BAB II JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM"

Transkripsi

1 BAB II JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Sebelum penulis mengemukakan pengertian jual beli secara luas, maka terlebih dahulu akan penulis kemukakan pengertian jual beli secara etimologis. Dalam beberapa kitab fikih, kata jual beli biasanya disebut dengan bentuk jama ( ) buyu. Hal ini didasarkan karena pada dataran realitas jual beli tidak hanya terdiri atas satu macam saja melainkan bermacammacam. Adapun mufrad dari lafad buyu adalah yang dalam kamus bahasa arab diartikan menjual. 1 Pada tempat yang lain kata jual beli disebut dengan istilah bai dan asy-syara, sebagaimana dikemukakan oleh Syeikh Abi Zakariyya Al Anshari dalam Fathul Wahab sebagai berikut : 2 Sedangkan Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunnahnya menjelaskan bahwa secara lughawi jual beli diartikan dengan saling menukar (pertukaran). Dan kata al-bai (jual) dan asy-syira (beli) dipergunakan dalam pengertian yang sama, menurutnya kedua kata ini masing-masing mempunyai makna dua, yang pengertiannya saling bertolak belakang. 3 Argumentasi sebagaimana 1 Prof. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penafsiran Al-Qur an, tt, hlm Abi Yahya Zakariyya Al Anshari, Fathul Wahab, Juz I, tt, Darul Ihya wal Kitab al Arabiyyah, hlm Sayyid Sabiq, Fiqhus-Sunnah, Jilid III, Beirut, Libanon : Darul Fikr, 1992, hlm.126.

2 penulis deskripsikan di atas nampaknya mereka dasarkan pada Firman Allah SWT : Artinya : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (QS. At-Taubah : 111) 4 Demikian juga didasar kan pada Firman Allah SWT : Artinya : Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah : 16) 5 Kalau kita coba cermati dari ayat tersebut di atas tampak jelas lafaz asysyira mempunyai pengertian membeli, namun demikian sebagaimana penulis kemukakan di atas bahwa lafaz ini adalah merupakan lafad musytaraq yang mempunyai banyak arti. Hal ini dapat kita lihat pada salah satu Firman Allah SWT. di mana lafaz Asy-Syira di situ mempunyai pengertian menjual : Artinya : Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah yakni beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. (QS. Yusuf : 20). 6 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang : C.V. Toha Putra, 1989, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm

3 Pemahaman atas pengertian semacam ini juga sebagaimana diungkapkan oleh Imam Taqyuddin dalam buah karyanya Kifayatul Akhyar dimana beliau memberikan definisi jual beli sebagai berikut : 7 Artinya : Memberikan sesuatu untuk ditukar dengan sesuatu yang lain. Syeikh Muhammad Syarbini memberikan batasan jual beli secara lughah yakni sebagai berikut : 8 Artinya : Menukar sesuatu dengan sesuau yang lain. Adapun pengertian jual beli secara istilah atau terminologi sebagaimana dikemukakan oleh para fuqaha adalah sebagai berikut : 1. Imam Muhammad Ibnu Ismail As-Shan ani memberikan batasan : 9 Artinya : Suatu pemilikan harta dengan harta yang lain atas dasar saling rela. 2. Imam Taqyuddin memberikan pengertian : 10 Artinya : Pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan menjawab penerimaan dengan cara yang diizinkan. 3. Sayyid Sabiq : 7 Imam Taqyuddin, Kifayatul Akhyar, Juz I, Bandung : Al-Ma arif, tth, hlm Syiekh Muhammad Syarbini Al-Khatib, Al-Iqna, Juz II, Beirut, Libanon : Darul- Kitab Al-Ilmiyyah, 1994, hlm Muhammad bin Ismail Ash-Shan ani, Subulus-Salam, Juz III, Beirut, Libanon : Darul-Kitab Al-Ilmiyyah, tt, hlm Imam Taqyuddin, loc. cit. 17

4 11 Artinya : Tukar-menukar harta dengan harta yang lain dengan jalan saling rela atau pemindahan hak milik dengan sesuatu ganti atas dasar kerelaan. Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu proses di mana seseorang penjual menyerahkan barangnya kepada pembeli (orang lain) setelah mendapatkan persetujuan mengenai barang tersebut, yang kemudian barang tersebut diterima oleh si pembeli dari si penjual sebagai imbalan uang yang diserahkan. Dengan demikian secara otomatis pada proses di mana transaksi jual beli berlangsung, telah melibatkan dua pihak, di mana pihak yang satu menyerahkan uang (harga) sebagai pembayaran barang yang diterimanya dan pihak yang lain menyerahkan barangnya sebagai ganti dari uang yang telah diterimanya, dan proses tersebut dilakukan atas dasar rela sama rela antara kedua pihak, artinya tidak ada unsur keterpaksaan atau pemaksaan pada keduanya, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau memakan harta sesamamu dengan cara batal, melainkan dengan cara perdagangan (jual beli) yang rela merelakan diantara sesamamu (QS. An-Nisa : 29) Sayyid Sabiq, loc. cit. 12 Departemen Agama RI, op. cit., hlm

5 B. Lndasan Hukum Jual Beli Pada prinsipnya hukum jual beli dalam Islam adalah halal. Adapun prinsip hukum ini sebagaimana ditegaskan di dalam himpunan firman-firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan dijadikan konstitusi dasar yang abadi serta mengemukakan kaidah-kaidah kulliyah yang mendasar dan mempunyai daya nalar sepanjang zaman juga mampu ditetapkan dalam setiap suasana di lingkungan masyarakat yakni Al-Qur an. Adapun ayat yang secara spesifik ke dalam permasalahan jual beli adalah antara lain Artinya : Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah : 275) 13 Pada ayat lain ditegaskan : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. (QS. An-Nisa : 29) 14 Demikian juga ditegaskan dalam Sunnah Rasulullah sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis Rif ah bin Rafi ia mewartakan : Ibid, hlm Ibid, hlm Muhammad bin Ismail Ash-Shan ani, op. cit..hlm. 4 19

6 Artinya : Diriwayatkan dari Rif ah Ibnu Rafi bahwa Rasulullah SAW. ditanya : Mata pencaharian apakah yang paling baik? Rasulullah SAW menjawab : Seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih. (H.R. Al- Bazar) Dalam para itu para ulama telah sepakat melalui hasil kolaborasinya mengenai kebolehan jual beli sebagai aktifitas yang pernah dipraktekkan sejak zaman Nabi hingga masa kini, bahkan dalam rangka menggalakkan jual beli Rasul memberikan suatu support melalui Hadisnya : 16 Artinya : Dari Abi Said, Nabi SAW. bersabda : Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para Nabi, orang yang benar dan para syuhada. (H.R. Turmuzi dan Hakim) Berdasarkan keterangan tersebut di atas dapat penulis tarik sebuah kesimpulan, bahwa keterangan tersebut mengungkapkan kepada kita bahwa pada prinsipnya jual beli bukan saja halal melainkan juga mulia, apabila dilakukan dengan jujur dan benar berdasarkan prinsip-prinsip agama. C. Rukun Dan Syarat sahnya Jual Beli Setiap aktifitas apapun namanya baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah dikatakan sah, apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Prof. Dr. Mukhtar Yahya dan Prof. Dr. Fathurrahman : Setiap sesuatu yang telah ditetapkan oleh syara akan adanya beberapa persyaratan maka ia tidak akan berwujud jika tidak ada Imam Turmuzi, Sunan Turmuzi, Juz II, Semarang : Maktabah Toha Putra, tth, hlm. 20

7 syarat-syarat tersebut, sebagaimana tidak akan berwujud jika tidak terwujud rukun-rukunnya. 17 Pernyataan senada sebagaimana dikemukakan Abdul Wahab Khallaf sebagai berikut : 18 Dari beberapa pernyataan para pakar tersebut di atas, maka menurut penulis pada prinsipnya jual beli dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun dari jual beli itu sendiri. Adapun yang menjadi syarat dan rukun dari jual beli adalah sebagaimana dikemukakan para fuqaha sebagai berikut : 1. Adanya Sighat (aqad) dari dua belah pihak, yakni perikatan atau kesepakatan pemilikan yang diperoleh melalui transaksi jual beli, tukarmenukar barang, hibah dan sebagainya. 19 Sedangkan pengertian aqad menurut fuqaha adalah : 20 Artinya : Perikatan adalah ijab dan qabul (serah terima) menurut bentuk yang disyari atkan agama, nampak bekasnya pada yang diaqadkan itu. 17 Prof. Dr. Mukhtar Yahya, Prof. Dr. Fathurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fikih Islam, Bandung : Al-Ma arif, Cet. ke-2, 1992, hlm Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, tt, Darul Qalam, tth, hlm Dr. H. Hamzah Ya qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung : Diponegoro, Cet. ke-2, 1992, hlm Ibid., 21

8 Dalam hal yang berkaitan dengan aqad atau ijab qabul menurut para fuqaha terjadi perselisihan pendapat, yang pada garis besarnya dapat digolomgkan menjadi tiga golongan, yakni : a. Pendapat pertama mengatakan tidak sah akad kecuali dengan sighat yakni suatu bentuk perakadan yang diucapkan oleh kedua belah pihak yang melakukan akad. Menurut golongan ini bagi orang yang terhalang melakukan ijab qabul dengan sighat, misalnya orang tersebut bisu maka dapat pula melakukannya dengan isyarat atau melalui katabah. 21 Dapat pula dilakukan dengan cara lain yaitu dengan kinayah, sebagaimana dikemukakan oleh Abi Yahya Zakariyya al Anshari : 22 Adapun kinayah sebagaimana dimaksud disini adalah sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrahman Al Jaziri sebagai berikut : 23 Prinsip ini dipegang oleh Asy-Syafi i pada lahirnya dan suatu pendapat dari mazhab Hambali, karena menurutnya asal uqud ialah Taradli sebagaimana difirmankan Allah SWT : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian makan harta sesama kalian dengan batil kecuali atas dasar 21 Ibid. 22 Abi Yahya Zakariyya Al-Anshari, loc. cit 23 Abdur-Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu Ala Al-Mazahibil Arba ah, Juz II, Beirut, Libanon : Darul Kitab Al-Ilmiyyah, tth, hlm

9 perdagangan dengan ridla diantara kalian.(qs. An- Nisa : 29) 24 b. Pendapat kedua mengatakan bahwa akad itu sah dilakukan dengan perbuatan bagi hal-hal yang biasanya dilakukn dengan perbuatan jual beli. Prinsip ini merupakan pegangan dasar Abu Hanifah, juga merupakan suatu pendapat Mazhab Ahmad dan Syafi i. 25 c. Pendapat ketiga mengatakan, akad itu sah dilakukan dengan cara apa saja asal menunjukkan kepada maksudnya baik perkataan maupun perbuatan. Prinsip ini di pegangi oleh Imam Malik dan Mazhab Ahmad pada lahirnya. 26 Dengan menilik pada beberapa pendapat golongan-golongan tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pada prinsipnya akad jual beli dapat dilakukan dalam segala macam pernyataan, asalkan dapat dipahami maksudnya oleh kedua belah pihak yang melakukan aqad, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun isyarat bagi yang bisu atau berupa tulisan bagi yang jauh, bisa juga dapat dilakukan melalui kinayah. Adapun dengan syarat yang harus dipenuhi pada saat ijab qabul dilangsunglan antara lain : a. Satu sama lain berhubungan dalam satu tempat tanpa pemisahan yang merusak. 24 Departemen Agama RI, loc. cit. 25 Dr. H. Hamzah Ya qub, op. cit., hlm Ibid. 23

10 b. Ada kesepakatan antara ijab dan qabul pada barang, berupa barang yang dijual dan harga barang, jika keduanya tidak sepakat maka jual beli tersebut tidak sah. c. Ungkapan harus menunjukkan masa lalu sebagaimana yang berlaku, seperti perkataan penjual : Aku telah menjual atau kalimat itu menunjukkan masa sekarang, jika yang diinginkan waktu itu juga, dan jika yang diinginkan masa yang akan datang dan yang semisalnya, maka hal itu merupakan janji untuk aqad, janji berakad itu tidak merupakan akad yang sah Adanya Akid (orang yang melakukan akad) Termasuk rukun jual beli adalah adanya akid, dalam hal ini yang dimaksud adalah penjual dan pembeli atau dengan bahasa lain jual beli tidak akan terlaksana kalau tidak ada keduanya. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh akid antara lain : a. Hendaknya orang yang melakukan transaksi tersebut sudah mumayyiz yakni dapat membedakan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.dengan demikian tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak yang belum mumayyiz. b. Hendaknya dilakukan oleh orang yang berakal atau tidak hilang kesadarannya, karena hanya orang yang sadar dan berakallah yang sanggup melngsungkan transaksi jual beli secara sempurna, ia mampu 27 Sayyid Sabiq, op. cit., Jilid III,. hlm

11 berfikir logis. Oleh karena itu anak kecil yang belum tahu apa-apa dan orang gila tidak dibenarkan melakukan transaksi jual beli tanpa pengawasan dari walinya, dikarenakan akan menimbulkan berbagai kesulitan dam akibat-akibat buruk seperti penipuan dan sebagainya. c. Hendaknya transaksi ini didasarkan pada prinsip-prinsip taradli, yang di dalamnya tersirat makna muhtar, yakni bebas melakukan transaksi jual beli dan terbebas dari paksaan dan tekanan. Prinsip ini menjadi pegangan para fuqaha, dengan mengambil sandaran dari Firman Allah: Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa : 29) Adanya Ma qud alaih yaitu barang yang dijadikan obyek dari jual beli itu sendiri. Sebelum penulis simpulkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada saat jual beli dilangsungkan, maka tidak ada salahnya penulis kemukakan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada saat transaksi dilangsungkan, sehingga jual beli tersebut dinyatakan sah dan boleh menurut syara a. Manurut golongan Syafi iyyah syarat barang yang sah di transaksikan harus : 1. Suci bendanya 28 Departemen Agama RI, loc. cit. 25

12 2. Memberikan nilai manfaat 3. Dapat diserah terimakan barangnya 4. Barang yang akan diserah terimakan ada dalam kekuasaan si penjual 5. Barang tersebut jelas sifat, zat dan ukurannya. 29 b. Menurut Hanafiyah : 1. Barangnya berwujud 2. Barang tersebut milik si penjual atau mendapat kuasa dari si pemilik 3. Barang berhubungan dengan milik 4. Barang tersebut harus berguna menurut syara 5. Barang tersebut dapat diserahkan oleh si penjual 30 c. Menurut Malikiyah : 1. Suci bendanya 2. Bermanfaat menurut syara tidak sah menjual alat-alat perjudian 3. Tidak terlarang diperjual belikan 4. Barangnya dapat diserahkan 5. Barang dan harganya jelas bagi keduanya baik sifat, zat maupun ukurannya. 31 d. Hanabilah berpendapat: Barang yang sah diperjual belikan harus memenuhi syarat : 29 Abdur-Rahman Al-Jaziri, op. cit.,juz II, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm

13 1. Berguna dan halal 2. Barang tersebut mutlak menjadi miliknya 3. Dapat diserahkan 4. Barang dan harganya harus jelas bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi. 32 Sedangkan Sayyid Sabiq menambahkan dari syarat-syarat yang sudah ada sehingga menjadi enam, 33 yakni : 1. Suci zatnya 2. Bermanfaat 3. Milik penjual 4. Barang dapat diserahkan 5. Barang dan harganya diketahui 6. Barangnya terpegang Adapun yang dijadikan sandaran oleh para ulama tentang persyaratan-persyaratan tersebut, hampir semuanya disandarkan pada Al- Qur an dan Hadis Rasul seperti : tentang harus suci barangnya, mereka sandarkan pada hadis : 34 Artinya : Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rasulullah SAW. melarang dari jual beli barang najis. (H.R. Muslim) 32 Ibid. 33 Sayyid Sabiq, op. cit., Jilid III, hlm Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz II, tt, Darul Fikr, tth, hlm. 5 27

14 Dengan demikian memperjualbelikan bangkai, darah, khamer, dan sebagainya yang dikategorikan najis adalah tidak boleh, sedangkan persyaratan barang tersebut harus manfaat, adalah pertimbangan sisi pendayagunaan dari barang tersebut sehingga tidak tergolong ke dalam kategori menyia-nyiakan harta atau pemubadiran, sebab terhadap yang demikian Allah SWT. telah melarang dengan tegas sebagaimana Firman- Nya : Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menyia-nyiakan harta itu adalah saudara setan dan setan adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra : 27) 35 Adapun yang menjadi alasan bahwa barang yang diperjualbelikan harus milik sendiri atau mandapatkan kuasa dari pemiliknya untuk menjualkan, didasarkan pada kaidah Tidak boleh memakan harta dengan jalan batil. Sedangkan menurut pendapat Dr. Hamzah Ya qub, ketidakbolehan menjualbelikan harta orang lain tanpa seizin pemiliknya, hal itu merupakan perbuatan batil yang dapat dituntut oleh pemilik 36. Pada sisi lain perbuatan menjual milik orang lain dapat pula dikategorikan mermpas milik orang lain, padahal merampas milik orang lain menurut Dr. Muhammad Yahya dan Dr. Fathurrahman adalah manjadikan sebab terlarangnya perbuatan tersebut. 37 Menurut penulis selain alasan yang telah disebutkan, hal itu akan membuka peluang timbulnya mafsadat jika 35 Departemen Agama RI, op. cit., hlm Dr. H. Hamzah Ya qub, op. cit., hlm Dr. Muhtar Yahya, Dr. Fathurrahman, op.cit., hlm

15 tidak mendapatkan restu dari si pemiliknya, padahal sebagaimana kita sama maklum bahwa menolak suatu kerusakan adalah lebih baik daripada mengambil nilai manfaatnya, sebagaimana ditandaskan dalam kaidah usuliyyah : 38 Artinya : Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil nilai manfaat. Dengan demikian menjual milik orang lain atau membeli untuk orang lain tanpa penguasaan adalah tidak sah hukumnya. Adapun alasan para ulama menjadikan dapat diserah terimakannya barang dalam transaksi jual beli adalah berkaitan dengan ketentuan tidak bolehnya barang gharar (kesamaran atau ketidakpastian) yang bisa menimbulkan kerumitan dan mengundang persengketaan di kemudian hari. Larangan jual beli gharar adalah sebagaimana ditegaskan melalui Hadis Nabi: 39 Artinya : Dari Abi Hurairah berkata Rasulullah Saw. melarang jual beli kerikil dan jual beli yang ada unsur menipu. (HR. Muslim) Dengan demikian barang yang tidak dapat dihadirkan dalam majlis transaksi agar penual menerangkan sejelas-jelasnya sehingga dapat dialihkan ke dalam sistem khiyar. Sedangkan dalil yang dijadikan alasan 38 Abdul Hamid Hakim, Al-Bayan, Jakarta : Sa diyyah Putra, tth., hlm Imam Muslim, Jilid II, op. cit., hlm

16 tentang disyari atkannya barang yang akan diperjual belikan harus di tangan adalah sebagaimana Hadis : 40 Artinya : Dari Ibnu Abbas Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa menjual makanan, maka tidak boleh membelinya sehingga ia menerima barang tersebut. (HR. Muslim) D. Jual Beli Yang Dilarang Sebagai refleksi dari prinsip ta awun yang dilakukan oleh umat manusia, jual beli mengambil bagian yang tidak kalah pentingnya dengan bentuk tolong-menolong yang lain. Jual beli sebagaimana penulis kemukakan di atas harus memenuhi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga jual beli tersebut sah secara syar i, akan tetapi yang perlu penulis tegaskan tidak semua jual beli yang sudah memenuhi syarat dan rukun lantas dilaksanakan, tetapi sebaliknya justru dilarang oleh syari at. Adapun larangan syara dalam perdagangan pada garis besarnya dapat penulis klasifikasikan menjadi dua komponen. Komponen yang Pertama, meliputi barang atau zat yang terlarang diperjualbelikan, dan yang termasuk kategori ini telah tegas dan jelas keharamannya sebagaimana dijelaskan dalam ayat : 40 Ibid, hlm. 9 30

17 Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, babi dan apa saja yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An- Nahl : 115) 41 Sedangkan dalam Hadis Nabi dijelaskan : 42 Artinya : Dari Jabir bin Abdillah r.a.: Sesungguhnya dia telah mendengar apa yang telah dikatakan oleh Rasul SAW. Pada waktu tahun terbukanya Makkah : Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan khamer, jual beli arak, bangkai, babi dan patung, kemudian seseorang menanyakan dengan lemak bangkai yang digunakan untuk melabur perahu, meminyaki kulit-kulit dan lampu-lampu penerang. Nabi bersabda : Tidak boleh, yang demikian itu haram. Allah mengutuk orang-orang Yahudi, karena sesungguhnya Allah SWT. telah mengharamkan lemaklemak bangkai itu kepada mereka, tetapi mereka mengolahnya dan menjualbelikannya lalu memakan hasil penjualannya. (HR. Bukhari ) Dengan demikian menjual barang berupa jual beli babi, minuman keras, berhala/patung yang disembah, alat-alat maksiat dan barang yang masih samar adalah haram hukumnya, sebagaimana ditegaskan dalam hadis tersebut di atas. Hal lain yang perlu penulis kemukakan di sini adalah, ketidakbolehan 41 Departemen Agama RI, op. cit., hlm Imam Bukhari, Shahih Bukhari Masykul, Jilid II, Indonesia : Darul Ihya Kitabil Arabiyyah, tth, hlm.29 31

18 terhadap sesuatu tersebut adalah haram juga untuk memperjualbelikannya sebagaimana Hadis Nabi SAW. : 43 Artinya : Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah SAW. bersabda : Sesungguhnya apabila Allah mengharamkan sesuatu maka Ia mengharamkan pula atas harganya. (H.R. Abu Daud) Lebih tegas lagi keharaman memberikan harga (jual beli) sesuatu yang diharamkan Allah seperti khamer, bangkai dan khinzir adalah sebagaimana digambarkan dalam Hadis : 44 Artinya : Dari Abi Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda : Sesungguhnya Allah mengharamkan khamer dan menjualbelikannya, mengharamkan bangkai dan menjualbelikannya, serta mengharamkan babi dan menjualbelikannya. (H.R. Abi Daud) Dari beberapa dalil yang penulis kemukakan baik yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur an maupun Al-Hadis, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada prinsipnya sesuatu yang apabila haram dimakan, maka haram pula diperjualbelikannya. Dan apabila halal untuk dimanfaatkan menurut syara maka halal pula diperjualbelikannya, selama maksud penjualannya tetap pada jalan yang halal. Menurut Hamzah Yaqub, larangan Nabi menjual 43 Imam Abi Daud,, Sunan Abi Daud, Juz II, Beirut-Libanon : Darul Kitab Al Ilmiyyah, tt, hlm Ibid. 32

19 bangkai dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksud adalah larangan untuk keperluan dimakan. 45 Selain yang penulis sebutkan di atas menurut para ulama masih terdapat jual beli yang diharamkan yakni jual beli buah-buahan yang nyatanyata tidak ada manfaatnya, serta jual beli sesuatu yang masih samar seperti masih dalam perut, belum dalam pegangan dan sebagainya yang sekiranya memberikan peluang besar bagi tumbuh atau berkembangnya madharat yang lebih besar. Sedangkan komponen yang Kedua, yakni meliputi segala usaha atau obyek jual beli yang terlarang, seperti usaha pelacuran, perjudian, pertenungan, pengangkutan barang-barang haram dan sebagainya, yang pada akhirnya akan berlawanan dengan Syari at Islam. Dan komponen yang terakhir adalah komponen larangan syara dalam perdagangan yang ditekankan pada sisi cara jual beli itu sendiri, seperti terjadinya persaingan sesama muslim, jual beli yang banyak menggunakan sumpah, menjagal kawan sendiri, penimbunan barang dan sebagainya. Sehingga akhirnya sampailah pada kesimpulan bahwa pada dasarya jual beli itu halal, kecuali jika di dalamnya terdapat beberapa anasir yang menjadikan haramnya jual beli itu sendiri, baik karena secara nyata-nyata barang itu diharamkan menurut syari maupun karena prosesnya. Hal ini sebagaimana pendapat Sulaiman Rasyid, : Bahwa binatang itu ada yang diharamkan karena nash Al-Qur an, ada yang haram karena kita dilarang membunuhnya dan ada pula yang haram 45 Dr. H. Hamzah Ya qub, op. cit., hlm

20 karena kotor dan keji. 46 Atau dapat penulis bahasakan bahwa keharaman dalam jual beli disebabkan bukan hanya karena satu aspek saja melainkan dapat dilihat dari berbagai aspek H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Terj., Jakarta : Ath-Thahiriyyah, 1996, hlm

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Handphone Black Market di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO A. Analisis Perubahan Harga dalam Jual Beli Cabe dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan

Lebih terperinci

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG Djamila Usup ABSTRAK Kegiatan ekonomi yang sering dilakukan kebanyakan masyaraka adalah jual beli, karena jual beli adalah suatu usaha untuk mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri

Lebih terperinci

JUAL BELI DALAM ISLAM

JUAL BELI DALAM ISLAM JUAL BELI DALAM ISLAM 1. Pengertian Jual Beli Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bai,al-tijarah, dan al- : mubadalah sebagaimana Allah SWT berfirman 29. Sesungguhnya orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka 1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. Sebagaimana Firman Allah SWT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB III BONEKA DALAM ISLAM. perempuan. Sedangkan menurut istilah disebutkan al-banat adalah

BAB III BONEKA DALAM ISLAM. perempuan. Sedangkan menurut istilah disebutkan al-banat adalah BAB III BONEKA DALAM ISLAM A. Pengertian Boneka Secara bahasa pengertian boneka yaitu berasal dari kata yang artinya anakanakan perempuan. Sedangkan menurut istilah disebutkan al-banat adalah patung (boneka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR A. Pengertian dan Dasar Hukum Nadzir 1. Pengertian Nadzir Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK A. Dari Segi Penawaran Ikan dalam Tendak Jual beli yang terjadi di Desa Blimbing dalam prakteknya mempergunakan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara

Lebih terperinci

BAB II GHARAR DALAM ISLAM. Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti :

BAB II GHARAR DALAM ISLAM. Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti : BAB II GHARAR DALAM ISLAM A. PENGERTIAN GHARAR Dalam bahasa arab kata gharar merupakan derivasi dari : yang mempunyai arti : Dalam bahasa Indonesia berarti menipu seseorang dan menjadikan orang tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia semenjak dari mereka berada di muka bumi ini merasa perlu akan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksud-maksudnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB II LANDASAN TEORITIS.  artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Gadai Syariah 1. Pengertian Gadai Syariah Menurut pengertian bahasa gadai berasal dari kata " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat

Lebih terperinci

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN TENTANG BPJS KESEHATAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama NU) Dan Muhammadiyah Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda

Lebih terperinci

Perdagangan Perantara

Perdagangan Perantara Perdagangan Perantara Diriwayatkan dari Hakim bin Hazzam dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Biarkan Allah memberi rizki kepada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Maka, jika seorang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bunga Kamboja Kering

Lebih terperinci

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI 60 BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH BEN IMAN LAMONGAN A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad

Lebih terperinci

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ada catatan yang pasti kapan awal mulanya

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN A. Hal-hal yang Berkaitan dengan Praktek Tambahan Harga dari Harga

Lebih terperinci

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU A. Analisis Terdahap Praktik Pengembalian Sisa Pembayaran Di Kober Mie Setan Semolowaru Dalam transaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA 68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktik Gadai Ganda Kendaraan Bermotor di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA Bab ini merupakan puncak pembahasan dari penulis. Penulis akan menganalisis tentang

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh, 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH A. Pengertian Ji alah Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh, artinya meminta barang yang hilang dengan bayaran tertentu, atau telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli Menurut bahasa, jual beli (البیع) secara bahasa merupakan masdar dari kata بعت diucapkan باء-یبیع bermakna memiliki dan membeli. Kata aslinya keluar dari kata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS 21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kelengkapan Syarat Rukun Wakaf Emas di Desa

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL (MUI) setelah: Menimbang : 1. bahwa pewarna makanan dan minuman yang banyak dipakai

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam memberikan tuntunan bahwa setiap individu memiliki dua hubungan, hubungan yang sifatnya vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, yang disebut

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisa Mekanisme Perdagangan Exchange Traded Fund di Bursa Efek Indonesia Pada dasarnya segala bentuk muamalah yang direkayasa oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN A. Analisis Terhadap Praktek Jual Beli

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH DI PASAR HEWAN BRATANG SURABAYA A. Dari Sisi Cara Jual Beli Hamster dan Tikus Putih di Pasar Hewan Bratang Surabaya Jual beli hamster

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa Ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian pembinaan iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK A. Praktik Terjadinya Perubahan Harga Sepihak oleh Pengecer Daging Sapi di Desa Omben Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Praktik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h 169 Al-Qur an / BAB Hadist I al-zukhruf/ 43: 32 Lampiran Terjemahan Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO A. Analisis terhadap Mekanisme Upah Borongan Buruh Hukum Islam terus hidup dan harus terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT. telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH 62 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH A. Analisis Terhadap Operasionalisasi Produk Dirham Shield Dalam perekonomian di Indonesia

Lebih terperinci

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 39/DSN-MUI/X/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang ASURANSI HAJI Menimbang : a. bahwa perjalanan haji mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang riwayat yang sampai kepada kita bahwa qiyas itu diberikan kepada Nabi saw, dan disamping itu ada pula beberapa riwayat yang sampai kepada kita, bahwa qiyas

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang SARANG BURUNG WALET

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang SARANG BURUNG WALET FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2012 Tentang SARANG BURUNG WALET (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa di tengah masyarakat muncul budidaya burung walet yang diambil sarangnya serta dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, Maktabah Wahbah, Kairo, Mesir, 1995, hal. 117.

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, Maktabah Wahbah, Kairo, Mesir, 1995, hal. 117. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip etika dalam perniagaan salah satunya jual beli yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu ataupun komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 78/DSN-MUI/IX/2010 Tentang MEKANISME DAN INSTRUMEN PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia setelah: Menimbang :

Lebih terperinci

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA. Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA. Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts

Lebih terperinci

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Orang-orang non-muslim belum pernah mendapatkan keistimewaan sebagaimana keistimewaan yang mereka dapatkan ketika mereka hidup di bawah naungan Islam,

Lebih terperinci

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci