Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(2), Juli 2017 ISSN:

3. METODE PENELITIAN

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

ANALISIS POPULASI PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI Harpiosquilla Raphidea WAKTU TANGKAPAN SIANG HARI DI PERAIRAN JUATA KOTA TARAKAN

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

3. METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

Erwin Tanjaya ABSTRAK

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

3. METODE PENELITIAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PER KAPITA DAN PELESTARIAN EKOSISTEM LAUT DI DESA BONDALEM KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG

3. METODE PENELITIAN

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHAN RATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT. Ernawati, Y., dan Butet, N.A.

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Omni-Akuatika, 12 (3): 79-87, 2016 ISSN: print / online Research Article


3. METODE PENELITIAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DENGAN FEKUNDITAS HARPODON NEHEREUS YANG BERASAL DARI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

PERTUMBUHAN, LAJU EKSPLOITASI, DAN POLA REKRUTMEN IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus Park, 1797) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN ALLOMETRI DAN INDEKS KONDISI CAESIO CUNNING DIDAPATKAN DARI HASIL TANGKAPAN NELAYAN KOTA TARAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

STUDI KOMPOSISI MAKANAN IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) DI RAWA TERGENANG DESA MARINDAL KECAMATAN PATUMBAK HADI SYAHPUTRA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sri Salmadinah 1, Farid Yasidi 2, Syamsul Kamri 3

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

Transkripsi:

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BERONANG (Siganus vermiculatus) DI PERAIRAN ARAKAN KECAMATAN TATAPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN 1 Suleiman Tuegeh 2, Ferdinand F Tilaar 3, Gaspar D Manu 3 ABSTRACT One of the goals in the development of fisheries and marine biological resources is the formation of water conservation. Marine biological resources are considered to have significant economic value is rabbitfish. Availability of rabbitfish throughout Indonesia is still relatively large, this is possible because the Rabbitfish is a part of the coral reef ecosystem. The existence of rabbitfish (Siganus vermiculatus) in the waters of Arakan is a source of considerable revenue to help the fishermen in the village of Arakan. Market demand for these fish make the fishermen increasing the catch of rabbitfish in the waters of Arakan. As an initial action on the prevention of exploitation of this resource, one of the main things is the availability of biological information. This study is implemented with the aim to find out some biological aspects of Rabbitfish (Siganus vermiculatus), the L-W relationship, the pattern of growth, condition factor, gonad maturity index, gonado index and the sex ratio. Keywords: Biological aspect, rabbitfish ABSTRAK Salah satu tujuan dalam pembangunan perikanan dan kelautan adalah pembinaan kelestarian sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati laut yang tergolong mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan beronang. Ketersediaan dari ikan ini di seluruh Indonesia masih relatif besar, hal ini dimungkinkan karena ikan beronang merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang. Keberadaan ikan beronang (Siganus vermiculatus) di perairan Arakan merupakan sumber pendapatan yang cukup membantu para nelayan di Desa Arakan. Permintaan pasar akan ikan beronang ini membuat para nelayan semakin giat dalam menangkap ikan beronang yang ada di perairan Arakan. Sebagai tindakan awal pencegahan eksploitasi pada sumberdaya ini salah satu hal utama ialah tersedianya informasi aspek biologi. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan beronang (Siganus vermiculatus) yaitu hubungan panjang berat, pola pertumbuhan, faktor kondisi, indeks kematangan gonad (IKG), indeks gonad (IG) dan perbandingan jenis kelamin. Kata Kunci : Aspek biologi, Ikan beronang 1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi 12

PENDAHULUAN Salah satu tujuan dalam pembangunan perikanan dan kelautan adalah pengelolaan demi kelestarian sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati laut yang tergolong mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan beronang. Ketersediaan dari ikan ini di seluruh Indonesia masih relatif besar, hal ini dimungkinkan karena ikan beronang merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan lingkungan hidup yang baik bagi pertumbuhan, juga merupakan tempat yang mengandung makanan alami seperti phytoplankton dan larva planktonis (Salaki, 1982). Desa Arakan tergolong desa yang baru berkembang, karena desa ini merupakan desa pemekaran dari satu desa besar sebelumnya. Desa ini berhadapan langsung dengan perairan Arakan. Keberadaan ikan beronang (S. vermiculatus) di perairan Arakan merupakan sumber pendapatan yang cukup membantu para nelayan di desa Arakan. Permintaan pasar akan ikan beronang ini membuat para nelayan semakin giat dalam menangkap ikan beronang yang ada di perairan Arakan. Sebagai tindakan awal pencegahan pemanfaatan berlebih pada sumberdaya ini salah satu hal utama ialah tersedianya informasi aspek biologi. Untuk dapat menetapkan langkah langkah pengelolaan yang tepat diperlukan informasi biologi antara lain hubungan panjang berat, pola pertumbuhan, faktor kondisi dan indeks kematangan gonad. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar tentang beberapa aspek biologi dari ikan beronang (S. vermiculatus) mengingat ketersediaan informasi tentang ikan ini masih terbatas. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menetapkan berbagai cara pengelolaan yang nantinya dilakukan semata mata agar sumberdaya ikan beronang ini bisa dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. HASIL Hubungan Panjang Berat Hasil analisis hubungan panjang dengan berat ikan beronang (S. vermiculatus) jantan dan betina di perairan Desa Arakan, dengan nilai r = 0,910 dan R 2 = 84,46% untuk individu jantan dan r = 0,883 dan R 2 = 78,07% untuk individu betina. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Gambar 1. Hubungan panjang berat ikan beronang jantan Gambar 2. Hubungan panjang berat ikan beronang betina Pola Pertumbuhan Hasil uji-t ikan beronang (S. vermiculatus) pada individu jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 1. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung kurang dari t tabel. 13

Faktor Kondisi Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai faktor kondisi ikan beronang (S. vermiculatus) jantan dan betina per individu dan nilai faktor kondisi ikan Beronang menurut kelas panjang baku yang dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Indeks kematangan gonad (IKG) dan indeks gonad Hasil analisis indeks kematangan gonad (IKG) dan indeks gonad ikan beronang (S. vermiculatus) dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio) Perbandingan jenis kelamin dilakukan pada sampel sebanyak 34 individu ikan beronang (S. vermiculatus) yang terdiri dari 21 individu jantan dan 13 individu betina. Hasil analisis perbandingan jenis kelamin antara individu jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 5. Nilai khi-kuadrat hitung = 1,88; nilai khi-kuadrat tabel (0,05 : 1) = 3,84, sehingga keputusan adalah terima H 0 atau sex ratio individu jantan dan betina tidak bermakna. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada ikan beronang (S. vermiculatus) yang berjumlah 34 ekor, 21 ekor individu jantan dan 13 ekor individu betina. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana S. vermiculatus jantan dan betina, besar nilai r jantan dan r betina adalah 0,919 dan 0,883. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Nilai R 2 jantan sebesar 84,46 yang berarti 84% dari jumlah data panjang tubuh dapat menentukan berat tubuh dan sama halnya terjadi pada individu betina yaitu nilai R 2 sebesar 78,01. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam setiap pertambahan 1 mm panjang maka berat tubuh individu jantan bertambah sebesar 0,000254 L 2,5346 dan 0,000638 L 2,3737 untuk individu betina. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa individu jantan lebih berat daripada individu betina. Hal ini berbeda dengan penjelasan Letsoin (2006) bahwa berat ikan betina umumnya lebih berat daripada ikan jantan. Hasil perhitungan pola pertumbuhan dari S. vermiculatus jantan diperoleh nilai t hitung (1,865) < t tabel (2,832) dan pada betina nilai t hitung (1,650) < t tabel (2,202) yang berarti pola pertumbuhan jantan dan betina adalah isometrik, artinya pertambahan panjang seiring dengan pertambahan berat (Effendie, 1997). Pola pertumbuhan seperti ini juga terjadi pada ikan beronang (S. fuscescens) dari hasil penelitian Letsoin (2006) di perairan Desa Ngilngof Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku. Hasil yang berbeda ditunjukkan penelitian Muaya (1999) pada S. fuscescens dan Majore (2006) pada S. argenteus, yaitu pola pertumbuhan allometrik. Perbedaan hasil tersebut diduga disebabkan perbedaan umur ikan atau pada saat masa pertumbuhan, di mana energi dari makanan dipakai untuk pertumbuhan berat dari pada pertumbuhan panjang atau juga dikarenakan ikan yang dijadikan sampel tersebut telah selesai memijah, di mana apabila telah memasuki tahap matang gonad, berat tubuh akan melebihi berat sebagaimana biasanya. Carlender in Effendie (1979), menyatakan nilai b yang berada diluar kisaran 2,5 3,5 menunjukkan ikan tersebut mempunyai bentuk tubuh diluar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan yang umum. S. vermiculatus jantan mempunyai nilai kisaran 0,1577 sampai 0,2401 dan nilai K rata-rata mulai dari 0,1709 sampai 0,2159, pada S. vermiculatus betina, nilai kisaran berada pada 0,1673 sampai 0,2204. Pada seluruh selang kelas, jantan maupun betina semua nilai K rata-rata lebih kecil 1. Menurut Rounseffel dan Everhart in Letsoin (2006), perkembangan ikan dikatakan baik apabila nilai K > 1 dan kurang baik apabila nilai K < 1. Dengan demikian maka ikan beronang (S. vermiculatus) yang ada di perairan Arakan mempunyai 14

perkembangan yang kurang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah dan kualitas makanan di perairan tersebut rendah. Dapat dilihat pada tiap selang kelas, jantan maupun betina, terjadi penurunan nilai rata-rata K yang terlihat pada selang kelas tertentu seperti yang terjadi di selang kelas 253,15-263,21 untuk individu jantan dengan nilai K rata-rata 0,1986 yang terus menurun sedangkan nilai selang kelas terus naik, untuk individu betina pada selang kelas 233,01-243,07 dengan nilai K rata-rata 0,2098 yang juga terus menurun seiring dengan naiknya nilai selang kelas. Effendie (1997) mengemukakan bahwa ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif tinggi kemudian menurun ketika ikan bertambah ukurannya. Indeks kematangan gonad (IKG) dan indeks gonad (IG) merupakan indeks sederhana yang menggambarkan perubahan gonad secara relatif dari waktu ke waktu. Nilai IKG dapat berubah karena adanya perubahan terhadap berat tubuh atau berat gonad ikan. Nilai IKG betina berkisar 0,1506-2,1845 dengan panjang total 236,72-298,84 mm dan memiliki nilai rata-rata 0,2850-1,4882. Sedangkan nilai Indeks gonad betina berkisar 2,9615-40,6839 dan memiliki nilai rata-rata 5,1920-28,4828. Effendie (1997) mengemukakan bahwa nilai rata-rata indeks kematangan gonad dan indeks gonad tidak cukup sebagai satu kriteria untuk menunjukkan puncak pemijahan karena selama dalam puncak pemijahan tadi ada ikan yang sudah memijah dengan IKG akan meningkat atau bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai maksimum pada saat akan terjadi pemijahan dan akan menurun secara drastis pada saat pemijahan berlangsung sampai selesai. Perbandingan jenis kelamin antara individu jantan dan betina S. vermiculatus adalah tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis perbandingan jenis kelamin S. vermiculatus jantan dan betina dengan menggunakan uji khi-kuadrat diperoleh hasil tabel < hitung dan menolak hipotesa bahwa perbandingan antara individu jantan dan betina adalah 1:1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa spesies ini mengalami kesulitan dalam mencari pasangan kawin. KESIMPULAN Terjadi pertambahan panjang ikan beronang (S. vermiculatus) seiring dengan pertambahan berat. Pola pertumbuhan ikan Beronang (S. vermiculatus) yaitu isometrik (t hitung < t tabel ) yang berarti pertambahan panjang tubuh seiring dengan pertambahan berat tubuh. Nilai rata-rata faktor kondisi individu jantan dan betina berada pada kisaran lebih kecil 1 menunjukkan S. vermiculatus jantan dan betina memiliki perkembangan yang kurang baik Kisaran nilai indeks kematangan gonad berkisar antara 0,1506 sampai 2,1845 dengan panjang total 236,72 mm sampai 298,84 mm. Kisaran nilai indeks gonad betina berkisar antara 2,9615 sampai 40,6839 dan memiliki nilai ratarata 5,1920 sampai 28,4828. Perbandingan jenis kelamin dari 34 individu yang diperoleh dengan jumlah 21 individu jantan dan 13 individu betina tidak 1:1. DAFTAR PUSTAKA Effendie M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hal. Effendie M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 Hal. Letsoin P. 2006. Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (S. fuscescens) di Perairan Desa Ngilngof Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. 52 Hal. Majore E. 2006. Komposisi spesies dan Ukuran Ikan Beronang (Siganidae; Siganus spp.) di Daerah Terumbu Karang Perairan 15

Bitunuris Kecamatan Lirung Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. 48 Hal. Muaya D.A. 1999. Keanekaragaman Makanan Ikan Beronang, S. fuscecens (Houttuyn, 1782) di Perairan Arakan, Kecamatan Tumpaan, Minahasa. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. 47 Hal. Salaki, M. S., 1982. Suatu Penelaahan Mengenai Perkembangan Gonada Ikan-Ikan Karang Dominan Di Perairan Sekitar Lapango- Mahumu Kabupaten Sangihe- Talaud. Tesis. Fakultas Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. 58 Hal. Peta Lokasi Penelitian Tabel 1. Pola Pertumbuhan Ikan Beronang (S. vermiculatus) Jantan dan Betina Jenis Kelamin b t Hitung Tabel Pola Pertumbuhan Jantan 2,5346 1,865 2,832 Isometrik Betina 2,3737 1,650 2,202 Isometrik 16

Tabel 2. Nilai faktor kondisi ikan beronang (S. vermiculatus) per individu jantan Panjang total (mm) Berat ikan (g) Selang Kelas K 212,87 183 I 0,1897 231,09 224 II 0,1815 232,33 257 II 0,2049 237,56 303 III 0,2260 237,61 276 III 0,2057 245,49 279 IV 0,1886 244,19 301 IV 0,2067 254,11 394 V 0,2401 262,3 325 V 0,1801 262,38 331 V 0,1832 260,37 337 V 0,1909 266,66 359 VI 0,1893 264,68 390 VI 0,2103 269,55 344 VI 0,1756 266,96 304 VI 0,1598 276,4 404 VII 0,1913 292,33 455 VIII 0,1821 285,75 368 VIII 0,1577 289,11 532 VIII 0,2202 303,45 447 IX 0,1600 300,65 494 IX 0,1818 Tabel 3. Nilai IKG ikan beronang (S. vermiculatus) per individu. Panjang total (mm) Berat gonad (g) Berat Ikan (g) IKG (%) 240,89 1 280 0,3571 236,72 0,8 291 0,2749 257,62 1,2 286 0,4196 261,44 1 351 0,2849 256,54 0,5 332 0,1506 273,63 1,4 427 0,3279 272,56 3,4 378 0,8995 272,1 3,2 370 0,8649 265,18 1,2 411 0,2920 273,37 3,4 356 0,9551 278,05 3,5 442 0,7919 280,72 9 412 2,1845 298,84 4,2 463 0,9071 Tabel 4. Nilai indeks gonad ikan beronang (S. vermiculatus) betina per individu. 17

Panjang total Berat gonad Berat ikan (mm) (g) (g) Selang Kelas IG 240,89 1 280 III 7,1539 236,72 0,8 291 III 6,0309 257,62 1,2 286 V 7,0185 261,44 1 351 V 5,5961 256,54 0,5 332 V 2,9615 273,63 1,4 427 VI 6,8334 272,56 3,4 378 VI 16,7916 272,1 3,2 370 VI 15,8842 265,18 1,2 411 VI 6,4352 273,37 3,4 356 VI 16,6428 278,05 3,5 442 VII 16,2817 280,72 9 412 VII 40,6839 298,84 4,2 463 IX 15,7374 Tabel 5. Nilai perbandingan jenis kelamin ikan beronang (S. vermiculatus) Kelamin O E O/E O-E (O-E) 2 (O-E) 2 /E Jantan 21 17 1,24 4 16 0,94 Betina 13 17 0,76-4 16 0,94 Jumlah 34 34 2 0 32 1,88 18