HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) TERHADAP UMPAN DAN KEDALAMAN PADA PERIKANAN HANDLINE DI SELAT MAKASSAR

UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR UKURAN DAN JUMLAH TANGKAPAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares MENURUT WAKTU PENANGKAPAN DAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PERBANDINGAN STRUKTUR UKURAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) YANG TERTANGKAP PADA RUMPON LAUT DALAM DAN LAUT DANGKAL DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TUNA DENGAN METODE SPWANING POTENTIAL RATIO DI PERAIRAN SENDANGBIRU

J. Sains & Teknologi, April 2014, Vol.14 No.1 : ISSN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK BIOLOGI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI PERAIRAN TELUK BONE Wayan Kantun dan Muhahamad Fadillan Amir ABSTRAK

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR UMUR, POLA PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares (Bonnatere, 1788) DI SELAT MAKASSAR Wayan Kantun 1 dan Faisal Amir 2

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

3. METODE PENELITIAN

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ABSTRAK

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

3. METODE PENELITIAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Sumber daya ikan terubuk (Clupeidae: Tenualosa sp.) di perairan Pantai Pemangkat, Kalimantan Barat

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

PERFORMA HASIL TANGKAPAN TUNA DENGAN PANCING TONDA DI SEKITAR RUMPON. (Performance Catch of Tuna from Troll Line in Rumpon) Oleh:

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

Mochamad Arief Sofijanto, Risti Kristina, Hari Subagio. Universitas Hang Tuah Surabaya ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Size-frequency and allometric growth of the yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788), caught in the Molluca Sea, Indonesia

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

KAJIAN POPULASI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) YANG DIDARATKAN DI PPN PRIGI, JAWA TIMUR

STRUKTUR UKURAN, TIPE PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma) DI PERAIRAN MAJENE

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

DINAMIKA POPULASI IKAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

3. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 :

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah Produksi YellowfinTuna

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

Transkripsi:

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa 2) Politeknik Pertanian Pangkajene Kepulauan Email: aryakantun@yahoo.co.id ABSTRAK Ikan tuna madidihang diperairan Majene telah lama dimanfaatkan oleh nelayan dengan berbagai macam jenis alat tangkap sehingga diduga telah terjadi pemanfaatan berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas sumberdaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bobot panjang ikan tuna madidihang. Data yang dipergunakan berupa data primer yang merupakan hasil pengukuran langsung dengan mengikuti nelayan penangkap tuna dengan menggunakan pancing ulur selama setahun mulai Januari-Desember 2011. Data dianalisa dengan menggunakan persamaan kurva geometrik. Hasil analisis secara umum menunjukkan hubungan antara bobot panjang baik jantan dan betina bersifat allometrik negatip (b<3), yakni jantan dengan nilai b=2,623 dan betina b=2,565). Sedangkan nilai b yang mencerminkan pola pertumbuhan secara temporal menunjukkan pola yang bervariasi berkisar 1,767-3,145 untuk kombinasi; berkisar 1,681-3,04 untuk jenis kelamin jantan dan 1,880-3,217 untuk jenis kelamin betina. Pola pertumbuhan temporal umumnya di bawah 3 (b < 3, allometrik negatip), kecuali pada bulan Maret, yaitu b>3 (allometrik positip). Kata kunci: Bobot, panjang, pola pertumbuhan, Tuna madidihang,. PENDAHULUAN Tuna madidihang merupakan ikan pelagis besar, yang bernilai ekonomis tinggi, memiliki pangsa pasar ekspor yang luas, dengan harga yang tinggi. Kebutuhan dan permintaan pasar yang terus mengalami peningkatan sehingga membutuhkan kontinuitas bahan baku. Untuk memenuhi permintaan, menyebabkan intensitas penangkapan semakin meningkat. Peningkatan intensitas penangkapan terjadi hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia Makassar. termasuk di Selat Intensitas penangkapan menyebabkan tuna madidihang mengalami penurunan ukuran stok yang tertangkap dari segi bobot-panjang, ukuran individu dan ukuran populasi. Penurunan ukuran tersebut berakibat pada penurunan produksi dari segi bobot maupun jumlah. Hasil penelitian Kantun (2012-c-d dan 2013) menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan produksi yang berimbas pada penurunan kelimpahan di WPPRI 713 (Selat Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone) sebagai akibat dari pemanfaatan yang berlebih (over eksploitasi). Penelitian tentang tuna madidihang di perairan Majene Selat Makassar telah dilakukan oleh Kantun (2012) berkaitan dengan kondisi stok, hubungan kekerabatan dan kelimpahan relatif. Selain itu juga telah diteliti optimalisasi pemanfaatan oleh Kantun dkk, (2013) yang berhubungan dengan kebiasaan makan, swimming layer, waktu penangkapan dan jenis umpan. Untuk mengetahui kondisi populasi tuna madidihang saat ini, maka perlu dilakukan kajian pertumbuhan di perairan Majene Sulawesi Barat. Salah satu bagian dari kajian dimaksud adalah 39

Bobot Ikan (kg) Bobobt Tubuh (kg) menganalisis hubungan bobot panjang tuna madidihang secara temporal. Y = log W, X = log L, Volume 4 Nomor 2 Juli-Desember 2013 b = slope dan a = log q = intersep MATERI DAN METODE Data bobot (kg) dan panjang cagak (cm) tuna madidihang diukur dari seluruh hasil tangkapan yang dilakukan di atas kapal nelayan yang menangkap dengan pancing ulur. Data dianalisis dengan formula yang dikemukakan oleh Sparre et al., 1989 yaitu: W = q L b.(1) Keterangan : Jika nilai b = 3, maka pertumbuhannya isometris, yaitu tingkat pertumbuhan panjang, lebar dan tinggi ikan adalah sama dan jika tidak sama dengan 3, pertumbuhannya allometris, yaitu allometris positif apabila b > 3; dan allometris negatif apabila b < 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Bobot Panjang Hasil analisis hubungan bobot panjang W L q dan b = berat ikan (kg), = panjang cagak (cm), = parameter kombinasi jenis kelamin betina dan jantan tuna madidihang seperti tercantum pada Gambar 1A dengan formula W= 0,000L 2,596 (R 2 =0,941), untuk Persamaan (1) merupakan persamaan kurva geometrik yang dapat ditransformasikan ke persamaan regresi linear dengan melogaritmakan menjadi : log W = log q + b log L (2) jenis kelamin jantan dengan hubungan W = 0,0000L 2,263 (R 2 =0,944) (Gambar 1B) dan W = 0,000L 2,565 (R 2 =0,937) (Gambar 2A). Keeratan hubungan antara bobot dengan panjang ditentukan oleh masing-masing koefisien atau determinasinya (R 2 ). Ini memberi informasi Keterangan : Y = a + b. X (3) bahwa pertambahan berat sekitar 93,7-94,4 % dapat dijelaskan oleh besarnya pertambahan 6 5 y = 0,000x2,596 R² = 0,941 5 10 15 20 A Panjang Cagak (cm) 6 5 y = 1E-04x2,623 R² = 0,944 5 10 15 20 B Panjang Cagak 9cm) Gambar 1. Hubungan Bobot Tubuh dengan Panjang Cagak Tuna Madidihang Betina dan Jantan (A) dan Jantan (B). 40

Bobobt Tubuh (kg) Nilai Slope Volume 4 Nomor 2 Juli-Desember 2013 6 5 y = 0,000x2,565 R² = 0,937 3.5 3.0 2.5 2.0 A 5 10 15 20 Panjang Cagak (cm) 1.5 1.0 B J F M A M J J A S O N D Waktu (bulan) Betina Jantan Kombinasi Gambar 2. Hubungan Bobot Tubuh dengan Panjang Cagak Tuna Madidihang Betina (A) dan Hubungan Nilai Slope b dengan Waktu Pengambilan Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kombinasi (B). panjang melalui hubungan regresinya. Hasil analisis hubungan bobot panjang secara temporal tuna madidihang seperti tercantum pada Gambar 2B, dengan nilai determinasi untuk jenis tuna madidihang betina berkisar 0,935-0,991 sedangkan yang jantan berkisar 0,791-0,994, sementara nilai determinasi kombinasi berkisar 0,862-0,987. Sedangkan nilainilai b ( slope ) berkisar 1,880-3,217 untuk jenis kelamin betina; berkisar 1,681-3,04 untuk jenis kelamin jantan dan berkisar 1,767-3,145 untuk kombinasi. Nilai-nilai b secara temporal umumnya bersifat allometrik negatif (b<3) kecuali pada bulan Maret yang allometrik positif (b>3) yakni 3.217. Rohit dan Ramohan (2009) di perairan Andhra India memperoleh hubungan bobot panjang yang bersifat allometrik positip yakni W= 0,008634L 3,12.. Merta dkk, (2006) di perairan Selatan Pelabuhan Ratu (Samudra India) memperoleh hasil yang allometrik positip W=0,111337L 3,040. Rumanov (2000) di Samudra India memperoleh hasil allometrik negatip (b<3) atau W=0,000031L 2,8595, sedangkan Tantivala (2000) di samudra India bagian Timur mendapatkan pola pertumbuhan allometrik negatip (b<3) W=0,000082L 2,6480. Miazwir (2012) di Samudra India memperoleh hubungan yang bersifat allometrik positip (b<3) atau W=0,00001FL 3,0521. Dissanayake at al. (2008) memperoleh hubungan yang allometrik negatip yaitu W=0,00002FL 2,9835 di bagian barat daya dan timur laut Sri Langka. Pertumbuhan allometrik positip (b>3) pada penelitian ini atau kondisi ikannya gemuk terjadi pada bulan Maret baik untuk jenis kelamin betina dan jantan. Hal ini diduga berkaitan dengan musim pematangan gonad dan pemijahan yang terjadi pada bulan tersebut. Pematangan gonad ini sejalan dengan hasil penelitian Kantun (2011; 2012a-b dan 2013a-b) bahwa kematangan gonad primer terjadi pada bulan Maret dan sekunder 41

terjadi pada bulan Oktober, yang ditandai oleh puncak-puncak nilai Indeks Kematangan Gonad. Sedangkan sebelas bulan yang lainnya bersifat allometrik negatip (b<3) karena sebagian besar ikan tuna yang tertangkap berada pada kondisi belum matang sehingga pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot. Perbedaan nilai b bisa saja terjadi antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama atau antara populasi yang sama pada tahun-tahun yang berbeda yang berhubungan dengan kondisi biologis dan ekologis yakni daya dukung lingkungan tempat ikan hidup. Perubahan lingkungan dan kondisi biologis ikan dapat menyebabkan terjadinya perubahan hubungan bobot panjang. Perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi ikan yang bergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. KESIMPULAN 1. Pola pertumbuhan ikan tuna madidihang di perairan Majene Selat Makassar umumnya bersifat allometrik negatip (b < 3); dengan kata lain pertambahan panjang lebih cepat dari pada bobotnya. 2. Variasi temporal hubungan bobot panjang ikan tuna madidihang bulanan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hanya pada bulan Maret pola pertumbuhannya allometrik positip baik jantan maupun betina. DAFTAR PUSTAKA Dissanayake, D.C.T.,E.K.V.S.Weera and C.Amarasiri, 2008. Fishery and feeding habits of yellowfin tuna Thunnus albacores targeted by coastal tuna longlining in the north western and north eastern coasts os Sri Lanka, J.Aquat.Sci. 13: 1-21. 2011. Ukuran Pertama kali matang gonad dan nisbah kelamin tuna madidihang di perairan Majene Selat Makassar. Ukuran Pertama Kali matang Gond dan Nisbah Kelamin Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Balik Diwa. Vol 2 (2) ISSN 2086-7530. Kantun, W., 2012a. Kondisi Stok, Hubungan Kekerabatan dan Keragaman Genetik Tuna Madidihang Thunnus albacares di WPPRI 713 (Selat Makassar, Laut Flores dan Teluk Bone). Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar 2012b. Ukuran Pertama Kali matang Gond dan Nisbah Kelamin Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di WPPRI 713 (Teluk Bone dan Laut Flores). Jurnal Science Universitas Hasanuddin 2012c. Dinamika populasi tuna madidihang Thunnus albacares di WPPRI 713. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional di Mataram. Kantun, W dan S.A.Ali., 2012d. Kelimpahan tuna madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Balik Diwa. Vol 3 (1) ISSN 2086-7530. Kantun, W dan F.Amir., 2013a. Struktur Umur, Pola Pertumbuhan dan Mortalitas Tuna Madidihang Thunnus albacares (Bonnatere, 1788) di Selat Makassar. Jurnal Balik Diwa. Vol 4 (1) ISSN 2086-7530. Kantun, W., A.Mallawa dan L.R.Nuraeni, 2013b. Struktur Ukuran dan jumlah tangkapan tuna madidihang Thunnus albacares Berdasarkan waktu penangkapan dan kedalaman di perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Saintek perikanan Universitas Diponegoro. ISSN No: 1858-4748. 42

Mertha, G.S., M.Nurhuda dan A.Nasrullah, 2006. Perkembangan Perikanan Tuna di Pelabuhan ratu. Jurnal Lit. Perikan. Ind. Vol 12 No.2. Agustus. Miazwir, 2012. Analisis aspek biologi reproduksi ikan tuna Sirip kuning Thunnus albacares yang tertangkap di Samudera Hindia. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam. Program magister ilmu kelautan. Universitas Indonesia. Rohit dan Ramohan, 2009). Fishery and Biological Aspects of Yellowfin Tuna Thunnus albacares along Andhra Coast, India. Asian Fisheries Science 22 (2009): 235-244. Romanos, E.V., 2000. By catch in the Sovyet purse seine tuna fisheries on FAD associated schools in North Equatorial Area of the western Indian Ocean. IOTC/WPTT/00/31.21p. Tantivala, C.H. 2000. Some biological study of yellow fin tuna Thunnus albacares and big eye tuna Thunnus obesus on the eastern Indian Ocean. WPTT/00/30.10p. 43