BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian UMKM menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2008, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Definisi akuntansi menurut Hendriksen (2002) dalam bukunya yaitu teori akuntansi adalah sebagai berikut (2004) :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 1 (REVISI 2009) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. semakin berkembang ditengah-tengah dunia usaha yang kian hari kian menuju era

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

AKUNTANSI UMKM DAN KOPERASI

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement. Presented by: Dwi Martani

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Pedoman Tugas Akhir AKL2

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

Catatan 31 Maret Maret 2010

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

Laporan Keuangan: Neraca

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB II LAPORAN ARUS KAS

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

Akuntansi Keuangan Koperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

29 Oktober Pertemuan

BAB II LANDASAN TEORI

Standar'Akuntansi'Keuangan' Kemahasiswaan'

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA KOPERASI TUNAS ADIL TOBELO

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

STRUKTUR DASAR AKUNTANSI BAB 2

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan PSAK, (2009) No.1

BAB II BAHAN RUJUKAN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

merupakan KDPPLK (Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran LK) untuk ETAP

BAB II BAHAN RUJUKAN

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB 2 BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Akuntansi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Usaha Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pengertian dari usaha mikro adalah: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria usaha mikro sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 6 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah). 9

10 2.1.2 Usaha Kecil Berdasarkan Undang-Undang Nomor.20 Pasal 1 Ayat 2 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian dari usaha kecil adalah: Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berkut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).

11 2.1.3 Usaha Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian usaha menengah adalah: Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Menengah sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.00,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).

12 2.2 Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik 2.2.1 Penjelasan Mengenai SAK dan SAK-ETAP Di dalam SAK-ETAP (2009:1)Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik di maksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas adalah entitas yang : a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. 2.2.2 Penyajian Laporan Keuangan SAK-ETAP Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP (2009: 12-16) adalah sebagai berikut : 1. Penyajian wajar Menurut SAK-ETAP Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban:

13 1. Aset Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Asset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi. 2. Kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. 3. Penghasilan Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. 4. Beban Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika

14 penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. 2. Kepatuhan Terhadap SAK-ETAP Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP menerangkan bahwa harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP. 3. Penyajian yang Konsisten Di dalam SAK-ETAP menyebutkan bahwa penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi b. SAK-ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian. Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka entitas harus mereklasifikasikan jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas

15 harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif direklasifikasi : a. Sifat reklasifikasi b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi c. Alasan reklasifikasi Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus mengungkapkan : a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif direklasifikasi. 4. Kelangsungan Usaha Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK-ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. 5. Frekuensi Pelaporan Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan

16 keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan: a. Fakta tersebut. b. Alasan penggunaan untuk periode yang lebih panjang atau periode yang lebih pendek. c. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan. 6. Informasi Komparatif Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK-ETAP. Entitas memasukan informasi komparatif untuk informasi naratif dan dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. 2.3 Siklus Akuntansi Siklus Akuntasi (Accounting Cycle) adalah langkah-langkah prosedur akuntansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan (Donald E. Kieso, 2011:85). Disebut sebagai siklus akuntansi, karena tahapan pencatatan tersebut dilakukan dan terjadi berulangulang melalui tahapan yang sama.

17 Pengidentifikasian & Pengukuran Transaksi Jurnal Pembalik (opsional) Neraca Saldo pasca Penutupan (opsional) Penutupan (akun nominal) Jurnalisasi Jurnal Umum Jurnal Penerimaan Kas Jurnal Pengeluaran Kas Jurnal Pembelian Jurnal Penjualan Jurnal Khusus Lainnya Pemindahbukuan Buku Besar Umum (biasanya bulanan) Buku Besar Pembantu (biasanya harian) Pembuatan Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Laporan Laba Ditahan Neraca Laporan Arus Kas Neraca lajur (opsional) Pembuatan Neraca Saldo Penyesuaian Akrual Pembayaran di Muka Item-item yang diestimasi Neraca Saldo yang Disesuaikan Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Sumber : Donald E. Kieso, dkk. Intermedieate Accounting (2011:86)

18 2.4 Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan merupakan suatu output atau hasil akhir dari proses akuntansi yang menggambarkan keadaan atau kondisi suatu entitas dalam kuantifikasi nilai moneter dan digunakan sebagai media informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak ekternal. 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011:5), laporan keuangan adalah: Financial statement are the principal means through which a company communicates it s financial information to those outside it. The statement provide a company s history quantified in money terms. The financial statement most frequently provided are (1) the statement of financial statement, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flows, and (4) integral part of each financial statement.

19 2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk mengetahui secarajelas bagaimana posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha yang telah dijalankan entitas. Hasil dari laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan atau kebijakan usaha. adalah: Tujuan Laporan Keuangan menurut Donal E. Kieso (2011:7) The objective of general purpose financial reporting is to provide financial information about the reporting entity that is usefull to present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their capacity as capital providers. Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009: 2) tujuan laporan keuangan adalah: Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tambahan. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukan apa telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2.4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (2009 : 2-5) yang diantaranya adalah :

20 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahaannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Material Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil berdasarkan laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi dan kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalah dalam mencatat (misstatement).

21 4. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 5. Substansi Mengungguli Bentuk Dalam melihat suatu transaksi tertentu yang diutamakan adalah substansi dari transaksi atau peristiwa tersebut. Transaksi serta peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 6. Pertimbangan Sehat Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Dalam pertimbangan sehat tidak mengijinkan terjadinya bias. 7. Kelengkapan Agar dapat diandalkan informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. 8. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

22 9. Tepat Waktu Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. 10. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya melebihi manfaat biaya penyediaannya. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal. 2.4.4 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan sebagai suatu hasil atau output dari proses akuntansi terbagi kedalam berbagai macam bentuk atau komponen. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

23 2.4.4.1 Neraca Menurut SAK-ETAP (2009:175) neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada waktu tertentu. Kesimpulannya, neraca yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu. 2.4.4.1.1 Komponen Utama Neraca Berdasarkan SAK-ETAP (2009:5-6)posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu waktu tertentu. Unsur-unsur laporan keuangan tersebut berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan suatu entitas. Unsurunsur ini didefinisikan sebagai berikut: (a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. (b) Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

24 (c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. 2.4.4.1.2 Informasi yang Disajikan dalam Neraca Menurut SAK-ETAP (2009:19) informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut: (a) Kas dan setara kas; (b) Piutang usaha dan piutang lainnya; (c) Persediaan; (d) Property investasi; (e) Aset tetap; (f) Aset tidak berwujud; (g) Hutang usaha dan hutang lainnya; (h) Aset dan kewajiban pajak; (i) (j) Kewajiban diestimasi; Ekuitas. 2.4.4.1.3 Klasifikasi Aset dan Kewajiban Dalampenyusunan neraca entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar. Kewajiban jangka pendek, dan kewajiban jangka panjang,sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca. Berikut adalah klasifikasi akun yang disajikan dalam neraca:

25 1. Aset Menurut SAK-ETAP (2009:167) aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Aset suatu entitas dapat diklasifikasikan menjadi: a. Aset Lancar, berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika: diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; dimiliki untuk diperdagangkan; dan berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewaiban setidaknya 12 bulan setelah akhir pelaporan. Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai aset tidak lancar, jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan lebih dari 12 bulan. Pernyataan ini menggunakan istilah tidak lancar untuk mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang.

26 b. Aset Tetap, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset tetap merupakan aset berwujud yang: dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. c. Aset Tidak Berwujud, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud jika: dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya. Aset tidak berwujud tidak termasuk: (a) efek (surat berharga), atau (b) hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya. 2. Kewajiban

27 Menurut SAK-ETAP (2009:172) kewajiban adalah kewajiban (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban yang terdapat dalam suatu entitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika: (a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut dalam siklus operasi normalnya; (b) entitas memiliki kewajiban tersebut untuk tujuan diperdagangkan; (c)kewajiban tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; (d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk memenuhi penyelesaian kewajiban selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. b. Kewajiban Jangka Panjang Berdasarkan PSAK 1 (2012:113) entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagi kewajiban jangka panjang bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan stetlah periode pelaporan, selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran

28 terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran segera. 2.4.4.1.4 Penetapan Metode Penyusutan Berdasarkan SAK-ETAP, selain aset lancar diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Aset tidak lancar dapat berupa aset tetap dan aset tidak berwujud. Pengukuran aset tetap dilakukan setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Definisi penyusutan dan metodenya menurut Soemarso S.R. (2007:236) adalah: Penyusutan adalah pembebanan harga (nilai) perolehan harta berwujud ke dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dengan cara mengalokasikan harga (nilai) perolehan tersebut selama masa manfaat harta yang bersangkutan. Menurut aturan perpajakan pasal 11 ayat 6 UU No. 36 tentang Pph, metode penyusutan dibagi dua, yaitu metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Berikut ini adalah penentuan metode penyusutan: Tabel 2.1 Aturan Penyusutan Menurut Perpajakan No. Golongan / KelompokAset Masa MetodePenyusutan Manfaat GarisLurus Saldo

29 1. 2. Bangunan: a. Permanen b. Non-permanen BukanBangunan: a. Kelompok 1 b. Kelompok 2 c. Kelompok 3 d. Kelompok 4 20 tahun 10 tahun 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 5% 10% 25% 12,5% 6,25% 5% Sumber : Undang-undang Nomor 36 Pasal 11 Ayat 6 Tentang Pph Menurun - - 50% 25% 12,5% 10% 2.4.4.1.5 Format Neraca Tabel 2.2 Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca) PT. X LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) PER 31 DESEMBERR 20XX ASET Aset Lancar Kas dan setara kas Piutang usaha Persediaan Aset lancar lainnya Total Aset Lancar Aset Tidak Lancar Aset keuangan tersedia untuk dijual Investasi dalam entitas asosiasi Aset Tetap Aset tak berwujud lainnya Goodwill

30 Total Aset Tidak Lancar Total Aset LIABILITAS Liabilitas Jangka Pendek Utang usaha dan terutang lainnya Pinjaman jangka pendek Bagian pinjaman jangka panjang Utang jangka pendek Provisi jangka pendek Total Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Pinjaman jangka panjang Pajak tangguhan Provisi jangka panjang Total Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas EKUITAS Ekuitas yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham Saldo laba Komponen ekuitas lainnya Kepentingan non pengendali Total Ekuitas Total Liabilitas dan Ekuitas Sumber : PSAK No. 1 (Revisi Juni 2012)

31 2.4.4.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi adalah suatu daftar/laporan yang mengukur keberhasilan operasional perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Dalam SAK-ETAP (2009:174) dijelaskan bahwa, Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan dengan beban. Menurut Kieso, dkk (2010:144), Laporan Laba Rugi didefinisikan sebagai berikut: The income statement is the report that measures the success of company operations for a given period of time. The business and investment community uses the income statement to determine profitability, investment value, and creditworthines. It provides investors and creditors with information that helps them predict the amount, timing, and uncertainty of future cash flows. Berdasarkan SAK-ETAP (2009:23) laporan laba rugi paling tidak harus mencakup pos-pos sebagai berikut: 1. Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode ketika arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (SAK-ETAP: 2009:176) 2. Beban/Biaya

32 Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. (SAK-ETAP: 2009:168) 3. Bagian laba atau rugi yang berasal dari investasi yang menggunakan metode ekuitas 4. Beban pajak 5. Laba atau rugi neto 2.4.4.2.1 Format Laporan Laba Rugi Dalam Pernyataan SAK-ETAP (2009:24), terdapat dua analisis metode dalam penyajian laporan laba rugi yaitu metode sifat beban dan metode fungsi beban atau fungsi biaya. 1. Metode Sifat Beban Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasrkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan) dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas.

33 Tabel 2.3 Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Sifat Beban PT. X Laporan Laba Rugi Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xx Pendapatan Pendapatan Operasi Lain Perubahan Persediaan Barang Jadi dan Barang dalam Proses Bahan Baku yang Digunakan BebanPegawai Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Operasi Lainnya Jumlah Beban Operasi () LabaOperasi Sumber : SAK-ETAP (2009:24) 2. Metode Fungsi Beban atau Metode Fungsi Biaya Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurangkurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya. Tabel 2.4 Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Fungsi Beban PT. X Laporan Laba Rugi Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xx Pendapatan Beban Pokok Penjualan ()

34 Laba Bruto Pendapatan Operasi Lainnnya Beban Pemasaran Beban Umum dan Admnistrasi Beban Operasi Lain Laba Bersih Sumber : SAK-ETAP (2009:25) () () () 2.4.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas (Owner s Equity Statement) yaitu: Menurut SAK-ETAP (2009:26), laporan perubahan ekuitas Menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam period etersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividend dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut. Berdasarkan SAK-ETAP (2009 : 26-27) informasi yang disajikan entitas dalam laporan perubahan ekuitas menunjukkan: (a) laba rugi untuk periode; (b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; (c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai kebijkaan akuntansi, estimasi, dan kesalahan; (d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah terrcatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari: (i) laba atau rugi

35 (ii) (iii) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuiitas jumlah investasi, dividend dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasury, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian. 2.4.4.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK-ETAP (2009:28-30), menyatakan bahwa pelaporan arus kas terdiri dari : 1. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi dampak dari : - Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan,

36 - Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, dan - Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. 2. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Jumlah agregat arus kas yang berasal dari akuisisi dan pelepesan entitas atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. 2.3.4.4.1 Format Laporan Arus Kas Di bawah ini merupakan contoh format laporan arus kas menurut Donald E. Kieso (2008:217) Tabel 2.5 Format Laporan Arus Kas PT. X Laporan Arus Kas Untuk periode yang berakhir 31 Desember 20xx Arus Kas dari Aktivitas Operasi Laba bersih Penyesuaian untuk merkonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Beban penyusutan Amortisasi aktiva tak berwujud

37 Keuntungan atas penjualan aktiva pabrik Kenaikan piutang usaha bersih Penurunan persediaan Penurunan utang usaha Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Penjualan aktiva pabrik Pembelian peralatan Pembelian tanah Kas bersih yang digunakan oleh aktivitas investasi () () () () () Arus kas dari aktivitas pembiayaan Pembayaran dividen tunai () Penerbitan saham biasa Penebusan obligasi () Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan Kenaikan bersih kas Kas pada awal tahun Kas pada akhir tahun Sumber : Donald E. Kieso, Akuntansi Intermediate. (2008:217) 2.4.4.5 Catatan Atas Laporan Keuagan (Notes to Financial Statement) Berdasarkan SAK-ETAP (2009:34), Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

38 Struktur catatan atas laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009:34) yaitu harus : 1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu; 2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan 3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan. Menurut SAK-ETAP, yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keungan adalah : 1. Pengungkapan kebijakan akuntansi Kebijakan akuntansi yang harus diungkapkan secara siginifikan adalah : a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan; b) Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami laporan keuangan. 2. Informasi tentang pertimbangan Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari hal-hal yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan keuangan lainnya yang digunakan manajemen dalam proses penerapan

39 kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan. 3. Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi entitas harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan sumber-sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan yang menyebabkan adanya suatu penyesuaian yang material terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban dalam laporan keuangan tahun berikutnya.