PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS

dokumen-dokumen yang mirip
banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

(Michael Riffaterre) (S.S)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, puisi selalu diciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

ANALISIS SEMIOTIKA RIFFATERRE DALAM PUISI DONGENG MARSINAH KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

ANALISIS PUISI SURAT CINTA DAN MALAIKAT DI GEREJA ST. JOSEF KARYA W. S. RENDRA: PENDEKATAN SEMIOTIKA RIFFATERRE

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIKA PADA MAKNA PUISI KARYA SISWA SD NEGERI 1 MEKARHARJA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah

PEMAKNAAN TERHADAP PUISI ПОДРАЖАНИЯ КОРАНУ TIRUAN QUR AN KARYA A.S PUSHKIN (TERAPAN TEORI SEMIOTIKA RIFFATERRE)

ABSTRACT. Semiotics, Signifier, Signified, Denotation, Connotation. yang terlintas di dalam hati. Bloomfield (1996:3-4) mengatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya,

PUISI BIMA, SAUDARA KEMBAR, TELINGA, DAN DEWA RUCI: Tinjauan Semiotik Riffaterre

KUMPULAN PUISI AKU INGIN JADI PELURU KARYA WIJI THUKUL: TINJAUAN SEMIOTIK THE POEM COLLECTION OF WIJI THUKUL S AKU INGIN JADI PELURU: SEMIOTIC REVIEW

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai

REPRESENTATION OF WOMAN S WISDOM IN ROBERT HERRICK S POEM: THE LILY IN A CRYSTAL THESIS BY HILMY ADLAN SAFRIANSYAH

SEMIOTIK DALAM ANTOLOGI PUISI DARI AMERIKA KE CATATAN LANGIT KARYA DENDY SUGONO DAN ABDUL ROZAK ZAIDAN

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Makna Puisi Mijn Muze Karya Marion Bloem : Kajian Semiotik Riffaterre.

ANALISIS KETIDAKLANGSUNGAN EKSPRESI ANTOLOGI PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA WILLYBRORDUS SURENDRA BHAWANA RENDRA BROTOATMOJO

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

Rully Rezki Saputra. Abstract. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah puisi. Puisi merupakan perpaduan antara emosi, imajinasi, pemikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. arkeolog. Istilah pemberian makna ini disebut naturalisasi, yakni usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Medium karya sastra adalah bahasa. Membicarakan puisi berarti. membicarakan kebahasaan dalam puisi. Setiap pengarang menulis puisi

BAB I PENDAHULUAN. kemunculan dan perkembangan bahasa merupakan tanda-tanda dari kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

ANALISIS TANDA-TANDA DALAM TEKS LAGU SLANK. Oleh: Budi Fernando Saputra ( )

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN الشعر هو الكلام الفصيح الموزون المقفى المعبر غالبا عن صور الخيال البديع

Oleh: Yuyun Halimatul Adawiyah FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA ABSTRAK

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

KAJIAN SEMIOTIKA PADA KARIKATUR CLEKIT JAWA POS EDISI MEI-JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sastra sekarang ini sangat pesat dan keluar dari kaidah-kaidah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

SAJAK TEMBANG ROHANI KARYA ZAWAWI IMRON KAJIAN SEMIOTIK RIFFATERRE

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

PUISI TONTONAN LAN TUNTUNAN, ADEP KANAN LAN ADEP KIRI, DAN KALIYUGA LAN KILAYUGA KARYA I MADE SUARSA: ANALISIS STRUKTUR DAN SEMIOTIK

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang akan ditemukan seperti novel, cerpen dan lain sebagainya.

UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni yang berupa bangunan bahasa yang

BAB II LANDASAN TEORI. karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ajaran-ajaran adi luhung dan luhur. Karya-karya sastra Jawa Kuno misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

ANALISIS MAKNA HEURISTIK DAN HERMEUNITIK TEKS PUISI DALAM BUKU SYAIR-SYAIR CINTA KARYA KHALIL GIBRAN

READING TEXT POPULAR SONG INDONESIA: STUDY SEMIOTIC-HEURISTIC PEMBACAAN TEKS LAGU POPULER INDONESIA: KAJIAN SEMIOTIK-HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

KARYA F. AZIZ MANNA: KAJIAN SEMIOTIK RIFFATERRE

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

73 PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS wardah_hanafiah@yahoo.com Abstract As homo semioticus, humans communicate to others through signs, e.g. poem. and to understand these signs, we need a certain method in order to be able to reach the meaning and ideas of the writer getting the meaning across. Riffaterre said that a poem says one thing, and means another. It means that a poem speaks indirectly so that the use of its language is of a different form. The indirection is produced by displacing, distorting, or creating meaning. The true meaning of poetry, can be achieved through the two levels or stages of reading, i.e. heuristic reading and retroactive reading. Through his poem, Toto Sudarto Bachtiar sees poverty as reflected by the poem of Gadis Peminta-minta as a manifestation of God s affection that has to be passed in patience. The intertextuality between the two poems of Gadis Peminta-minta by Toto Sudarto Bachtiar and Kepada Peminta-minta by Chairil Anwar can be seen from the major theme in common, that is how both of them see poverty. Key Words: Semioticus, heuristic, retroactive, intertextuality. Abstrak Manusia sebagai mahluk homo semioticus berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda-tanda, misalnya puisi, dan untuk memahami tanda-tanda ini, diperlukan metode tertentu untuk memahami makna dan gagasan si penulis. Riffaterre mengatakan bahwa sebuah puisi yang menyatakan sesuatu, dapat bermakna lain. Hal ini mengandung makna bahwa sebuah puisi mengungkapkan sesuatu yang tidak langsung sehingga bahasa yang digunakan berbeda. Ketidak langsungan ini disebabkan oleh penggantian arti, penyimpangan arti atau penciptaan arti. Makna sesungguhnya sebuah puisi dapat diperoleh melalui dua tahap pembacaan yaitu: pembacaan heuristik dan pembacaan retroactif. Melalui puisinya, Gadis Peminta-minta Toto Sudarto Bachtiar memaknai kemiskinan sebagai wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya yang harus dilalui dengan sabar. Hubungan intertekstualitas puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar dengan puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terlihat dari tema besar yang sama, yaitu bagaimana mereka berdua memaknai kemiskinan. Kata Kunci: Semiotik, heuristik, retroaktif, intertekstualitas PENDAHULUAN Sebuah puisi, mengatakan suatu hal untuk memaksudkan sesuatu yang lain: a poem says one thing and means another (Riffaterre, 1978: 1). Artinya, puisi berbicara secara tidak langsung sehingga bahasa yang digunakan pun berbeda dengan bahasa sehari-hari. Manusia adalah homo semioticus (Zoest, 1993: xvi) yang dengan perantaraan tanda-tanda melakukan komunikasi dengan sesamanya, antara lain melalui puisi. Bahasa puitik terutama berkaitan dengan pertanyaan: Apa yang membuat bahasa verbal menjadi karya seni? karena bahasa puitik memiliki diferentia specifica (kekhususan yang membedakan) (Jakobson Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015

74 dalam Zoest, 1996: 65). Oleh karena itu, untuk bisa memahami dan menikmati sebuah puisi, diperlukan sebuah metode tertentu untuk dapat meraih konsep dan gagasan yang dimaksud oleh penulisnya. Salah satunya adalah melalui analisis semiotika yang mengkaji puisi melalui tanda-tanda yang digunakannya, dan analisis intertekstualitas yang mengkaji sebuah puisi dengan membandingkannya dengan hipogramnya. Dalam artikel ini, penulis mencoba memaknai puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar melalui pendekatan semiotika Riffaterre, dan kemudian menganalisanya secara intertekstual dengan puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar sebagai hipogramnya. KAJIAN TEORI 1. Semiotika Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda, dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993: 1). Zoest (1996:5) melanjutkan lagi dengan: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Pada awalnya semiotika merupakan ilmu yang mempelajari setiap sistem tanda yang digunakan dalam masyarakat manusia. Dengan kata lain, semiotika adalah ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan makna tanda-tanda dan berdasarkan atas sistem tanda tanda. Teeuw (1982:50) mengatakan bahwa semiotika merupakan tanda sebagai tindak komunikasi. Tokoh yang dianggap pendiri semiotika adalah dua orang yang hidup sezaman, yang bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi). Tokoh semiotik itu adalah seorang ahli linguistik berkebangsaan Swiss, Ferdinand de Saussure (1857 1913) dan seorang ahli filsafat Amerika, Charles Sanders Peirce (1839 1914). Saussure menyebut ilmu itu dengan nama semiologi sedangkan Peirce menyebutnya semiotika. Kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya. 2. Pembacaan Semiotik Preminger dalam Pradopo (2010:142) mengatakan bahwa bahasa merupakan sistem semiotik tingkat pertama yang sudah mempunyai arti (meaning). Dalam karya sastra, arti bahasa ditingkatkan menjadi makna (significance) sehingga karya sastra itu merupakan sistem semiotik tingkat kedua. Riffaterre (1978:166) mengatakan bahwa pembacalah yang bertugas untuk memberikan makna tanda-tanda yang terdapat pada karya sastra. Tanda-tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya, karena sesungguhnya dalam pikiran pembacalah transfer semiotik dari tanda ke tanda terjadi (the semiotic process really takes place in the reader s mind) (Riffaterre, 1978: 4). Untuk dapat memberi makna puisi secara semiotik, dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik (heuristic reading) dan hermeneutik (hermeneutic reading) atau retroaktif (retroactive reading) (Riffaterre, 1978: 5-6). Pembacaan heuristik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan struktur bahasanya, atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi semiotik tingkat pertama. Dalam pembacaan heuristik, puisi dibaca berdasarkan struktur bahasanya, dan untuk memperjelas arti bilamana perlu diberi sisipan kata, atau sinonim kata-katanya ditaruh dalam tanda kurung. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Disebut juga pembacaan retroaktif, karena dilakukan ulang sesudah pembacaan heuristik dengan Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta"...

75 memberi konvensi sastranya. Konvensi sastra yang memberikan makna itu diantaranya adalah ketidaklangsungan ucapan / ekspresi sajak. (Pradopo, 2003: 135-136). Ketidaklangsungan ekspresi menurut Riffaterre (1978:2) disebabkan oleh tiga hal: 2.1. Penggantian arti (displace of meaning) Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi (untuk menyebut bahasa kiasan pada umumnya) dalam karya sastra. Namun penggantian arti tidak terbatas pada bahasa kiasan saja, tetapi bisa juga pada simile, personifikasi, sinekdoke, per-bandingan epos, dan alegori. 2.2. Penyimpangan arti (distorting of meaning). Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, (berhubungan dengan ironi, yang umumnya digunakan untuk mengejek sesuatu yang keterlaluan), dan nonsense (bentuk kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat dalam kosa-kata, misalnya penggabungan dua kata atau lebih, pengulangan suku kata dalam satu kata). 2.3. Penciptaan arti (creating of meaning). Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam karya sastra. 3. Hubungan Intertekstual Teeuw dalam Pradopo (2003: 131-132) mengatakan bahwa sebuah karya sastra merupakan sebuah response terhadap karya sastra yang terbit sebelumnya. Oleh karena itu sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks yang lain. Sebuah karya sastra baru mendapatkan maknanya yang hakiki dalam kontrasnya dengan karya sebelumnya. Masih dalam Pradopo, Julia Kristeva mengemukakan bahwa tiap teks itu, termasuk teks sastra, merupakan mozaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta transformasi teks-teks lain. Transformasi itu sendiri adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 2010:132). Teks tertentu yang menjadi latar penciptaan sebuah karya inilah yang oleh Riffatrre (1978: 23) disebut hipogram (hypogram). Sementara itu, teks yang menyerap dan mentransformasikan hipogram disebut teks transformasi (Riffaterre, 1978: 51). Untuk mendapatkan makna hakiki dari teks sastra tersebut, digunakanlah metode intertekstual yaitu membandingkan, menjajarkan, dan mengkontraskan sebuah teks transformasi dengan hipogramnya. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam sajak-sajak itu, maka proses pemaknaan akan dilakukan. Dengan demikian, konsep semiotika Riffaterre yang akan digunakan dalam kajian ini dapat membantu untuk menemukan makna yang utuh dan menyeluruh dalam puisi Gadis Pemintaminta. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN GADIS PEMINTA MINTA (Karya: Toto Sudarto Bachtiar) Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan gemerlapan Gembira dari kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu tak ada yang punya Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015

76 Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda (Sumber: Kinayati Djojosuroto, Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009) 1. Ketidaklangsungan ekspresi 1.1. Penggantian Arti 1.1.1. Bait Pertama Secara metaforis menggambarkan senyum gadis peminta-minta yang terlalu kekal untuk mengenal duka. Bulan digambarkan secara metafora berwarna merah jambu. Sedangkan kotaku digambarkan secara personifikasi kehilangan jiwanya. 1.1.2. Bait Kedua Kolong jembatan digambarkan secara personifikasi sebagai yang melulur sosok. Di mana penghuni - penghuninya digambarkan secara metaforis hidup dari angan-angan akan gemerlapnya dunia, dan kegembiraan mereka hanyalah bersifat maya semata. 1.1.3. Bait Ketiga Bait ini berisi metafora tentang dunia gadis peminta-minta yang digambarkan lebih tinggi atau mulia dari sesuatu yang sifatnya suci, yang dalam bait ini disimbolkan dengan menara katedral. Dunia si gadis peminta secara personifikasi digambarkan melintas-lintas atau melewati air yang kotor. Walaupun begitu, jiwa gadis peminta-minta terlalu murni jika harus merasakan kedukaan si aku. 1.1.4. Bait Keempat Bait kelima berisi kesedihan si aku yang kotanya tak akan lagi memiliki tanda dan bulan yang akan kehilangan pemiliknya jika si gadis peminta-minta mati. 1.2. Penyimpangan Arti 1.2.1. Ambiguitas Dalam puisi Gadis Peminta-minta, ambiguitas tampak di bait pertama pada larik //senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/ tengadah padaku pada bulan merah jambu//, yang bertengadah pada si aku adalah gadis peminta-minta ataukah personifikasi senyummu. 1.2.2. Kontradiksi Pada puisi Gadis Peminta-minta, kontradiksi tampak pada bait kedua dan ketiga. di satu gadis peminta-minta tinggal di kolong jembatan, namun kehidupannya penuh dengan angan-angan akan kegemerlapan hidup. Pada bait ketiga, jiwa gadis pemintaminta digambarkan lebih tinggi dari menara katedral, artinya jiwanya sangatlah suci dan mulia. Namun ia tinggal dan sehari-hari melintasi air yang kotor, yang wilayahnya sangat ia kenal. 1.2.3. Non-sense Dalam puisi ini, non-sense muncul dalam kata melulur sosok. Melulur adalah perbuatan membaluri tubuh dengan lulur dengan tujuan agar si pemilik tubuh akan bersih dan kuning tubuhnya. Penyair menggunakan kata melulur sosok untuk menggambarkan bagaimana kehidupan di bawah kolong jembata itu akan membersihkan penghuninya, sehingga pada saat kembali pada yang kuasa mereka akan bersih dari dosa karena terhapuskan oleh penderitaan yang mereka alami selama hidup. Hal ini sejalan dengan keyakinan dalam agama Islam yang dianut penyair, yang menyatakan bahwa tempat orang miskin adalah di surga berdampingan bersama Rasulullah. 1.3. Penciptaan Arti Dalam puisi Gadis Peminta-minta, penciptaan arti yang menonjol adalah sajak. Terdapat ulangan bunyi il dalam : gadis kecil berkaleng kecil; ulangan bunyi al dalam: terlalu kekal untuk kenal duka, dan dalam larik //duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/ melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang begitu kau hafal//, serta ulangan bunyi an dalam: hidup dari kehidupan angan-angan gemerlapan, Persajakan ini secara linguistik tidak Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta"...

77 menimbulkan arti, tetapi secara kepuitisan menimbulkan intensitas makna. 2. Pembacaan heuristik puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar 2.1. Bait Pertama Setiap (kali) kita bertemu, (duhai) gadis kecil berkaleng kecil (=yang membawa kaleng kecil) Senyummu terlalu kekal untuk (me)kenal duka (Engkau) (me)tengadah padaku pada (saat) bulan (berwarna) merah jambu Tapi kotaku jadi (merasa) (ke)hilang(an), tanpa (memiliki) jiwa 2.2. Bait Kedua Ingin aku (me)ikut(i)(mu), (duhai)gadis kecil berkaleng (=yang membawa kaleng) kecil Pulang ke bawah (=kolong) jembatan yang melulur sosok (yang penghuninya) Hidup dari kehidupan (akan) angan-angan (tentang) (ke)gemerlapan Gembira dari kemayaan riang (=riang yang bersifat maya) 2.3. Bait Ketiga Duniamu yang (murni) lebih tinggi dari menara katedral (yang suci) Melintas-lintas di atas air (yang) kotor, tetapi yang begitu kau hafal (=sangat engkau hafal) Jiwa(mu) begitu murni, (bahkan) terlalu murni Untuk bisa membagi (=merasakan) dukaku 2.4. Bait Keempat Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil (=yang membawa kaleng kecil) Bulan di atas (langit) itu tak (akan) ada yang punya (=memiliki) Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya (=hidup kotaku) tak lagi (mem)punya(i) tanda 3. Pembacaan hermeunetik puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar 3.1. Bait Pertama Bait ini mengisahkan kesan si aku pada gadis peminta-minta yang walaupun hidupnya sebenarnya penuh dengan duka, tetapi si gadis peminta-minta selalu tersenyum. Senyumnya pada si aku membuat si aku bahagia. Namun kejamnya kehidupan kota membuat si aku merasa bahwa kehidupan kota sampai tak memiliki hati/jiwa karena kerasnya. 3.2. Bait Kedua Bait kedua menggambarkan keinginan si aku untuk mengenal lebih jauh kehidupan gadis peminta-minta yang tinggal di kolong sebuah jembatan. Penghuni kolong jembatan tersebut digambarkan beranganangan bisa merasakan kehidupan yang mewah, dan kegembiraan yang mereka rasakan hanyalah bersifat maya. 3.3. Bait Ketiga Dalam bait ini, si aku menggambarkan bahwa jiwa gadis peminta-minta sangat murni dan suci, jauh dari kemunafikan. Namun pemilik jiwa yang murni ini harus tinggal dan melintas di atas air sungai yang kotor. Karena jiwa gadis peminta-minta yang sangat murni itulah si aku merasa bahwa tidak sepantasnyalah si gadis peminta-minta merasakan duka dan pahitnya kehidupan. 3.4. Bait Keempat Bait terakhir berisi kesedihan si aku andaikata gadis peminta-minta meninggal dunia, karena tidak akan ada lagi kemurnian jiwa kaum miskin. 4. Analisis Intertekstual Gadis Peminta_minta dengan Kepada Peminta-minta Jika puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar dikaitkan dengan Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar, maka intertekstualitas kedua puisi ini terlihat dari tema besar yang sama, yaitu Epigram Vol. 12 No. 1 April 2015

78 bagaimana mereka berdua memaknai kemiskinan. Chairil Anwar memaknai kemiskinan sebagai hantu yang mengejarnya sebagaimana tergambar dalam larik mengganggu dalam mimpiku. Kemiskinan baginya adalah realita yang tak terelakkan, dan dituangkannya dalam //Mengempas aku di bumi keras/ Di bibirku terasa pedas/ Mengaum di telingaku// Namun kegarangan Chairil Anwar melunak, ketika ia menyadari onak-onak kemiskinan. Ia menjadi melunak dan tertunduk pada saat menyuarakan kemiskinan: //Baik, baik, aku akan menghadap Dia/ Menyerahkan diri dari segala dosa/ Tetapi jangan tentang aku lagi/ Nanti darahku jadi beku// Kata dosa merujuk kepada perasaan Chairil Anwar yang merasa bersalah karena ia sejatinya dapat berbuat sesuatu dalam mengentaskan kemiskinan, paling tidak dengan cara menyuarakannya. Namun tampaknya dia berkendala sehingga di sisi lain dia tidak mampu melakukan apa yang bisa dia lakukan. Dia merasa miris tapi tidak tahu harus berbuat apa. Sementara itu Toto Sudarto Bachtiar memaknai kemiskinan yang tercermin melalui si Gadis peminta-minta sebagai wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya yang harus dilalui dengan penuh arif dan sabar, karena kemiskinan adalah jalan menuju kekayaan di hari akhir kelak. Hal ini tergambar dalam larik Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral. Toto Sudarto juga menunjukkan bagaimana ia mamahami kehidupan kemiskinan di bawah kolong jembatan, yang mana kemewahan bagi para penghuninya hanyalah angan-angan, dan bahwa kegembiraan mereka sifatnya hanya maya. Dan bagi Toto, kemiskinan adalah keniscayaan, dan apabila kemiskinan itu hilang, maka ia akan kehilangan kemurnian jiwa kaum miskin. KESIMPULAN Setelah analisis dilakukan, makna puisi Gadis Peminta-minta menjadi semakin jelas, walaupun tentu saja masih terbuka kemungkinan interpretasi oleh pembaca lain, karena pada dasarnya pemaknaan puisi melalui analisis semiotika Riffaterre menyerahkan kepada pembaca untuk memberikan makna tanda-tanda yang terdapat pada karya sastra. Melalui puisinya, Toto Sudarto Bachtiar memaknai kemiskinan yang tercermin melalui si Gadis Peminta-minta sebagai wujud kasih sayang Tuhan pada hambanya yang harus dilalui dengan penuh arif dan sabar, karena kemiskinan adalah jalan menuju kekayaan di hari akhir kelak. Hubungan intertekstualitas puisi Gadis Peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar dengan puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terlihat dari tema besar yang sama, yaitu bagaimana mereka berdua memaknai kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA Djojosuroto, Kinayati.2009 Teori dan Pemahaman Apresiasi Puisi.. Yogyakarta: Pustaka Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Riffaterre, Michael.1978 Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Zoest, Aart van. 1996. Serba-Serbi Semiotika. Editor, Panuti Sajiman dan Aart van Zoest. Jakarta: Gramedia Pustaka Zoest, Aart van. Semiotika. 1993. Jakarta: Yayasan Sumber Agung Pemaknaan Puisi "Gadis Peminta-minta"...