BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum. Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Prinsip persamaan di hadapan hukum (Equality Before The Law), diatur

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tepatnya pada sila kelima yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. profesi sebagai acuan, sama seperti hakim dan jaksa. karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

JURNAL PERANAN ADVOKAT DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM YANG TIDAK MAMPU SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN TENTANG BANTUAN HUKUM

I. PENDAHULUAN. persamaan perlakuan (equal treatment). Berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHAULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan yang penulis sajikan dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan

JURNAL. Diajukan Oleh : SANGSENA CAHYA KARTIKA

BAB III PENUTUP. penelitian maka dapat diambil kesimpulan seperti berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB III PENUTUP. simpulkan menjadi tiga, legal aid yaitu bantuan hukum yang diberikan

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

IMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

I. PENDAHULUAN. hukum, untuk itu advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Pengantar 1) kepentingan-kepentingan keadilan, dan 2) tidak mampu membayar Advokat.

BAB I PENDAHULUAN. hukum guna menjamin adanya penegakan hukum. Bantuan hukum itu bersifat

BAB I PENDAHULUAN. advice hukum, atau menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya. Dalam

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah officer of the court. Sebagai Officer of the court,

BAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan

KEABSAHAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERSANGKA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI DAERAH BALI. Oleh : Dewa Gede Tedy Sukadana

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju atau tidaknya suatu negara dari aspek kesejahteraan sosial,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 48/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA- CUMA BAGI TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. biaya untuk pemanggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai 1.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum. Negara Indonesia sebagai Negara hukum mempunyai konsekuensi bahwa menempatkan hukum di tempat yang tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hukum dijadikan sebagai pegangan ataupun panutan di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dalam rangka proses penegakan hukum di Indonesia. Sebagai Negara Hukum maka semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum ( Equality Before The Law),serta mempunyai hak untuk dibela (accses to legal counsel), serta hak untuk memperoleh keadilan(accses to justice) 1. Hak ini merupakan hak dasar setiap manusia. Hak ini bersifat universal, berlaku di manapun, kapan pun dan pada siapapun tanpa ada diskriminasi. Pemenuhan hak ini merupakan tugas dan kewajiban Negara. Setiap warga Negara tanpa memandang suku, warna kulit, status sosial, kepercayaan dan pandangan politik berhak mendapatkan akses terhadap keadilan. Indonesia sebagai Negara hukum menjamin kesetaraan bagi warga negaranya di hadapan hukum dan pemerintahan 1 Rianda Seprasia, S.H, Implementasi Bantuan Hukum Dan Permasalahannya,2008,hlm.2

2 dalam dasar Sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengakui dan menghormati hak warga Negara Indonesia untuk keadilan ini. UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum dan setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. UUD 1945 juga mengakui hak setiap orang untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Keadaan seseorang yang berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, tentu saja seharusnya tidak menjadi halangan atau penghambat di dalam pelaksanaan bantuan hukum. Bantuan hukum sebenarnya sudah dikenal sejak lama, sejak pada zaman romawi, akan tetapi belum memiliki bentuk yang jelas. Bantuan hukum pada masa itu hanya didorong oleh motivasi untuk mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Abad pertengahan bentuk bantuan hukum bersifat kedermawanan seseorang (chairty) sekelompok elit gereja kepada para pengikutnya. Sejak terjadi revolusi Prancis dan Amerika, konsep bantuan hukum semakin diperluas dan dipertegas. Pemberian bantuan hukum tidak semata-mata hanya didasarkan pada charity terhadap masyarakat yang tidak mampu tetapi kerap dihubungkan dengan hal-hal yang

3 bersifat politik. Perkembangannya sekarang konsep bantuan hukum selalu dihubungkan dengan cita-cita negara kesejahteraan (welfare state), pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Bantuan hukum dimasukkan sebagai salah satu program peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama di bidang sosial politik dan hukum. Pemberian bantuan hukum, mempunyai manfaat besar bagi perkembangan pendidikan penyadaran hak-hak warga Negara yang tidak mampu khususnya secara ekonomi, dalam akses terhadap keadilan, serta perubahan sosial masyarakat ke arah peningkatan kesejahteraan hidup dalam semua bidang kehidupan berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perkembangan pemikiran mengenai konsep bantuan hukum tersebut timbul berbagai variasai bantuan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto membagi bantuan hukum ke dalam dua model yaitu bantuan hukum model yuridis-individual dan bantuan hukum model kesejahteraan. Bantuan hukum yuridis-individual merupakan hak yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi kepentingan individu-individunya, sedangkan bantuan hukum model kesejahteraan adalah sebagai suatu hak akan kesejahteraan yang menjadi bagian dari kerangka perlindungan sosial yang diberikan oleh suatu negara kesejahteraan (welfare state). Bantuan hukum kesejahteraan sebagai bagian dari haluan sosial diperlukan guna menetralisasi ketidakpastian dan

4 kemiskinan. Para ahli hukum dan praktisi hukum di Indonesia membagi bantuan hukum ke dalam dua macam yaitu bantuan hukum individual dan bantuan hukum struktural. Bantuan hukum individual merupakan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu dalam bentuk pendampingan oleh advokat dalam proses penyelesaian sengketa yang dihadapi, baik di muka pengadilan maupun melalui mekanisme penyelesaian sengketa lain seperti arbitrase, dalam rangka menjamin pemerataan pelayanan hukum kepada seluruh lapisan masyarakat. Bantuan hukum struktural adalah segala aksi atau kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata ditujukan untuk membela kepentingan atau hak hukum masyarakat yang tidak mampu dalam proses peradilan 2. Lebih luas lagi bantuan hukum struktural bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pengertian masyarakat akan pentingnya hukum. Pengembangan dari konsep bantuan hukum individual tersebut perlu diperhitungkan karena dalam pola apapun, selama memenuhi karakteristik dasar, yaitu diberikan secara cuma-cuma (dalam arti setiap orang yang membutuhkannya tidak dibebani oleh prosedur yang berbelit-belit/tidak membebani klien), dan tidak digantungkan pada besar kecilnya reward yang timbul dari hubungan tersebut, maka jasa hukum yang diberikan dapat dikategorikan sebagai bantuan hukum. Walaupun di samping sifat cuma-cuma terdapat pula perbedaan 2 V. Harlen Sinaga,S.H., M.H, Dasar-dasar Profesi Advokat, Penerbit Erlangga,2011,hlm 42

5 pendekatan dalam melayani pencari keadilan. Todung Mulya Lubis berpendapat bahwa pendekatan advokat bercirikan : individual, urban (perkotaan), pasif, legalistik, gerakan hukum (legal movement), persamaan distribusi pelayanan (equal distribution service). Gerakan bantuan hukum oleh para advokat diawali dengan berdirinya beberapa lembaga atau biro bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, antara lain biro bantuan hukum di Rechtshoge School Jakarta pada 1940 oleh Prof Zelylemaker, yang salah satu tujuannya memberikan nasehat hukum kepada mereka yang tidak mampu 3. Pasal 56 KUHAP mewajibkan setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk memberikan bantuannya secara cuma-cuma. Pernyataan pada Pasal 56 KUHAP tersebut mengandung arti bahwa negara wajib menyediakan bantuan hukum secara cuma-cuma terhadap tersangka/terdakwa dalam suatu perkara pidana, apabila ditemukan dua keadaan. Pertama, apabila demi kepentingan keadilan perlu ditunjuk seorang penasehat hukum. Kedua, apabila tersangka/terdakwa tidak memiliki dana yang memadai untuk membayar jasa seorang pengacara. Pasal 56 KUHAP mewajibkan pejabat yang berwenang pada setiap tingkat pemeriksaan untuk menunjuk penasehat hukum bagi : a. Tersangka/terdakwa yang diancam dengan pidana mati b. Tersangka/terdakwa yang diancam pidana penjara 15 (lima belas tahun) atau lebih 3 Binziad Kadafi, Et.Al, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2001, hlm 161

6 c. Mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih d. Yang kesemuanya tidak memiliki penasehat hukum sendiri. Pasal 22 ayat (1) UU. No.18.Tahun 2003 tentang Advokat, terdapat kewajiban bagi para advokat untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma terutama kepada klien yang tidak mampu. Pasal 2 PP.No.83.Tahun 2008 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, menegaskan hal yang serupa, yaitu adanya kewajiban bagi advokat untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma. Bahkan pada Pasal 3 dari PP.No.83.Tahun 2008 tersebut dipertegas lagi bahwa bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana tercantum pada Pasal 2 meliputi tindakan hukum untuk Pencari Keadilan disetiap tingkat proses pengadilan. Dilihat dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas terlihat jelas bahwa adanya kewajiban bagi advokat untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma. Advokat sebagai salah satu aparat penegak hukum di Indonesia, idealnya senantiasa membela kepentingan rakyat tanpa membeda-bedakan latar belakang agama, budaya, warna kulit, tempat tinggal, tingkat ekonomi, dan gender. Permasalahan timbul pada dewasa ini ketika nilai-nilai konsumerisme dan hedonisme mulai menjangkiti dan merasuki setiap sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak luput dalam sendi-sendi penegakan hukum. Pada masa kini seakan-akan sarana dan prasarana untuk memperoleh

7 jasa hukum yang diberikan oleh advokat hanya dimiliki oleh segelintir orang atau kelompok orang saja. Hal tersebut terlihat dari sulitnya masyarakat atau golongan masyarakat tertentu yang kesulitan untuk memperoleh akses pada bantuan hukum, di dalam proses penegakan hukum di Indonesia. Dewasa ini tentunya masyarakat sangat berharap terhadap pelaksanaan PP No.83 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma dapat dijalankan dengan baik sehingga akses masyarakat marginal (marginalized people) untuk mendapatkan keadilan dan prinsip persamaan di hadapan hukum (justice for all) dapat terwujud. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum/skripsi dengan judul: Peranan Advokat Dalam Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Klien Yang Tidak Mampu Dengan Ancaman Pidana Penjara Kurang Dari Lima Tahun B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah peranan advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu dengan ancaman pidana penjara kurang dari lima tahun? C. Tujuan Peneletian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

8 Untuk memperoleh data tentang peranan advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu dengan ancaman pidana penjara kurang dari lima tahun. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi: 1. Manfaat Objektif Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi proses perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya mengenai peranan advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu dengan ancaman pidana penjara kurang dari lima tahun. 2. Manfaat Subjektif a. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis, khususnya mengenai peranan advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien. b. Bagi advokat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cumacuma kepada klien yang tidak mampu dengan ancaman pidana penjara kurang dari lima tahun. c. Bagi Warga Negara Indonesia

9 Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi seluruh warga negara Indonesia dalam proses pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, khususnya yang membutuhkan bantuan hukum dalam penyelesaian sengketa hukum. E. Batasan Konsep Dalam penelitian ini, batasan konsep diberikan untuk memberikan batasan tentang Advokat, Bantuan Hukum, Pemberian, Cuma-cuma,Tidak Mampu,Penjara, Klien. a. Advokat menurut UU.No 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undangundang ini. b. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh advokat kepada klien yang tidak mampu. c. Tidak Mampu menurut Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi Ketiga adalah kata tidak itu sendiri berarti suatu pengingkaran, penolakan, pengingkaran. Sedangkan kata mampu memiliki arti (bisa,sanggup) melakukan sesuatu, dapat. Sehingga apabila kedua kata tersebut dipadu padankan akan memperoleh arti bahwa suatu keadaan seseorang yang dalam kondisi yang terbatas akan kemampuannya. d. Pidana berasal dari kata Straff dalam bahsa Belanda. Pidana dapat didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau

10 diberikan oleh negara kepada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat atas perbuatannya yang telah melanggar larangan dalam hukum pidana. Menurut Profesor Soedarto Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. e. Pemberian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga adalah sesuatu yang diberikan, sesuatu yang didapat dari orang lain, proses/cara perbuatan memberi atau memberikan sesuatu. f. Cuma-Cuma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga adalah tidak perlu membayar, tidak perlu mengeluarkan biaya atau gratis. g. Klien adalah orang yang memperoleh bantuan hukum dari seorang pengacara di pembelaan perkara di pengadilan. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengkaji norma-norma yang berlaku. Penelitian hukum normatif adalah penelitian kepustakaan. Penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian dari bahan pustaka yang merupakan data sekunder berupa bahan hukum baik yang bersifat khusus ataupun bersifat umum.

11 Dalam hal ini penelitian hukum normatif mengkaji norma-norma hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peranan advokat dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien dalam peradilan pidana. 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam usulan penelitian hukum ini merupakan data sekunder sebagai data utama yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. a. Bahan hukum primer, berupa bahan-bahan hukum yang mengikat yang meliputi : 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum 7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

12 b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer seperti, buku-buku yang berhubungan dengan masalah lembaga bantuan hukum, media massa, hasil penelitian, web-site, pendapat dari para ahli dibidang hukum dan literatur lainnya yang berkaitan dengan materi penelitian. c. Bahan hukum tersier yakni bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu : a. Wawancara ( Data Primer ), yaitu : Mengadakan wawancara langsung dengan narasumber yaitu C. Jati Utomo S, S.H yang merupakan advokat pada kantor hukum CJUS untuk memperoleh data yang diperlukan untuk penulisan hukum. b. Studi Kepustakaan ( Data Sekunder ), yaitu : Penelitian kepustakaan dilakukan untuk menunjang penelitian lapangan yaitu dengan cara mempelajari, membaca dan memahami buku-buku atau literatur, Peraturan Perundangundangan dan pendapat ahli hukum yang erat kaitannya dengan materi yang diteliti.

13 4. Narasumber Bapak C. Jati Utomo S yang merupakan Advokat pada kantor hukum CJUS, Jl. Letjend Soeprapto No. 35, Yogyakarta 5. Metode Analisis Metode analisis data yang dipergunakan dengan mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh selama penelitian adalah analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan cara merangkai data yang telah dikumpulkan dengan sistematis, sehingga didapat suatu gambaran tentang apa yang diteliti. Sedangkan metode berpikir yang digunakan dalam mengambil kesimpulan ialah metode deduktif yaitu penyimpulan dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian digunakan untuk menilai suatu peristiwa yang bersifat khusus.

14 G. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini disusun secara sistematis dalam bab per bab yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pembagian bab per bab ini dimaksudkan agar dihasilkan keterangan yang jelas dan sistematis. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut;

15 BAB I BAB II BAB III : : : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang berisikan antara lain latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, dan batasan konsep. PERANAN ADVOKAT DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM. Dalam bab ini menguraikan tentang pembahasan yang terdiri dari, Peranan Advokat, Tinjauan Umum Mengenai Bantuan Hukum, Peranan Advokat Dalam Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma- Cuma Kepada Klien Pada Peradilan Pidana. PENUTUP Dalam bab ini merupakan bab penutup dimana penulis akan menarik suatu kesimpulan, berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan penulis juga akan memberikan saran yang relevan yang berhubungan dengan masalah yang ada. Disamping itu penulisan hukum ini juga akan memuat daftar pustaka.