BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sektor terpenting dalam pembangunan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sebagai penyelaras kegiatan ekonomi pada masa-masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa Pemerintah akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. melakukanpembangunan Negara adalah Pajak. Pajak selain untuk. pembangunan Negara pajak juga digunakan untuk pendanaan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

EVALUASI PENGENAAN KEBIJAKAN PPH FINAL PADA UMKM. Abstrak. Berdasarkan Skema ketentuan mengenai PPh Final dalam PP 46 dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Inasius (2014) di Indonesia, jumlah UMKM mencapai 56 juta unit dan

Judul : Mekanisme Penerapan PP Nomor 46 atas Omzet pada CV. X ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN

BAB5 PENUTUP. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tersebut. Untuk perubahan Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak yang diatur dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN berasal dari pajak dan, realisasi penerimaan perpajakan

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara, salah satunya pendanaan negara didapatkan dari pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha di Indonesia. Pajak merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber terpenting sebagai penghasilan bagi Negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Rp1.529 trilyun kontribusi pajak terhadap pendapatan negara sebesar Rp1.193

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara Indonesia diperoleh dari penerimaan dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BABl PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama yang menjadi andalan bagi. penerimaan kas Negara Indonesia, selain penerimaan negara dari sumber

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH DITERAPKANNYA PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013 DI UMKM ONYX TULUNGAGUNG RINGKASAN SKRIPSI

BAB V PENUTUP. tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib. pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusi pajak sangat besar terhadap penerimaan negara. Potensi penerimaan perpajakan masih dapat ditingkatkan.

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. menimbulkan kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada pajak (budgetair dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki bermacam-macam ketentuan pajak untuk para

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab

BAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. Era Globalisasi dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan Negara yang dominan.reformasi perpajakan mulai berjalan dan telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan negara.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara salah satunya dari sektor pajak. Pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada 2013 pemerintah mengeluarkan PP No 46 Tahun 2013 tentang

PENERAPAN KOREKSI FISKAL DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV. A TAHUN PAJAK 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara. dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan telah melaksanakan

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian nasional amat besar salah satunya adalah penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak

Oleh Erika Ratih Windarti Dosen Pembimbing : Dwi Sulistiani, SE., MSA., Ak., CA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang awalnya official assessment system menjadi self assessment system. Self

BAB I PENDAHULUAN. baik itu badan atau pribadi. Namun dalam hal upaya peningkatan penerimaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sektor terpenting dalam pembangunan dan mempertahankan tegaknya Negara Indonesia, tanpa pajak pasti pembangunan nasional tidak akan terwujud. Untuk mensukseskan pembangunan nasional, maka peranan penerimaan dalam negeri sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis. Pendapatan negara tahun 2013 sebesar Rp1.529 trilyun kontribusi pajak terhadap pendapatan negara tahun 2013 sebesar Rp1.193 trilyun atau sebesar 78% dari total pendapatan negara (www.kemenkeu.go.id). Demikian juga kontribusi penerimaan pajak tidak termasuk bea dan cukai meningkat setiap tahunnya. Dengan adanya pengikutan kebutuhan dana pemerintah yang relatif cukup besar untuk menjalankan roda pemerintahan maka pemerintah cenderung mengoptimalkan sumber-sumber pemerintahan negara yang stabil, berasal dari masyarakat sendiri dan dari realokasi dana yang berasal dari simpanan masyarakat yaitu dari sektor perpajakan ( Salim Muhammad, 2013). Eksistensi dan keberlangsungan suatu negara tidak terlepas dari peran serta rakyatnya antara lain dari pembayaran pajak. Oleh karena itu dimensi hubungan pemerintah antara pemerintah yang mewakili negara disatu pihak, dengan rakyat dipihak lain selaku wajib pajak merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan. Tuturan agar rakyat sadar membayar pajak 1

2 harus diimbangi dengan perlakuan yang adil, sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang mewadahi penegakkan hukum baik administrasi, hukum pidana, perlindungan hukum yang preventif dan represif, sampai halhal yang teknis seperti penegakkan hukum, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak dan lain-lainnya (Salim Muhammad, 2013). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sekarang mulai berkembang dengan baik dan mampu menghasilkan keuntungan. UMKM merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup besar dalam perekenomian nasional. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 UMKM adalah usaha yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha dengan peredaran tertentu. Usaha Mikro yakni usaha yang mempunyai peredaran bruto maksimal Rp300 juta setahun, Usaha Kecil yakni usaha yang mempunyai peredaran bruto >Rp300 juta s/d Rp2.5 miliar setahun dan Usaha Menengah yakni usaha yang mempunyai peredaran bruto >Rp 2.5 miliar s/d Rp50 miliar setahun. UMKM tahun 2013 terbukti memberikan kontribusi 57,12 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan, jumlah UMKM di Indonesia kini mencapai 55,2 juta unit usaha atau sebesar 99,98 persen dari total usaha di Indonesia. Bahkan sektor ini telah menyerap 101,72 juta orang tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia (Trijaya Sindo, 2013). Oleh karena itu sudah selayaknya UMKM berpartisipasi dalam menambah penerimaan negara diantaranya melalui pembayaran pajak penghasilan.

3 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dengan penghasilan bruto setahun kurang dari Rp4.8 miliar maka penghasilan netonya dapat dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Penghitungan penghasilan neto dan pajak terutang menggunakan Norma Penghitungan dengan cara mengalikan besarnya peredaran bruto dengan Presentase Norma Penghitungan. Wajib pajak Orang Pribadi diperkenankan menggunakan pencatatan. Menghitung besarnya pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan Norma Penghitungan terdapat dua pendekatan yang dipilih sesuai dengan kategori peredaran bruto/omzetnya. Pajak penghasilan disajikan dalam menyusun laporan keuangan fiskal. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan fiskal maka yang harus dicermati pada omzet dari masing-masing usaha dan bentuk usahanya. Pada usaha mikro dengan omzet maksimal Rp300 juta; usaha kecil dengan omzet maksimal Rp2.5 miliar maka dalam menghitung pajak penghasilan menyajikan laporan keuangan fiskalnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto jika usahanya tidak berbentuk Badan Usaha (Firma, CV, PT atau Koperasi). Namun jika usaha mikro dan kecil tersebut berbentuk badan usaha maka penyajian laporan keuangan dibuat melalui proses pembukuan ( Isroah, 2013). Pemerintah terus mengupayakan agar penerimaan Negara melalui sektor pajak dapat meningkat secara terus menerus. Berbagai peraturan telah dikeluarkan untuk mengoptimalisasi pajak agar Anggaran Penerimaan Negara bisa dicapai melalui penerimaan pajak. Dunia usaha belum sepenuhnya bisa

4 menerima perlakuan kebijakan perpajakan yang ada selama ini. Celah kebocoran dari permainan oknum petugas pajak dengan pengusaha dan konsultan masih belum pulih dari akuntabilitas dan transparansi. Inilah salah satu yang mendorong agar UMKM dikenakan tarif pajak khusus bagi yang mempunyai peredaran usaha dibawah Rp4.8 miliar setahun (Isroah, 2013). Pemerintah dalam rangka meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pembangunan mengeluarkan peraturan terbaru yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 2013 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Pokok pengaturan dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah pengenaan PPh dengan tarif sebesar 1% dari peredaran bruto setiap bulan atas penghasilan dari usaha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4.8 miliar dalam satu tahun. PP 46 sejatinya mengandung tiga tujuan utama kemudahan tertib administrasi, transparasi dan peningkatan kontribusi masyarakat dalam pembangunan. Meski tidak secara eksplisit dinyatakan dalam PP 46 tahun 2013, sulit dipungkiri bahwa yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan perpajakan baru ini adalah UMKM. Hal ini terlihat dari batasan peredaran usaha Rp4,8 miliar dalam PP tersebut yang masih dalam lingkup pengertian UMKM (Diatmika I Putu Gede, 2013). Berbeda halnya dengan penerapan kebijakan tarif final atas peredaran usaha khususnya UMKM dimana para pengusaha bisa memilih untuk menghitung terlebih dahulu apakah mereka akan menerapkan tarif tersebut atau malah memilih menggunakan pembukuan akutansi yang sesuai standar yang berlaku secara komprehensip. Disinilah perlunya mengkaji lebih lajut dengan

5 melakukan perbandingan apakah mendapatkan pajak penghasilan terhutang lebih tinggi atau lebih rendah menerapkan tarif kebijakan sesuai PP 46 tahun 2013 atau sebaliknya lebih nyaman dengan kondisi tarif yang sesuai dengan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dengan tariff 25% (Diatmika I Putugede,2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui implementasi PP Nomor 46 tahun 2013, menguji apakah terdapat perbedaan PPh terutang sebelum dan sesudah penerapan PP Nomor 46 tahun 2013, untuk mencari bukti empiris apakah perbedaan PPh terutang tersebut menguntungkan atau tidak, untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian dan untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Pentingnya dilakukan penelitian ini adalah Agar mengetahui bagaimana penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada waktu dan tempat. Penelitian sebelumnya mengambil lokasi penelitian di lingkungan Abianbase Mengwi Badung Bali. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti pada saat ini adalah dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Batang, yaitu meneliti tentang Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang.

6 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BATANG Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM yang Terdaftar di KPP Batang. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang? 2. Apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013? 3. Apakah perbedaan pada PPh terutang tersebut menguntungkan atau tidak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Batang? 4. Apakah ada perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menerapkan Peraturan PemerintahhNomor 46 Tahun 2013? 5. Apakah ada perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelakuumkm yang terdaftar di KPP Batang. 2. Menguji apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 3. Untuk mencari bukti empiris apakah perbedaan pada PPh terutang tersebut menguntungkan atau tidak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Batang. 4. Untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 5. Untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam memaksimalkan pajak penghasilan dari UMKM.

8 2. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dan tambahan pengetahuan mengenai PP Nomor 46 tahun 2013 dan mengembangkan wawasan, khususnya di bidang akuntansi pajak sesuai dengan teori yang didapatkan. 3. Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menambah perbendaharaan penelitian yang telah ada (bahan pustaka) serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.

9 E. Sistematika Penelitian Untuk memperoleh gambaran singkat dalam memudahkan pemahaman atas skripsi ini, perlu dijelaskan sistematika penulisan. Berikut ini penulis akan menguraikan secara garis besar penyusunan skripsi dalam perumusannya dituangkan dalam lima bab dengan tahap-tahap sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah yang menguraikan mengapa penelitian perlu dilakukan, kemudian dirumuskan pokok masalah yang dalam penelitian menyangkut penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Setelah perumusan masalah kemudian ditentukan tujuan dari penelitian, dilanjut dengan manfaat penelitian, dan akhir dari bab I adalah sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan masalah penelitian, penelitian sebelumnya, kerangka teoritis dan perumusan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang Ruang Lingkup Penelitian, Jenis dan Obyek Penelitian, Populasi dan Sampel, Kriteria

10 Sampel, Metode Pengambilan Sampel, Metode Pegumpulan data, Variabel Penelitian, dan Metode Analisis Data. BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini mencakup metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013, menguji apakah terdapat perbedaan PPh terutang sebelum dan sesudah penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, untuk mencari bukti empiris apakah perbedaan PPh terutang tersebut menguntungkan atau tidak, untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian dan untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Kabupaten Batang. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan dan saran-saran yang dapat dijadikan masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan.