BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan ini disebut sebagai muamalah. Muamalah ialah hubungan antar

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB II JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan bay yang berarti menjual,

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KONSEP JUAL BELI DAN OBJEK JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II GHARAR DALAM ISLAM. Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti :

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

JUAL BELI DALAM ISLAM

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya (habl min Allah) maupun hubungan manusia dengan sesama atau lingkungannya (habl min

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya. misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya.

BAB II JUAL BELI DALAM ISLAM

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA -MENYEWA KEBUN DI DESA POMPENGAN KECAMATAN LAMASI TIMUR TINJAUAN EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI PT. HARPINDO JAYA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. harta. Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya. Karenanya manusia akan selalu berusaha memperoleh harta

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG KONTRAK KERJA DALAM ISLAM (AL- IJÃRAH)

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari mempunyai keperluan yang bermacam-macam untuk mempertahankan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB II KONSEP DASAR PERJANJIAN KERJA DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG. A. Konsep Dasar Pejanjian Kerja menurut Hukum Islam

Ji a>lah (ا لج ع ال ة) artinya janji hadiah atau upah. 1

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

JUAL BELI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Transkripsi:

RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan Bahasa Arab sebagai masdar dari fiil madhi. yang berarti jual atau menjual. 1 Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab yaitu yang diambil dari fiil madhi yang berarti beli atau membeli. 2 Menurut Ibrahim Muhammad al-jamal, kata dan keduanya dianggap searti meskipun sebenarnya saling berlawanan, karena antara satu dengan yang lainnya saling mengartikan. 3 Jual beli menurut bahasa (etimologi) mempunyai pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin dalam kitab Kifayah al-ahyar, yaitu : Artinya : Memberikan sesuatu untuk ditukarkan dengan sesuatu yang lain. 4 Sedangkan Syekh Abi Yahya Zakaria al-anshari dalam kitabnya Fathul Wahab, memberikan definisi : 1 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : yayasan Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur an, 1973, hlm. 75 2 Ibid. 3 Al-Jamal, Fiqh Wanita, Semarang : CV. Asy-Syifa, t.th., hlm. 490 4 Imam Taqiyuddin, Kifayah al-ahyar, Juz. I, Beirut : Dar al-kitab al-alamiyah, t.th., hlm. 327 11

12 Artinya : Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. 5 Adapun jual beli secara istilah (epistimologi) menurut ahli Fiqh, diantaranya adalah Syeh Abi Yahya Al Anshari yang mengemukakan bahwa jual beli adalah : Artinya : Tukar menukar harta dengan harta yang lain dengan cara yang tertentu. 6 Sedangkan Muhammad bin Isma il as-shan ani dalam kitabnya Subul al- Salam mendefinisikan : Artinya : Suatu pemilikan harta dengan harta yang lain dengan saling merelakan. 7 Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa jual beli adalah proses tukar menukar barang oleh seseorang (penjual) dengan seseorang yang lain (pembeli), yang dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menyatakan kepemilikan untuk selamanya dan didasari atas saling merelakan. B. Dasar Hukum Jual Beli Adapun hukum disyariatkannya jual beli dapat dijumpai dalam al-qur an dan Hadits, diantaranya adalah sebaga berikut : 157 hlm. 3 5 Syekh Abi Yahya Zakaria Al-Anshari, Fath Al-Wahab, Juz. I, Beirut : Dar Al-Kutub, t.th., hlm. 6 Ibid. 7 Imam Muhammad bin Isma il ash-shan ani, Subul as-salam, Juz. III, Beirut : Dar al-fikr, t.th.,

13 Artinya : Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Q.S. Al-Baqarah : 275) 8 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa : 29) 9 Ayat di atas menjelaskan bahwa hukum asal jual beli adalah mubah (boleh). Akan tetapi menurut as-syatibi hukum jual beli dapat berubah menjadi wajib pada keadaan tertentu. 10 Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Allah membolehkan jual beli dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam, yaitu jual beli yang jauh dari tipu daya, unsur riba, paksaan, kebatilan serta didasarkan atas suka sama suka dan saling merelakan (ikhlas). Sedangkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW, diantaranya adalah : 8 Departemen Agama RI., Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-Qur an, Bumi Restu, 1984, hlm. 69 9 Ibid., hlm. 122 10 Abdul Aziz Dahlan (et al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, hlm. 828

14 Artinya : Dari Rifa ah bin Rofi sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda saat ditanya tentang usaha apakah yang paling baik? Rasulullah menjawab : usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (jujur). (HR.al-Hazar dan disahkan oleh al-hakim) 11 Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa usaha yang paling baik adalah usaha sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain dan setiap jual beli yang dilakukan dengan kejujuran tanpa ada kecurangan. C. Syarat dan Rukun Jual Beli Di dalam Islam telah ditetapkan syarat dan rukun jual beli, agar dapat dikatakan sah menurut hukum Islam apabila telah dipenuhi syarat dan rukun tersebut. Adapun syarat dan rukun dalam jual beli adalah : 1. Sighat Aqad Aqad menurut bahasa adalah ikatan yang ada di antara ujung sesuatu barang, sedangkan menurut istilah para ahli fiqih ialah ijab qabul menurut cara yang disyari atkan sehingga tampak akibatnya. 12 Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan bahwa aqad adalah : Artinya : Rabath (mengikat) yaitu mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain hingga bersambung lalu keduanya menjadi sepotong benda. 13 11 Muhammad Ismail al-kahlani as-shan ani, op. cit., hlm. 4 12 Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adilatuhu, Juz. IV, Beirut : Dar Al-Fikr, t.th., hlm. 80-81 13 Prof. Dr. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu amalah, Jakarta : Bulan Bintang, 1974, hlm. 21

15 Aqad jual beli dilakukan dengan menggunakan kata yang menunjukkan pemilikan dan memberi paham apa yang dimaksud. Jadi ijab qabul tidak harus dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang jelas saja, namun juga bisa dilakukan dengan menggunakan kata-kata tidak jelas (kinayah). Ijab qabul itu merupakan makna dan maksud yang diucapkan oleh penjual dan pembeli. Karena setiap daerah berbeda adat dan bahasa maka dalam ijab qabul yang terpenting adalah menunjukkan ikatan jual beli yang baik. Ungkapan lisan dalam ijab qabul tidak harus terpenuhi karena dapat dilakukan juga dengan jalan lain yaitu tulisan seperti surat dan tanda bukti. Seperti tersebut dalam kaidah : Artinya : Tulisan itu adalah sama seperti pembicaraan. 14 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sighat aqad adalah 15 : a. Satu sama lain berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah (satu majlis). b. Ada kesepakatan dalam ijab qabul pada barang yang saling merelakan diantara kedua belah pihak. c. Ungkapan harus menunjukkan masa lalu (madhi) atau masa sekarang (mudhari ). 14 Ibid, hlm.25 15 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz. XII, Beirut : Dar al-fikr, t.th., hlm. 128

16 2. Aqid Aqid adalah pihak-pihak yang melakukan aqad yaitu penjual dan pembeli. Agar jual beli menjadi sah maka aqid harus memenuhi syarat-syarat yaitu 16 : a. Baligh Orang yang melakukan jual beli harus baligh. Maka dari itu tidak sah akad yang dilakukan anak kecil karena mereka tidak termasuk ahli tasharuf (ahli mengendalikan harta) dan dikhawatirkan terjadi penipuan. 17 b. Berakal Sehat Aqid harus dapat membelanjakan hartanya, tidak sah jual beli yang dilakukan orang gila karena tidak bisa menentukan transaksi jual beli yang bermanfaat. c. Kehendak sendiri Tidak dibenarkan salah satu pihak memaksa kehendaknya untuk melakukan tukar menukar hak miliknya dengan hak milik orang lain. Kalau paksaan itu terjadi maka jual beli tidak sah meskipun terjadi kesepakatan. 18 3. Ma qud alaih Ma qud alaih adalah barang yang menjadi objek jual beli. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh ma qud alaih adalah : 16 Drs. H. Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 60 17 Al Ustadz H. Idris Ahmad, Fiqh Menurut Madzab Syafi I, Djakarta : Widjaya Djakarta, 1969, hlm. 8 18 Sadriman, SH, Hukum Islam, Bandung : CV. Mandar Maju, 1972, hlm. 142

17 a. Suci Barang yang diperjualbelikan harus suci, maka jual beli barang yang najis adalah tidak sah seperti arak, anjing, dan tahi binatang. 19 b. Dapat diserahterimakan Barang yang diperjualbelikan harus dapat diserahterimakan karena dikhawatirkan akan terjadi penipuan bila barang tersebut tidak dapat diserahterimakan. Dalam artian barang itu haruslah dapat diketahui dzat, sifat, bentuk dan kadarnya. 20 c. Bermanfaat Ma qud alaih harus bermanfaat menurut syara, maka tidak sah memperjualbelikan suatu barang yang tidak ada manfaatnya. Misalnya menjual jangkrik, ular, semut atau binatang buas lainnya hanya untuk permainan, atau jual beli suatu barang untuk melanggar aturan-aturan syara. 21 d. Milik Sendiri Tidak sah menjual barang orang lain tanpa seizin pemiliknya atau menjual barang yang baru akan menjadi miliknya. 22 Karena jual beli baru bisa dilaksanakan apabila yang berakad tersebut mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. 19 Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Juz. II, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 332 20 Abdul Rahman Al-jaziri, Al-Fiqh ala Al-Madzahib al-arba ah, Juz. II, Beirut : Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah, t.th., hlm. 160 21 Al-Ustadz H. Idris Ahmad, Op.cit, hlm. 10. 22 Ibid.

18 Rukun dan syarat-syarat jual beli di atas adalah menurut jumhur ulama. Berbeda halnya dengan madzhab Hanafi yang berpendapat bahwa rukun jual beli hanya ada satu yaitu ijab (ungkapan memberi dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan kedua pihak. Namun karena kerelaan itu merupakan unsur hati yang tidak kelihatan, maka diperlukan indikator yang menunjukkan kerelaan tersebut dari kedua pihak. Indikator-indikator tersebut bisa tergambar dalam ijab dan qabul atau melalui cara saling memberikan barang dan harga. 23 D. Pendapat Ulama tentang Jual Beli Benda-benda Najis Banyak para Fuqaha yang mengupas secara luas mengenai makanan yang halal dan haram baik untuk dimakan, dijualbelikan ataupun hanya diambil manfaatnya saja. Al-Qur an dan al-hadits adalah kitab pokok yang dijadikan dasar dalam setiap pandangan mereka. Namun seperti yang kita ketahui bahwa kedua nash tersebut hanya memuat secara global tentang suatu ketentuan hukum. Oleh karena itu para Fuqaha melakukan ijtihad tentang hal-hal yang hanya tersirat dalam nash tersebut. Seperti halnya benda yang najis yang diperjualbelikan. Apakah keharaman suatu benda untuk dimakan juga dapat berimbas pada keharaman untuk diperjualbelikannya benda tersebut. Sedangkan keharaman benda untuk dimakan dapat dilihat pula dari menjijikan atau tidak. Kita mengetahui bahwa menjijikkan 23 Abdul Aziz Dahlan, loc. cit.

19 itu bersifat sangat relatif. Menjijikkan bagi seseorang bukan berarti menjijikkan pula bagi orang lain. Pada dasarnya banyak Fuqaha yang tidak membolehkan jual beli bendabenda najis, namun tidak sedikit pula pendapat yang memperbolehkannya. Adapun yang memperbolehkan, diantaranya adalah golongan Hanafiyah. Dalam Kitab Al-Fiqh ala Madzahib al-arba ah, Abdurahhman al-jazairi menyebutkan bahwa jual beli barang najis diperbolehkan seperti halnya hewan liar dan berbahaya. Karena setiap sesuatu yang bisa diambil manfaatnya maka berhukum halal menurut syara dan bila menjualnyapun diperbolehkan. 24 Dr. Wahbah Az-Zuhaily dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuhu juga mengatakan bahwa jual beli benda najis diperbolehkan dengan alasan yang sama. Hal tersebut dengan dasar Allah menciptakan segala sesuatu di bumi untuk memberi manfaat pada manusia. 25 Adapun pendapat yang tidak memperbolehkan jual beli barang najis adalah dari golongan selain Hanafiyah yaitu Syafi iyah, Malikiyah dan Hambaliyah. Ketiganya menyatakan bahwa benda yang diperjualbelikan harus suci karena sesungguhnya penjualan yang diperbolehkan harus disertai dengan kesucian. Maka setiap sesuatu yang suci, syara pun memperbolehkan untuk menjualnya. Adapun barang najis atau yang terkena najis maka dihukumi batal untuk menjualnya (tidak sah), seperti anjing. 26 24 Abdul Rahman al-jaziri, op. cit., hlm. 209 25 Dr. Wahbah Az-Zuhaily, loc. cit., hlm. 181-182 26 Ibid., hlm. 181

20 Ibnu Rusyd mengatakan bahwa benda najis itu termasuk dalam benda yang tidak diperbolehkan untuk diperjualbelikan. 27 Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh as-sunnah juga menjelaskan tentang hal ini. Dapat disimpulkan bahwa beliau berpendapat bahwa barang yang najis tidak boleh dijualbelikan tetapi diperbolehkan diambil manfaatnya dengan tanpa adanya transaksi-transaksi jual beli. Contohnya adalah kotoran hewan, seseorang boleh memberikannya kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan imbalan (uang) sebagai biaya pemeliharaan atau pencarian barang. 28 Pada dasarnya boleh tidaknya jual beli terhadap suatu benda tergantung pada sifat-sifatnya. Apabila benda tersebut dianggap baik dan wajar maka diperbolehkan untuk menjualnya. Ahmad Mustafa al-maraghi mengemukakan bahwa : Dihalalkan bagi mereka yang baik dan diharamkan bagi mereka segala yang menjijikkan. Yang dimaksud dengan menghalalkan yang baik-baik adalah semua makanan yang dianggap baik oleh perasaan yang wajar dan mengandung gizi yang bermanfaat dan beliau mengharamkan segala yang dianggap kotor oleh perasaan manusia. 29 27 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Juz. III, Semarang : Asy-Syifa, 1990, hlm. 4-5 28 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 130 29 Ahmad Mustafa al-maraghi, Tafsir al-maraghi, Juz VII, Beirut : Dar al-fikr, t.th., hlm. 82-83