BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana yang mendukung. Menurut Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN- P) 2008 sumber pendapatan terbanyak didapat dari sektor perpajakan (Rp 608,2 Triliun) meskipun masih banyak sektor pendapatan lain seperti penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) (Rp 198,2 Triliun), bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Rp 31,2 Triliun), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) Lainnya (Rp 53,7 Triliun) dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) (Rp 5,1 Triliun) serta pinjaman luar negeri (Rp 48,1 Triliun). Pajak sebagai sumber pendapatan dan penerimaan negara perlu terus ditingkatkan keberadaannya sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Kesadaran setiap wajib pajak (WP) dibidang perpajakan harus terus ditingkatkan, karena pada kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum tahu akan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan, dan juga masih banyak perusahaan perusahaan yang selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin. Sebagai contoh adalah kasus PT. Asian Agri Grup yang telah melakukan penggelapan pajak dengan modus merekayasa jumlah pengeluaran perusahaan dan manipulasi SPT, dari penggelapan pajak tersebut kerugian negara diperkirakan mencapai Rp 1,340 triliun. Selain itu ada kasus Direktur Arden Bridge Investment Limited (ABIL), Widjokongko Puspoyo didakwa bersalah telah menggelapkan pajak dengan modus sengaja tidak pernah mendaftarkan ABIL sebagai Badan Usaha Tetap (BUT) dan tidak pernah melaporkan usahanya kepada Direktorat Jenderal Pajak, atas perbuatannya tersebut negara dirugikan sekitar Rp 5,005 miliar karena tidak

2 2 dibayarnya pajak ABIL yang terdiri atas pajak BUT sebesar Rp 3,41 miliar dan Pajak Penghasilan sebesar Rp 1,59 miliar. Kendala-kendala tersebut harus dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi, salah satu caranya adalah dengan partisipasi seluruh masyarakat untuk mengawasi penggunaan pajak serta para penyelenggara pemerintah sebagai abdi bangsa sangat perlu untuk melancarkan administrasi perpajakan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara. Salah satu jenis pajak yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap penerimaan pajak adalah pajak penghasilan (PPh) yang diperoleh dari penghasilan perseorangan ataupun institusi dimana penghasilan ini merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan merupakan salah satu objek pajak tersendiri yang diatur dalam pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yang sama pentingnya dengan objek pajak yang lain. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai/karyawan adalah pajak penghasilan pasal 21. PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan. Bertindak sebagai pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yaitu : Pemberi kerja baik orang pribadi, badan, BUT baik induk maupun cabang, Bendaharawan pemerintah pusat atau daerah, Instansi, Departemen, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Dana Pensiun, PT. TASPEN, ASTEK, JAMSOSTEK, THT, BUMN/BUMD, Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, organisasi. Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan pasal 21 pada mulanya adalah UU No. 7 tahun 1983, namun demikian undang-undang ini terus mengalami revisi. Revisi terakhir yang berlaku saat ini adalah UU No. 36 tahun 2008, didalamnya terdapat perubahan mengenai besarnya jumlah biaya jabatan,

3 3 mengenai definisi pegawai tetap, Perubahan Tarif pajak dan perubahan dalam besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 1 Januari Perusahaan yang dimiliki baik oleh swasta maupun pemerintah yang telah terdaftar pada kantor pajak diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sebagai wajib pajak badan atas penghasilan kegiatan usahanya. Selain kewajiban atas kegiatan usahanya perusahaan diwajibkan memungut dan memotong pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh pegawainya. PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat adalah perusahaan milik swasta yang bergerak dalam bidang penyedia jaringan dan jasa telekomunikasi, dimana sebagai pemberi kerja PT. Indonesia Comnets Plus (Icon+) diwajibkan untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas penghasilan pegawai atau bukan pegawai sesuai dengan ketentuan dalam UU PPh Pasal 21 yang berlaku yaitu UU No. 36 tahun Hal ini tentunya juga akan merubah kebijakan perusahaan dalam hal pajak penghasilan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis mengenai bagaimana perusahaan menentukan besarnya pajak penghasilan pegawai atau karyawan yang harus dilaporkan dan disetor kepada pemerintah berdasarkan undang-undang pajak penghasilan terbaru yaitu UU No. 36 tahun 2008 dengan mengambil judul : TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PT. INDONESIA COMNETS PLUS (ICON+) REGION JAWA BARAT. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada latar belakang pemilihan judul, maka masalah yang diidentifikasikan adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat? 2. Bagaimana pelaksanaan penyetoran Pajak Penghasilan pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat?

4 4 3. Bagaimana pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat? 4. Kendala apa saja yang timbul dalam pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat? 1.3 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan oleh PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang timbul dalam pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan (pph) pasal 21 pada PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir Hasil Laporan Tugas Akhir ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak antara lain : 1. Bagi Penulis Guna pemenuhan kewajiban dalam menempuh ujian akhir dan dapat menambah wawasan dalam hal-hal yang menyangkut perpajakan pada umumnya dan perkembangan perpajakan di Indonesia pada khususnya. 2. Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam melaksanakan ketentuan dibidang perpajakan di suatu perusahaan.

5 5 3. Bagi Mahasiswa dan Pihak lain Bagi rekan-rekan mahasiswa dan pihak-pihak lain yang mempelajari untuk mendalami bidang studi perpajakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan kajian lebih lanjut. 1.5 Metodologi Kerja Praktik Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yang artinya menggambarkan serta melakukan penelitian tersebut berdasarkan pada penemuan data sekarang, kemudian disimpulkan serta saran-saran bilamana diperlukan. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Studi Lapangan (Field Research) Yaitu Peninjauan yang dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan langsung ke tempat terdapatnya masalah, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan. Studi lapangan terdiri atas 1). Wawancara (Interview) Dalam wawancara tersebut penulis melakukan konsultasi dan tanya jawab langsung dengan pimpinan atau orang yang berwenang dalam instansi tersebut. 2). Pengamatan (Observasi) Yaitu berdasarkan hasil pengamatan ke PT. Indonesia Comnets Plus Region Jawa Barat dengan melihat kegiatan yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Merupakan data yang diperoleh dari buku dan literatur tulisan lainnya yang mempunyai hubungan dengan objek penelitian dan dapat digunakan sebagai landasan teoritis.

6 6 1.6 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Lokasi penelitian yang menjadi objek penulisan yaitu pada PT. Indonesia Comnets Plus (ICON+) Region Jawa Barat, yang berlokasi di jalan PHH Mustofa No.45 Bandung Jawa Barat, sedangkan waktu kerja praktik dilakukan pada 1 April sampai dengan 30 April 2009.