TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Badak (O. rhinoceros L.) berikut : Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Scarabaeidae : Oryctes Spesies : Oryctes rhinoceros L. Hama ini merupakan hama utama pada TBM kelapa sawit. Tingkat serangan berat bila tanaman pada areal sebelumnya telah mengalami serangan Ganoderma. Pohon-pohon yang terserang Ganoderma lebih cepat membusuk, sehingga lebih cepat tersedia media perkembangbiakan hama tersebut. Berdasarkan pengalaman pada satu batang kelapa sawit yang mati akibat Ganoderma di jumpai ± 150-200 ekor larva kumbang tanduk (BPKKS, 2004). Telur kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur
berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang baru diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004). Gambar 1: Telur O. rhinoceros L. Sumber: Foto langsung Larva berwarna putih, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang kuat. Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan hampir semua bahan organik yang membusuk. Batang kelapa sawit dan kelapa adalah tempat yang baik untuk tempat hidup larva ini (Prawirosukarto, dkk, 2003). Gambar 2: Larva (O. rhinoceros L.) Sumber: Foto langsung
Larva mempunyai kaki 3 pasang, larva akan segera memakan bagian tanaman yang masih ada serta bahan organik yang ada didekatnya. Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60-165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat (Mohan, 2006). Pupa berada dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Pada prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal ditempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto, dkk, 2003). Gambar 3: Pupa (O. rhinoceros L.) Sumber: Foto langsung Imago O. rhinoceros L. mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari imago betina. O. rhinoceros L. betina mempunyai bulu yang tebal pada bagian ujung abdomennya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros L. dapat terbang sejauh 9 km. Imago aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan mencari
pasangan untuk berkembangbiak. Pada umumnya imagonya berwarna hitam (Prawirosukarto, dkk, 2003). Gambar 4: Imago (O. rhinoceros L.) Sumber: Foto langsung Gejala Serangan Pada tanaman berumur kurang 1 tahun terdapat lubang gerekan pada pangkal batang dekat permukaan tanah. Di depan lubang gerekan terdapat serpihan batang yang digerek. Serangan berat kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit terutama masa tanaman belum menghasilkan menyebabkan kerusakan pelepah dan titik tumbuh, tanaman tidak homogen dan pertumbuhan terhambat serta produksi optimal pada masa tanaman menghasilkan muda tidak tercapai (± 40% lebih rendah dari produksi optimal) (BPKKS, 2004).
Gambar 5: Gejala Serangan (O. rhinoceros L.) Sumber: Foto Langsung Pengendalian 1.Pencegahan dengan teknik budidaya yaitu penanaman kelapa sawit pada saat peremajaan (TU) agar dilaksanakan apabila tanaman penutup tanah kacangan telah menutup dengan sempurnah. Batang tumpuan batang-batang tua kelapa sawit oleh kacangan dengan usaha menekan serangan kumbang, karena kumbang akan mengalami kesulitan berkembangbiak. 2.Pencegahan dan pemberantasan manual yaitu membelah batang-batang kelapa sawit. Tanaman tua yang telah membusuk dan mengumpulkan larvanya untuk selanjutnya dimusnahkan dengan cara membakar dan membunuhnya. 3.Penggunaan pengendalian hayati yaitu menggunakan musuh alami dari hama kumbang tanduk seperti menggunakan tungau, menggunkan jamur antagonis yakni Metharizium anisopliae serta menggunakan feromon. 4. Penggunaan Pestisida yaitu menggunaan jenis-jenis insektisida yang dapat menekan populasi kumbang tanduk seperti Dieldrin dan Basudin 10G. (BPKKS, 2004). Biologi Tungau Adapun sistematika dari tungau menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo : Animalia : Arthropoda : Arachnida : Parasitiformes
Gambar 6: Kumbang yang terparasit tungau Sumber: Foto Langsung Gambar 7: Spesies B Sumber: Foto Langsung Gambar 8: Spesies C Sumber: Foto Langsung
Gambar 9: Spesies A Sumber: Foto Langsung Tungau (Acari) untuk kontrol biologis adalah sebuah publikasi yang sangat komprehensif, mencakup di dalamnya 34 keluarga acarine yang berguna untuk mengendalikan hama dan serangga tungau, nematoda dan gulma. Selain memberikan informasi pada setiap keluarga acarine yang relevan. Tungau sekarang digunakan dalam berbagai cara untuk kontrol biologis dengan semakin banyak spesies yang dijual secara komersial di seluruh dunia (Halliday, 1997). Sub-kelas acari dari kelas arachnida adalah beberapa group dari Arthropoda yang telah diketahui yakni tungau dan caplak. Para Author modern telah membedakan klasifikasi tertinggi dari organisme ini. Klasifikasi yang telah dibagi disini sebelumnya dilakukan oleh Krants (1978) yang dibagi kedalam ke dua ordo yakni parasitiformes dan acariformes. Diantara parasitiformes dibagi kedalam subordo yakni Hothyrida (Tetrastigmata), Gamasida (Mesostigmata) dan Ixodida. Dua dari sub-ordo ini yang paling penting ialah mesostigmata dan Ixodida yang merupakan parasit dari hewan dan serangga lainnya. mesostigmata merupakan parasit tungau yang memiliki spesies yang banyak dari inang invertebrata (Furman dan Catts, 1982). Ordo parasitiformes terdiri dari sub-ordo tetrastigmata, ixodida dan mesostigmata. Tungau parasitiformes secara ekonomi paling penting yakni dari sub-ordo mesostigmata, terutama famili Dermanyssoidea juga parasit yang dapat memarasit mamalia, burung, dan reptil. Tungau phytoseiid digunakan dalam pengendalian hayati milik mesostigmata. Parasitiformes memiliki coxae membuka pada anal ventral ditutupi oleh sepasang plat, corniculli pada hypostome sebuah cincin yang mengelilingi sclerotised gnathosoma
(kapitulum), dan banyak holothyrids dan beberapa mesostigmata merupakan tungau parasit (Walter dan Evans, 1996). Mesostigmata mencakup sekitar 80 famili. Mereka dicirikan oleh serangkaian sclerotised kasar yang mencakup tubuh dan sepasang stigmata lateral yang merupakan bukaan eksternal dari sistem trakea. Ada juga sebagai predator, sementara beberapa juga memakan serbuk sari dan nektar. Mereka ada di berbagai habitat termasuk tanah dan sampah tetapi juga melimpah di kotoran, bangkai, kompos, dan di sarang vertebrata. Banyak yang bermanfaat, berkontribusi terhadap pengendalian hama serangga dan kutu. Terkenal di antaranya adalah keluarga Phytoseiidae yang banyak digunakan dalam mengendalikan tungau laba-laba yang merusak tanaman (Gerson, dkk 2003.). Banyak famili adalah parasit vertebrata termasuk famili Dermanyssidae dan Macronyssidae, yang merupakan parasit hewan peliharaan dan dapat menyerang manusia. Banyak famili tungau juga berasosiasi dengan serangga (Gilyarov dan Bregetova, 1977). Ukuran mesostigmata sangat kecil 0,12-4 mm tungau dengan sepasang stigmatal bukaan di atas kaki III-IV biasanya berhubungan dengan alur peritrematal, gnathosoma dengan cincin sclerotized yang kapitulum dasar yang meliputi dasar dari chelicerae. Palps dengan 5 segmen dan biasanya dengan palp subdistal apotele; subcapitulum biasanya dengan alur median dengan baris-banyak transversal dentikel 1 tanduk-seperti membagi dalam dua cabang untuk corniculi membran biasanya ada pada tritosternum kecuali dalam beberapa parasit coxa bebas mengartikulasikan dengan tubuh chelicerae 3-tersegmentasi tanpa trichobothria prodorsal wilayah intercoxal dengan kelamin perisai unsur-unsur dan sternum pengembangan larva hexapod (makan atau non-makan) dan dua tahap nymphal octopod (protonymph, deutonymph) yang dikenakan biasanya ringan sclerotized, intercoxal dan perut pelat punggung; pembukaan kelamin tidak dinyatakan sampai tahap dewasa tetapi sering
dengan chelicerae dimodifikasi untuk mentransfer sperma (spermatodactyl, spermatotreme); menerima sperma betina (Johnston, 1982). Gambar 10: Bagian tubuh tungau Sumber:http://keys.lucidcentral.org/keys/v3/mites/Invasive_Mite_Identification/key/Mesostig mata. Sub-ordo Mesostigmata memiliki beberapa famili diantaranya Macrochelide, Ascidae, dan Laelapidae. Sedangkan yang paling banyak menjadi agens biokontrol adalah famili Macrochelidae. Macrochelidae sebagian besar spesies memiliki peritreme bengkok dan sikat arthrodial berkembang dengan baik. Betina dewasa biasanya memiliki pelindung sternum di dukung 3 pasang setae. setae (st4) pada perisai metasternal kecil, dan perisai ventrianal berkembang dengan baik.
Gambar 12: Bagian tubuh famili Macrochelidae Sumber:http://keys.lucidcentral.Mite_Identification/key/Mesostigmata/Media/Html/Macroche lidae.htm. Kuning agak gelap kecoklatan dengan pelindung holodorsal. Pelindung Sternal biasanya memanjang sampai kedua sisi pelindung kelamin dan di dukung 3 pasang setae (st1-3) dan pelindung metasternal hadir, di dukung st4 dan stp3; pelindung genital umumnya berbentuk gundukan dan di dukung sepasang setae; pelindung ventrianal sempit dengan beberapa pasang setae ventral (Adis dan Krantz, 1985). Famili Ascidae didistribusikan di seluruh dunia dan mencakup 34 genera. Ascidae tinggal di tanah, serasah daun, situasi subkortikal dan sering dikaitkan dengan hewan lain (Halliday et al, 1998.). Tungau kebanyakan predator, beberapa bersifat parasit. Beberapa spesies dari genus Proctolaelaps berasosiasi dengan lebah (Haragsim, dkk, 1978). Ascidae adalah keluarga dari superfamili Ascoidea. Tungau berada di tanah, pada tanaman atau dalam hubungan dengan hewan lain. Para ascidae kecil sampai sedang dalam ukuran (300-500 mm) dan sering berwarna pucat, kuning sampai coklat warna. Chelicerae ini adalah dentate, bergerigi, dan jarang dengan mengalami kemunduran tetap digit. Palps memiliki enam setae pada lutut dan apotele kedua-tined pada tarsus. Idiosoma memiliki salah satu saja pelindung dan kedua pelindung, dengan 25-45 pasang setae (lebih dari kedua pasang posteromedian setae). Pelindung sternum umumnya tingkat kedua dan tiga pasang setae, pasangan keempat setae sternum kadang-kadang pada pasangan perisai metasternal. Pelindung kelamin biasanya trapesium untuk subrectangular. Pembuka kelamin pada jantan adalah presternal di dasar tritosternum. Pelindung ventrianal adalah subcordate untuk luas meliputi Venter. Kaki panjang, dan berakhir di sepasang kukunya, yang mungkin tidak ada di tungkai I (Amidi dan Downes, 1990).
Gambar 13 : Bagian tubuh famili Ascidae Sumber:http://keys.lucidcentral.org/keys/v3/mites/invasive_mite_identification/key/mesostig mata. Famili Laelapidae adalah superfamili Dermanyssoidea di urutan Mesostigmata. Tungau ini termasuk parasit vertebrata, beberapa diantaranya menyerang hewan domestik dan hewan penting. Jenis Hypoaspis adalah yang hidup bebas umumnya di tanah dan telah digunakan dalam kontrol biologis. Laelapidade adalah tungau sclerotized untuk ukuran besar. Mereka biasanya berwarna kecoklatan pada saat masih hidup. Chelicerae mempunyai digit dentate menonjol, dengan dentilis pilus pada digit. Deutosternum memiliki lima sampai tujuh baris melintang dentikel. Pelindung dorsal secara keseluruhan. Daerah presternal sering melapisi dengan gambaran yg mirip kisi-kisi. Pelindung sternum dari betina memiliki tiga pasang setae dan kedua pasang pori-pori. Pelindung genital bulat belakang. Jantan memiliki pelindung holoventral dengan terpisah sternum, kelamin dan pelindung anal (Halliday, 1998).
Gambar 14: Bagian tubuh famili Laelapidae Sumber://http://keys.lucidcentral.org/keys/v3/mites/invasive_mite_identification/key/mesosti gmata/media/html/laelapidae.htm. Siklus hidup dari tungau ini terdiri dari telur, larva mengalami pergantian kulit dan berkembang menjadi nimfa dengan 8 kaki. Protonymph akan berkembang dan mengalami pergantian kulit menjadi deutonymph juga mengalami hal yang sama yakni mengalami pergantian kulit menjadi tahap dewasa. Banyak juga spesies tungau mengalami partenogenesis. Mereka dapat menyelesaikan telur sampai dewasa dalam waktu dua minggu dan tergantung pada suhu (Hughes, 1976).