BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

Daftar Pustaka. Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta : Bumi Aksara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, masalah yang dirumuskan, tujuan serta manfaat penelitian dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

KEPUTUSAN DIREKTUR PT.THURSINA NOMOR : /SK/THURSINA/XII/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENDELEGASIAN WEWENANG DI RS. THURSINA DIREKTUR RUMAH SAKIT THURSINA

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia kesehatan semakin meningkat tajam, seiring dengan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam suatu organisasi maupun instansi yang bergerak dalam sektor pelayanan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah sakit kinerja tenaga sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pemakai jasa, rumah sakit juga harus senantiasa meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi. Kedua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya ini pada

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

PROGRAM KERJA SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN RUMAH SAKIT LNG BADAK TAHUN 2016

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lainnya tidak dapat memberikan manfaat jika tidak dikelola oleh

PENGAWASAN/PENGENDALIAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Kemenkes, 2014). Salah

KEBIJAKAN REMUNERASI BLU RS/BALAI DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TIM PEMBINA REMUNERASI DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu rumah sakit juga harus mencari/memiliki pemimpin yang

I.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia. Gambaran kompetensi perawat..., Rahmika Putri, FKMUI, 2009

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mempersiapkan sumber daya yang berkualitas, salah satunya sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja (Perka BKN, 2013). Penilaian prestasi kerja yang rasional dan objektif berperan penting bagi pegawai yang bersangkutan sebagai umpan balik terkait kemampuannya dan organisasi dalam hal pengambilan keputusan proses manajemen SDM (Siagian, 2010). Prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Kinerja memiliki 3 komponen yang terdiri dari tujuan, ukuran dan penilaian kinerja dimana penilaian kinerja dilakukan melalui instrumen penilaian kinerja (Ilyas, 2012). Dalam organisasi pelayanan kesehatan, instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional sangat penting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif. Gibson (1987) menyampaikan bahwa variabel dalam organisasi berefek terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi diantaranya adalah sub variabel imbalan/kompensasi yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja dan kinerja individu serta sub variabel supervisi yang berhubungan dengan kinerja individu (llyas, 2012). Penilaian prestasi kerja menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tentang promosi, pemberian kompensasi serta meninjau perilaku

2 bawahan yang berkaitan dengan pekerjaan untuk upaya perbaikan. Dalam proses penilaian prestasi kerja maka tanggung jawab supervisor harus dapat memahami permasalahan yang dapat merusak sistem penilaian sehingga penilaian dilaksanakan secara fair dan objektif (Dessler, 2003). Prestasi kerja / kinerja (performance) mencerminkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM harus diperhatikan karena sangat menentukan keberhasilan suatu institusi termasuk rumah sakit. SDM rumah sakit merupakan human capital yang sangat menentukan keberhasilan rumah sakit dalam menghadapi persaingan usaha dengan kompleksitas pelayanan. RSUP Dr M Djamil Padang adalah Rumah Sakit tipe-b Pendidikan dengan kegiatan utama memberikan pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik. Sebagai penyedia pelayanan kesehatan, juga harus mampu menjadi the best place work bagi pegawai, tempat yang menyenangkan bagi pelanggan termasuk sebagai tempat pendidikan dan penelitian yang berkualitas. Dalam rangka mendukung program reformasi birokrasi, RSUP Dr.M.Djamil telah melaksanakan sistem penilaian kinerja berupa pembuatan sasaran kerja pegawai (SKP) dan perilaku kerja pegawai (PKP) yang dimulai pada tahun 2014 serta pelaksanaan penilaian kinerja melalui indikator kinerja individu (IKI) untuk menilai kinerja pegawai, meliputi kuantitas, kualitas dan perilaku kerja pegawai yang dikaitkan dengan kompensasi finansial yang akan diterima pegawai. RSUP Dr.M.Djamil Padang merupakan rumah sakit BLU yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Kesehatan RI dan diberikan kewenangan untuk mengatur dan menetapkan besaran kompensasi/reward kepada karyawan. Total pembayaran kompensasi finansial dalam bentuk jasa

3 pelayanan adalah 40 % dari total pendapatan rumah sakit. Sejalan dengan penerapan penilaian kinerja dengan sistem SKP dan PKP maka pemberian kompensasi berbasis kinerja dalam bentuk jasa pelayanan diterapkan dengan pola remunerasi. Dengan sistem remunerasi, pemberian kompensasi didasarkan atas grade/position (P1), performance (P2) dan person (P3) dimana pembayaran performance (P2) didasarkan atas pencapaian indikator kinerja individu (IKI). Dengan pemberlakuan pola remunerasi, kompensasi finansial yang didapatkan pegawai cenderung mengalami peningkatan termasuk tenaga keperawatan, namun peningkatan kompensasi finansial yang diterima tenaga keperawatan tidak menjamin tingkat kepuasan atas sistem remunerasi dan nominal kompensasi yang diterima. Dari komplain atas ketidakpuasan terhadap kompensasi finansial yang disampaikan ke Bagian SDM RS maka sebagian besar (75%) berasal dari tenaga keperawatan. Pemberian kompensasi bertujuan untuk mendukung strategi rumah sakit dalam menjalankan visi dan misinya, agar karyawan memiliki komitmen tinggi dalam bekerja, membangun tim kerja yang solid, serta meningkatkan motivasi pegawai untuk membangun kompetensi dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit secara berkelanjutan. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan jasa kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan sebagai salah satu core bisnisnya. Dengan pelayanan 24 jam, pelayanan keperawatan akan selalu bersinggungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan tenaga, sistem pelayanan sehingga memicu timbulnya pengaduan masyarakat / ketidakpuasan pasien atas mutu layanan keperawatan. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional, bersifat humanistis,

4 menggunakan pendekatan holistis yang berorientasi pada kebutuhan objektif pasien sesuai dengan standar profesional keperawatan dimana perawat dituntut melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar/rasional dan etis sehingga membutuhkan sistem pengawasan, bimbingan maupun supervisi dari pimpinan (Nursalam, 2011). Supervisi sebagai bagian dari fungsi pengarahan berperan untuk mempertahankan agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik dan memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai kendala dalam pelaksanaan asuhan keperawatan bersama dengan perawat pelaksana mencari jalan pemecahannya. Supervisi juga sebagai praktik pembinaan, pengarahan, pendampingan, pelatihan dan penilaian/pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung dari seseorang/kelompok orang melalui proses pencapaian target pribadi/kelompok. Supervisi sebagai tindakan mengawasi atau mengarahkan penyelesaian pekerjaan (Sarwono, 2011). Pembinaan/supervisi juga bertujuan untuk memberikan bantuan kepada petugas sehingga mampu melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2002) serta upaya dalam mengawasi dan mengevaluasi serta memperbaiki kinerja (Gillies, 1996). Tenaga Keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga strategis, dari 1217 PNS di RSUP Dr.M.Djamil Padang, 621 orang diantaranya merupakan tenaga keperawatan, dengan variasi tingkat pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) hingga strata 2 (S2) Keperawatan. dimana lebih dari separoh (67%) dengan pendidikan DIII Keperawatan. Lebih dari separoh perawat (64,14 %) dengan masa kerja < 20 tahun (M.Djamil 2013), menurut Robins (2003) bahwa karyawan senior lebih sulit menerima perubahan dan menolak teknologi baru

5 sehingga perlu penyegaran melalui pelatihan teknis substansif sesuai penilaian kebututhan pelatihan dari unit kerja terkait. Kegiatan pelayanan keperawatan yang termasuk ke dalam core produk layanan kesehatan di rumah sakit, akan berkontribusi dalam menentukan citra rumah sakit di mata masyarakat / pelanggan (RSUP Dr.M.Djamil Padang, 2014). Sesuai dengan tuntutan masyarakat, harus diimbangi dengan kualitas pelayanan serta supervisi pimpinan. Dengan supervisi memungkinkan manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan standar asuhan keperawatan (SAK) yang berorientasi pada mutu pelayanan keperawatan (Kuntoro, 2010). Menurut laporan evaluasi Bidang Keperawatan RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2014 didapatkan hasil pendokumentasian asuhan keperawatan yang lengkap hanya 74%, namun di Bangsal Bedah pendokumentasian yang lengkap adalah 32%, Bangsal Kebidanan (35%) dan Bangsal Anak (51%). Dengan demikian RSUP Dr.M.Djamil Padang secara umum dan Bangsal Bedah, Bangsal Kebidanan dan Bangsal Anak masih jauh dibawah standar kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan yang ditetapkan Kemenkes RI. Kondisi ini tentu perlu perhatian dari manajer keperawatan agar ada upaya perbaikan, baik dalam bentuk bimbingan, pengawasan, monitoring/evaluasi secara berkesinambungan agar kualitas pelayanan serta kepuasan pasien dapat terwujud. Pasien yang datang ke rumah sakit tidak hanya mengharapkan kesembuhan tapi juga keselamatan, kenyamanan dan kepuasan. Masyarakat menilai rumah sakit tidak hanya dari apek pelayanan medis, termasuk pelayanan keperawatan dan tingkat kepuasan pasien sangat bergantung pada profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan

6 (Astiena, 2006). Dari laporan pengaduan masyarakat / komplain atas pelayanan di RSUP Dr.M.Djamil Padang pada semester II 2014 didapatkan komplain tentang pelayanan laboratorium (1,9%), pelayanan medis (9,2%), pelayanan administrasi dan keuangan (9,4%), pelayanan keperawatan (13,2%), termasuk komplaian terhadap fasilitas dan obatan yaitu fasilitas RS (33,9%), obat-obatan dan kefarmasian (33,%), dan keterbatasan parkir (7,5%). Hasil survei kepuasan pasien di RSUP Dr.M.Djamil tahun 2014 didapatkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan sebesar 75%, dibandingkan standar sebesar 90%, sedangkan tingkat pengetahuan tenaga perawatan terhadap sasaran keselamatan pasien (patient safety) adalah 60 % (RSUP Dr.M.Djamil, 2014). Rendahnya tingkat pengetahuan dapat disebabkan jumlah pelatihan yang dikuiti personil termasuk tenaga keperawatan masih kurang dan jauh dari standar (20 jam /orang/tahun). Hal ini disebabkan dukungan anggaran untuk program pelatihan hanyalah 1 % dari Rincian Anggaran Biaya (RAB) RS dibandingkan standar (5% dari RAB). Adanya komplain masyarakat akan pelayanan keperawatan, kurangnya pengetahuan tentang sasaran keselamatan pasien akan berkaitan dengan implementasi patient safety, dimana rumah sakit wajib untuk terakreditasi termasuk dengan sasaran keselamatan pasien (patient safety) melalui 6 sasaran keselamatan pasien sehingga perlu pengawasan dari atasan agar berbagai permasalahan dapat diminimalisir. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 tenaga perawatan berkaitan dengan pemberlakuan dan pemberian jasa pelayanan dengan pola remunerasi, 80% menyatakan ketidakpuasan atas nominal yang diterima

7 serta sistem remunerasi yang berlaku dimana jasa pelayanan yang diterima tidak sebanding dengan kinerja khususnya bagi petugas yang bekerja di unit yang beresiko tinggi (ruang cath lab, kamar operasi, anestesi) dan 20 % petugas yang dinas di ruang rawatan,tht, gigi mulut berpendapat jasa pelayanan yang diterima sudah sebanding dengan kinerja yang diberikan. Hasil penelitian Erawati (2012) tentang pengaruh supervisi, lingkungan kerja dan insentive terhadap kinerja pegawai pada kantor KPP Madya DKI Jakarta, bahwa lingkungan kerja dan insentif sebagai faktor pendorong motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Ada pengaruh antara kompensasi intrinsik dan kompensasi ekstrinsik baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap kinerja (Murgijanto, 2010). Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan, motivasi, supervisi, pendapatan dan kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo (Hartati, 2013). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti berpendapat bahwa pelaksanaan supervisi/pengawasan terhadap pekerjaan, proses pelayanan serta pemberian kompensasi finansial/non finansial merupakan variabel organisasi yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja perawat dan penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kompensasi dan supervisi terhadap pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan kompensasi dan supervisi terhadap pencapaian kinerja perawat pelaksana, apakah ada hubungan masa kerja, tingkat pendidikan,

8 jumlah pelatihan dengan pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis kompensasi dan supervisi terhadap pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat kompensasi dan supervisi menurut persepsi perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 3. Diketahuinya hubungan kompensasi dengan pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 4. Diketahuinya hubungan supervisi dengan pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 5. Diketahuinya hubungan masa kerja, tingkat pendidikan, jumlah pelatihan dengan pencapaian kinerja perawat pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil tahun 2015 6. Didapatkannya informasi mendalam tentang pelaksanaan sistem kompensasi dan supervisi keperawatan di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015

9 7. Didapatkannya informasi mendalam tentang pencapaian kinerja perawat pelaksana sesuai indikator kinerja individu (IKI) keperawatan 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat teoritis Bagi pengembangan khasanah ilmu manajemen SDM khususnya yang berkaitan dengan kompensasi, supervisi dan pencapaian kinerja 1.4.2 Manfaat praktis Sebagai bahan masukan bagi praktisi perumahsakitan dan RSUP Dr.M.Djamil Padang dalam menyusun kebijakan dan strategi dalam upaya pencapaian dan peningkatan kinerja