut pemakaian air sangat sedikit sehingga tekanan menjadi tinggi. Tekanan terendah terjadi pada jam ke 42. Pada gambar 4.19. juga ada tekanan relatif di bawah 10 meter, itu terjadi pada node tidak ada kebutuhan dan hanya tempat peletakan tangki yang tingginya 38 meter dari permukaan laut. GAMBAR 4.19. TEKANAN RELATIF PADA TIAP NODE KONDISI PENGEMBANGAN SAMPAI TAHUN 2013 14 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

4.7. Alternatif Sumber Air yang Baru Jaringan yang digunakan untuk simulasi dengan WaterNet pada kondisi alternatif sumber air yang baru adalah jaringan eksisting dengan menambah panjang pipa dari node kebutuhan ke sumber air yang baru sepanjang 80000 meter dengan diameter pipa 0.5 meter. Sedangkan kebutuhan pemakaian air rata-rata 33,17 liter per detik. Jaringan pipa air bersih dalam WaterNet setelah di run pada kondisi kebutuhan berubah terlihat semua tekanan berada di atas 10 meter seperti yang disyaratkan. Kondisi pengaliran air cukup baik walaupun masih terdapat aliran laminer, dimana air mengalir kesemua node pelayanan dengan tekanan relatif maksimum 54,77 meter dan tekanan relatif minimum 11,5 meter. Tekanan relatif minimum terjadi akibat adanya pemakaian air yang tinggi, ini terjadi jam 42 node 27. Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 15

GAMBAR 4.20. LOKASI SUMBER AIR YANG BARU 16 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis dengan bantuan software WaterNet kondisi jaringan eksisting menunjukkan hasil pengaliran air kesemua node berjalan baik dengan tekanan yang cukup tinggi. Sedangkan kenyataan yang ada di lapangan, terdapat beberapa node yang hanya mendapatkan air pada waktu-waktu tertentu, dan bahkan ada beberapa node yang tidak mendapatkan air sama sekali. 2. Untuk mengetahui permasalahan tersebut dilakukan beberapa perlakuan pada kondisi eksisting antara lain penambahan kebutuhan sebesar 25 persen dan 50 persen pada node-node tertentu yang telah dibagi menjadi 3 zona antara lain : Zona 1 daerah yang selalu mendapatkan air. Zona 2 daerah yang hanya sekali-kali mendapatkan air. Dan zona 3 daerah yang tidak pernah mendapatkan air. 3. Hasil simulasi pada kondisi eksisting dengan perlakuan penambahan kebutuhan pada zona 1 sebesar 50 persen menunjukkan hasil pengaliran air yang kurang baik bahkan mempunyai tekanan di bawah nol (negatif) terutama pada zona 2 dan zona 3. 4. Pengaliran air yang kurang baik dengan tekanan rendah yang terjadi pada kondisi jaringan eksisting PDAM Tirta Meulaboh disebabkan karena adanya kehilangan air cukup besar (lebih 50 persen) yang terjadi pada zona 1. Kehilangan air tersebut disebabkan oleh kebocoran pipa, pencurian air/menyambungan ilegal, dan penyedotan air dengan menggunakan mesin. 5. Menggunakan tangki dalam sistem jaringan eksisting dapat menghemat operasi pompa selama 1 jam 57 menit perhari dibandingkan dengan sistem pemompaan langsung. Menggunakan tangki juga dapat mengurangi pemakaian energi listrik dan investasi pompa karena pompa yang digunakan mempunyai debit dan head yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem pemompaan langsung. 5.2. Saran Perlu dilakukan pengkajian kembali sistem jaringan distribusi PDAM Tirta Meulaboh seperti survei kebocoran air pada pipa distribusi, pengantian pipa-pipa yang sudah pecah dan penertiban sambungan ilegal. Dalam perencanaan pengembangan jaringan dimasa yang akan datang sangat dianjurkan supaya dihitung secara cermat dalam penggunaan diameter pipa, debit dan head pompa supaya optimal serta menggunakan tangki dalam sistem jaringan distribusi air bersih. Pengaruh Penambahan Debit Kebutuhan Pada Zona Pelayanan Air Bersih Di PDAM Tirta Meulaboh 17

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Aceh Barat Dalam Angka, Meulaboh. Dirjen Cipta Karya Direktorat Air Bersih, 1987, Buku Utama Sistem Jaringan Pipa, Jakarta. Dumairy, 1992, Ekonomika Sumberdaya Air, BPFE UGM, Yogyakarta Kamulyan, B., 2003, Kebutuhan Air, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta Linsley, R. K, dan Franzini, J.B, 1985, Teknik Sumberdaya Air, Jilid 1. edisi ketiga, Terjemahan Djoko Sasongko, Penerbit Erlangga, Jakarta Linsley, R. K, dan Franzini, J.B, 1986, Teknik Sumberdaya Air, Jilid 2. edisi ketiga, Terjemahan Djoko Sasongko, Penerbit Erlangga, Jakarta. M. Anis Al-Layla, Shamin Ahmad, E. Joe Middlebrooks, 1977, Water Supply Enginnering Design, Rainbow- Bridge Book Co Muliakusuma, Sutarsih, 1981, Proyeksi Penduduk, LPFE UI, Jakarta. Prasetya, A, R, 2000, Kursus Singkat Sistem Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah, Buku 2, Fakultas Teknik Sipil, UGM, Yogyakarta Ramadhany, R, 2003, Kajian Jaringan Transmisi Pipa Air Bersih PDAM Tirta Gemilang Kota Muntilan, Tesis,, Magister Pengelolaan Sumberdaya Air, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Riyanto, H, 2003, Kajian Jaringan Air Bersih PDAM Tirta Gemilang Studi Kasus Kota Muntilan, Tesis,, Magister Pengelolaan Sumberdaya Air, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Soplanit, J.M., 2003, Optimasi Sistem Jaringan Distribusi PDAM Kota Ambon, Tesis, Magister Pengelolaan Sumberdaya Air, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Surat, S, 2004, Kajian Optimasi Pompa dan Tangki dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih, Tesis,, Magister Pengelolaan Sumberdaya Air, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Triatmadja, R., WaterNet 1.1, Nafiri, Yogyakarta Triatmodjo, B, 1995, Hidrolika I, Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo, B, 1996, Hidrolika II, Beta Offset, Yogyakarta. Walsky, T. M, 1996, Analysis of Water Distribution System, Van Nostrand Reinhold, Melbourne, Australia. 18 Jurnal Pondasi, Vol.11.No.1, Maret 2005