BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban

c. Biaya perjalanan dinas berupa biaya perjalanan, akomodasi dan perdiem tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya negara lain di dunia, Indonesia disamping

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom M,Ak

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN 21 FINAL TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III DAN IV

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

TINJAUAN PEMUNGUTAN, PERHITUNGAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PADA DINAS PENDAPATAN PEMERINTAH KOTA CIMAHI

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara, Tidak dapat dipungkiri bahwa

ABSTRAK. Kata Kunci : Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Gaji Karyawan Tetap dengan Penghasilan Bulanan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan kampus. Untuk menjawab tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Kasus : A. Pegawai Tetap

BAB I PENDAHULUAN. bagi Indonesia, untuk itu Negara Indonesia menghimpun dana tersebut mengingat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

ANALISA PERHITUNGAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN ( LIPI )

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara untuk terus

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi pada Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 273/PMK.01/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Nipil merupakan unsur aparatur negara untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pemindahan daya beli dari sektor privat ke sektor publik untuk dipakai dalam membiayai kegiatan Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan. Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan, pajak memberikan kontribusi yang signifikan. Kontribusi pajak terhadap jalannya roda pemerintahan dan pembangunan terus meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Peran penting tersebut dapat dilihat dari kontribusi pajak terhadap APBN. Tahun 2010 jumlah pajak yang disumbangkan pajak sebesar Rp 743 triliun atau sebesar 74, 90%, tahun 2011 sebesar 874 triliun atau 80, 45%, tahun 2012 sebesar 980 triliun atau sebesar 90%, dan 1.148 triliun atau 100% penerimaan Negara berasal dari pajak (Sumber: Kementerian Keuangan). Proses pemungutan suatu pajak, terdiri dari azas-azas atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam sistem pemungutan pajak tersebut. Para ahli banyak yang menyatakan pendapatnya tentang hal tersebut. Salah satu pendapat yang paling terkenal adalah four maxims dari Adam Smith, mengatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat azas yaitu equity, certainty, convenience dan economy (Waluyo, 2010: 13). 1

2 Salah satu yang diberlakukan di Indonesia adalah Pajak Penghasilan (PPh) baik perseorangan atau badan. Pajak Penghasilan merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi bagi setiap individu yang telah memiliki tambahan kemampuan ekonomis dan terkait secara penuh berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku, khususnya di Indonesia (Waluyo, 2003: 143). Siapapun yang memperoleh penghasilan dari dalam negeri Indonesia pada dasarnya tidak akan lepas dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia tidak terkecuali Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Musanef (2005) menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil pada hakekatnya adalah sebagai tulang punggung pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional sehingga diharapkan mampu menggerakkan serta melancarkan tugas-tugas pemerintahan dalam pembangunan, termasuk didalamnya melayani masyarakat. Selain itu juga memiliki peranan penting sebagai unsur aparatur Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Negara Indonesia. Seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia. Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pemberian gaji kepada Pegawai Negeri Sipil

3 disebabkan pada dasarnya setiap Pegawai negeri Sipil berserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya. Disamping gaji pokok untuk mendukung kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya diberikan juga berbagai macam tunjangan dan tambahan penghasilan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil. Pasal 63 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Perpajakan mengatur bagaimana besaran pajak yangditerima dan diperhitungkan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Pegawai Negeri Sipil. Peraturan terbaru yang dikeluarkan tersebut mulai berlaku tanggal 1 Januari 2011 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

4 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri dan pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja Negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Skema pengenaan Pajak Penghasilan 21 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 ini masih sama dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995. Dikenal dua pengenaan Pajak Penghasilan 21 yaitu Pajak Penghasilan 21 atas penghasilan tetap dan teratur yang ditanggung pemerintah, dan Pajak Penghasilan 21 final atas honorarium dan imbalan lain selain penghasilan tetap dan teratur. Tapi ada beberapa hal yang berubah dalam peraturan tersebut, diantaranya yaitu adanya penegasan tarif 20% lebih tinggi bagi penerima penghasilan yang tidak ber-npwp dan dipotong dari penghasilan tiap bulannya serta perubahan tarif Pajak Penghasilan 21 final atas Pegawai Negeri Sipil golongan III dari 15% menjadi 5% dimana dalam peraturan sebelumnya tarif untuk Pegawai Negeri Sipil golongan III sama dengan Pegawai Negeri Sipil golongan IV yaitu 15%. Terdapat pro dan kontra mengenai perubahan peraturan tersebut, terutama mengenai perubahan tarif antara Golongan III dan IV, yang tadinya 15% berubah menjadi 5%. Selain itu, golongan IV mempertanyakan mengapa perubahan tariff hanya diperikan kepada golongan III saja, karena menurut mereka penghasilan yang mereka terima tidak jauh berbeda dengan golongan

5 III, sehingga take home pay untuk Pegawai Negeri Sipil untuk golongan IV besarannya menjadi sama atau lebih kecil. Untuk melihat berapa besaran tambahan penghasilan yang diterima, berikut contoh tambahan penghasilan dari uang makan dan uang lembur pada Tabel 1.1. TABEL 1.1 BESARAN UANG MAKAN TAHUN 2013 Golongan Satuan Uang Makan Golongan I OH 25.000 Golongan II OH 25.000 Golongan III OH 27.000 Golongan IV OH 29.000 Keterangan : OH = orang/hari, OJ = orang/jam Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2012 Tabel diatas merupakan contoh penghasilan tambahan yang dikenakan Pajak Penghasilan 21 final. Perbedaannya dengan gaji yang diterima tetap dan teratur sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan, pengenaan pajak untuk penghasilan tambahan atau yang biasanya disebut sebagai honorarium atau imbalan untuk Pegawai Negeri Sipil dikenakan pajak penghasilan final dan dipotong langsung oleh bendaharawan pemerintah, dengan tarif pajak penghasilan 5% untuk golongan III dan 15% untuk golongan IV.

6 Penjelasan Tabel 1.1 tersebut, juga sangat berpengaruh terhadap jumlah Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang dilihat dari jumlah golongan III dan IV. TABEL 1.2REKAPITULASI JUMLAH PEGAWAI MENURUT JENIS KELAMIN DAN GOLONGAN UNIT KERJA DITJEN PPHP (per 21 Juli 2014) Jenis Kelamin Gol I Gol II Gol III Gol IV Total Laki-laki - 34 140 32 206 Perempuan - 15 125 30 170 Jumlah - 49 265 62 376 Sumber : www.bkn.go.id Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah Pegawai di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian untuk masing-masing golongan yaitu untuk Golongan I nihil, Golongan II sebanyak 49 orang, Golongan III sebanyak 265 orang dan Golongan IV sebanyak 62 orang, sehingga cukup banyak Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang terkena dampak dari kebijakan perubahan tarif ini. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk membahas mengenai implementasi dari pengenaan Pajak Penghasilan 21 final terhadap Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV tersebut. Sehingga

7 penelitian yang akan dilakukan diberi judul ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN 21 FINAL TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III DAN IV (Studi Kasus: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian). B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final untuk Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 dan dirubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010. Maka dari itu, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimanakah perhitungan jumlah honorarium dan imbalan lain yang diterima oleh setiap golongan dari kebijakan perubahan tarif Pajak Penghasilan 21 final penghasilan yang bersifat tidak tetap dan teratur Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 terhadap take home pay Pegawai Negeri Sipil? 2. Bagaimanakah dampak rata-rata pendapatan dari kebijakan perubahan tarif Pajak Penghasilan 21 final penghasilan yang bersifat tidak tetap

8 dan teratur Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 terhadap take home pay Pegawai Negeri Sipil? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah yaitu kebijakan perubahan tarif pajak penghasilan 21 final atas PNS golongan III dan IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 dan dirubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010, yaitu: 1) Menjelaskan bagaimanakah perhitungan jumlah honorarium dan imbalan lain yang diterima oleh setiap golongan dari kebijakan perubahan tarif Pajak Penghasilan 21 final penghasilan yang bersifat tidak tetap dan teratur Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 terhadap take home pay Pegawai Negeri Sipil. 2) Menjelaskan bagaimanakah dampak dari kebijakan perbedaan tarif Pajak Penghasilan 21 final penghasilan yang bersifat tidak tetap dan teratur Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV sebagaimana diatur

9 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 terhadap take home pay Pegawai Negeri Sipil. 1.2 Kontribusi Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah: 1) Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan 21 final untuk Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas atas pajak penghasilan 21 final. 2) Sebagai tambahan pengetahuan mahasiswa yang berkaitan tentang Pajak Penghasilan 21 final untuk Pegawai Negeri Sipil golongan III dan IV. 3) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.