POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN PALA (Myristiyca Fragrans) DALAM RANGKA MENDORONG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DI DESA LANGKAPLANCAR KECAMATAN LANGKAPLANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Nedi Sunaedi¹ (nedi_pdil@yahoo.com) Ade Mulyana² (yanzaade@gmail.com) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK Potensi merupakan sebuah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Pengembangan budidaya tanaman diarahkan secara bijaksana, dengan memperhatikan kemampuan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta menggunakan teknologi tepat dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil tanaman, guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan industri dalam negeri. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah: 1) Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat petani membudidayakan tanaman pala (Myristica Fragrans) di Desa Langkaplancar Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. 2) Bagaimanakah upaya pengembangan budidayakan tanaman pala (Myristica Fragrans) dalam rangka mendorong pemberdayaan masyarakat petani di Desa Lanakaplancar Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, kuesioner, wawancara dan dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai sumber yang relevan. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Langkaplancar yang berjumlah 5.070 jiwa atau 1.534 kepala keluarga. Teknik pengambilan sapel yang digunakan Stratified Random sampling dan Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang mendorong masyarakat petani membudidayakan tanaman pala di Desa Langkaplancar yang saat ini dilakukan dilihat dari aspek sumberdaya lahan yang mendukung untuk pembudidayaan tanaman pala, potensi lahan pertanian, pengetahuan masyarakat, kondisi sosial ekonomi masyarakat, Pemasaran serta harga jual. Upaya pengembangan budidaya tanaman pala yang dilakukan sampai saat ini belum berjalan dengan baik serta belum memberikan kontribusi yang baik pula terhadap kesejahteraan petani dilihat dari aspek penyuluhan, pemberian bantuan modal, bantuan pemasaran, dan pengolahan pala. Kata kunci: Potensi Pengembangan Budidaya Pala, Pemberdayaan Masyarakat ¹Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya ²Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT Potential is an ability that has the possibility to be developed Development of cultivation directed wisely, taking into account the ability and the preservation of natural resources and the environment as well as the use of appropriate technology in order to improve and expand the diversification of crops, in order to meet the needs of food, clothing, housing, health and domestic industry. Issues raised in this paper are: 1) What factors which encourage people to cultivate crops farmers nutmeg (Myristica Fragrans) in the Village District of Langkaplancar, Langkaplancar Pangandaran district. 2) How are the development of cultivated plants nutmeg (Myristica Fragrans) in order to empower the farmers in the village Lanakaplancar, Langkaplancar District of Pangandaran Regency. This study used quantitative descriptive method, with data collection through observation, questionnaires, interviews and equipped with secondary data from a variety of relevant sources. The population in this study was the villagers Langkaplancar totaling 5,070 people or 1,534 households. Sapel retrieval techniques used stratified random sampling and purposive sampling. The results showed the factors that encourage people to cultivate crops nutmeg farmers in the village Langkaplancar currently undertaken viewed from the aspect of land resources that support for the cultivation of nutmeg, agricultural potential, knowledge society, socio-economic conditions of society, marketing and selling price. Nutmeg crop cultivation development efforts undertaken to date have not been going well and not give a good contribution to the welfare of farmers also from the aspects of counseling, provision of capital, marketing assistance, and processing of nutmeg. Keysword: Potential Aquaculture Development Nutmeg, Community Empowerment PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam adalah sumberdaya yang terkandung dalam bumi, air, dan udara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Sumberdaya alam merupakan kekayaan bumi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai salah satu sumber penting pembiayaan pembangunan, sumberdaya alam yang dewasa ini 2 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
masih belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh sebagian besar masyarakat. Pengelolaan sumberdaya alam tersebut belum memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan negara secara keseluruhan. Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat, maka dalam pembangunan pertanian kesejahteraan petani perlu mendapat perhatian dan tingkat pendapatan yang meningkat bisa dijadikan salah satu indikator kesejahteraan petani. Masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan memang dikenal sebagai masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dikarenakan pola pengetahuan serta adat tradisi yang memang sudah mengakar di masyarakat pedesaan. Pertanian di pedesaan menjadikan suatu potensi yang sangat menunjang pembangunan jika dikelola dan dikembangkan dengan baik. Salah satu hasil pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ke depannya adalah hasil bumi lokal yaitu tanaman Pala (Myristica Fragrans) yang menjadi ciri khas dari wilayah pedesaan dengan basis pertanian. Tanaman Pala (Myristica Fragrans) dikenal dengan tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Hatta (1993:11) menyatakan bahwa hasil tanaman pala yang biasa dimanfaatkan adalah buahnya atau bunganya. Bagian buah yang bernilai ekonomi cukup tinggi adalah biji pala dan fuli (bunga) yang dapat dijadikan minyak pala, sedangkan daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan pala, asinan pala, dodol pala, selai pala dan sirup pala. 3 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
Selain itu juga, tanaman pala ini juga merupakan komoditas yang akan sangat bermanfaat apabila dibudidayakan dengan baik dan benar. Desa Langkaplancar merupakan sebuah gambaran kondisi wilayah pedesaan yang secara umum memiliki potensi yang besar dari segi sumberdaya alam khususnya di bidang hasil bumi, ketersdiaan hasil bumi yang ada di Desa Langkaplancar ini merupakan komoditas utama hasil pertanian yang terdiri dari palawija (cengkeh, kapol, pala, kelapa, jahe, padi, dan pisang serta hasil bumi lainnya). Komoditas utama yang menjadi unggulan dari sumberdaya hasil bumi ini salah satunya adalah tanaman pala, dimana di Desa Langkaplancar banyak terdapat masyarakat petani yang membudidayakan dan menanam tanaman tersebut. Namun walaupun dengan begitu besarnya potensi yang ada ini, tidak serta merta menjadikan kesejahteraan petani dan kemajuan wilayah menjadi baik. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan potensi tersebut. Selain itu juga, masih minimnya pengetahuan petani tentang tatacara pembudidayaan tanaman pala serta minimnya sarana prasarana yang berdampak pada para petani yang hanya mampu membudidayakan tanaman tersebut tanpa bisa mengolahnya terlebih dahulu sehingga potensi ini belum dapat dikembangkan dengan optimal. Tujuan Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong masyarakat petani membudidayakan tanaman pala (Myristica Fragrans) di Desa Langkaplancar Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. 2) Untuk menganalisis dan 4 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
menjelaskan upaya pengembangan budidayakan tanaman pala (Myristica Fragrans) dalam rangka mendorong pemberdayaan masyarakat petani di Desa Lanakaplancar Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, metode deskriptif kuantitatif adalah mengadakan deskriptif untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Dibandingkan dengan penelitian eksploratif, penelitian deskriptif lebih sepesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antar berbagai variabel. Sering peneliitian deskriptif didahului oleh penelitian eksploratip dan memberikan bahan yang memungkinkan peneliti eksperimental (Sumaatmaja, 1988:41). Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti, dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik, metode ini mengangkat suatu hubungan 2 atau lebiih variabel penelitian. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkap dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman Pala (Myristica Fragrans) dalam rangka mendorong Pemberdayaan Masyarakat petani di Desa Langkaplancar Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. 5 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
PEMBAHASAN Deskripsi Budidaya Pala di Desa Langkaplancar Budidaya tanaman pala di Desa Langkaplancar sebenarnya sudah lama dilakukan oleh masyarakat Desa Langkaplancar khususnya di Dusun Cijalu yang pertama kali membudidayakannya, hanya saja baru segelintir orang saja yang membudidayakan tanaman tersebut, karena dahulu harga jual buah pala tersebut masih sangat murah maka kurang di minati oleh warga. Setelah harga jualnya tinggi, lambat laun tanaman tersebut mulai banyak yang membudidayakan dari yang sebelumnya kebanyakan di dominasi oleh masyarakat dari Dusun Cijalu, sekarang sudah menyebar ke semua Dusun yang ada di Desa Langkaplancar. Dikarenakan bibit pala yang bisa dikatakan cukup mahal, yaitu mencapai Rp 30.000/pohon dengan ukuran tinggi 15 Cm, maka kebanyakan yang membudidayakan tanaman tersebut ialah orang yang dianggap berada. Tidak hanya harga bibit tanaman pala yang mahal, paktor lahan pun berpengaruh terhadap pembudidayaan tanaman pala tersebut, karena untuk membudidayakan pala diperlukan lahan yang cukup luas. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat petani membudidayakan tanaman Pala (Myristica Fragrans). 1. Potensi sumberdaya lahan Lahan adalah bagian dari landscape yang termasuk lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/ relief, tanah, hidrologi dan vegetasi alami yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya. 6 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
Dalam kegiatan survei dan pemetaan sumberdaya alam, bagian lahan satu dengan yang lainnya dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya yang terdiri atas iklim, land form (termasuk litologi dan topografi), tanah, dan hidrologinya sehingga terbentuk satuan-satuan lahan. Pemisahan satuan lahan sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi dalam menilai potensi atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan. Karena faktor potensi sumberdaya lahan ini pula masyarakat petani yang ada di wilayah Desa Langkaplancar terdorong untuk dapat membudidayakan tanaman pala. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 65 responden tentang potensi sumberdaya alam di wilayah Desa Langkaplancar sebanyak 66,15% mengatakan sumberdaya alam di wilayah Desa Langkaplancar sudah sesuai untuk dtanami pala dan 38,8% mengatakan belum sesuai. 2. Pengetahuan Masyarakat Pengetahuan merupakan hasil dari rasa ingin tahu yang bersumberdari hasil proses belajar dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang dilakukan dengan menggunakan panca indera terhadap objek tertentu. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan pendapat responden tentang alasan membudidayakan tanaman pala yang paling dominan adalah orientasi ekonomi/bisnis yaitu sebesar 64,62%. Yang memanfaatkan lahan pertanian dengan persentasi sebesar 27,69% dan masyarakat yang mengikuti orang lain untuk membudidayakan tanaman pala yaitu sebesar 7,69%. 7 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Samuelson (Kristi dan Kent, 2005:30) menguraikan definisi ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang dan masyarakat pada akhirnya memilih, dengan atau tanpa menggunakan uang. untuk memanfaatkan sumberdaya produktif langka yang dapat memiliki manfaatmanfaat alternatif guna menghasilkan berbagai komoditas dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi, sekarang dan di masa mendatang, oleh perorangan atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat. Setelah dilakukan penelitian, dari 65 responden bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Langkaplancar belum baik dikarenakan tinkat pendidikan masyarakat yang rendah dan kurangnya keahlian dalam suatu bidang apapun, dengan pesetase jawaban responden 89,23% dan dan yang menjawab baik dengan alasan masyarakat Desa Langkaplancar sudah bisa menghasilkan bahan baku yang cukup banyak dari bidang pertanian dengan persentasi 10,76%. 4. Pemasaran Pemasaran yang baik termasuk hal yang penting dalam sapta usaha tani. Misalnya, apabila hasil panen baik tetapi cara pemasaran kurang sama saja petani akan merugi. Pemasaran hasil panen tanaman pala di Desa Langkaplancar ini masih sangat terbatas, hal ini dikarenakan daerah Langkaplancar yang jauh dari wilyah perkotaan dengan tingkat aksesibilitas yang rendah. 8 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
Dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa pemasaran hasil penen tanaman pala di Desa Langkaplancar kebanyakan menjualnya kepada pengepul yang ada di sekitar tempat tinggal dengan persentasenya jawaban 64,61%, diambil langsung oleh pengepul atau pemesan sebanyak 24,61%, dan ada yang langsung menjual ke pasar yang ada di kota yaitu sebanyak 10,76%. 5. Harga Jual Harga merupakan suatu jumlah yang dibayarkan sebagai pengganti yang sedang atau telah akan dinikmati dari suatu barang dan jasa yang diperjualbelikan. Harga merupakan perjanjian moneter terakhir yang menjadi nilai dari pada suatu barang atau jasa. Dari 65 responden petani pala di Desa Langkaplancar dapat disimpukan bahwa pendapat responden tentang perbandingan keuntungan penjualan buah pala kering atau yang diolah terlebihdahulu lebih menguntungkan dengan persentase sebanyak 70,76%, dan yang mengatakan harga jual pala basah lebih menguntungkan dengan persentase sebanyak 29,23%. Upaya Pengembangan Budidaya Tanaman Pala (Myristica Fragrans) di Desa Langkaplancar. 1. Penyuluhan Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas efisisensi usaha, pendapatan 9 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
dan kesejahteraanya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 65 KK, dapat disimpukan bahwa pendapat responden tentang peran BP3K dalam pemberian penyuluhan pertanian pala di Desa Langkaplancar dengan persentase sebanyak 23,07% yang mengatakan pernah mendapat penyuluhan dan kebanyakan yang mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan dengan persentasi sebanyak 76,92%. 2. Pemberian Bantuan Modal Pemberian bantuan modal untuk suatu kegiatan usaha sanagt beragam tergantung pada jenis usaha serta jenis bantuan yang diperlukan oleh kegiatan tersebut. Di Desa Langkaplancar tidak sedikit yang sudah mendapatkan bantuan modal untuk usaha membudidayakan tanaman pala baik itu dari pemerintah, Swasta, dan bahkan dari pihak lain dengan tujuan ingin memperoleh keuntungan sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan. Bantuan yang diperoleh oleh masyarakat petani pala yang ada di Desa Langkaplancar kebanyakan berupa bantuan pupuk dan bibit tanaman pala. Dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa pendapat responden tentang pemberian bantuan modal untuk pertanian tanaman pala di Desa Langkaplancar baik itu dari pemerintah, Swasta atau pihak lain dengan persentase sebanyak 67,69 % yang mengatakan pernah mendapat bantuan modal seperti pupuk, alat pembasmi hama dan bibit, dan sisanya yang 10 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
mengatakan belum pernah mendapat bantuanmodal dengan persentasi sebanyak 32,30 %. 3. Bantuan pemasaran Pemasaran merupakan kunci dari sebuah kegiatan usaha, dimana pemasaran ini juga akan menentukan kelangsungan sebuah kegiatan produksi. Pemasaran akan sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan sebuahh kegatan usaha yang mengarah pada keuntungan. Pemberian modal terhadap petani pala di Desa Langkaplancar setelah dilakukan penelitian, dapat disimpukan bahwa pendapat responden tentang bantuan pemasaran hasil budidaya tanaman pala di Desa Langkaplancar dengan persentase sebanyak 24,61% yang mengatakan pernah mendapat bantuan pemasaran berupa di sediakannya tempat pengepulan hasil panen budidaya tanaman seperti koprasi, dan sisanya yang mengatakan belum pernah mendapat bantuan pemasaran dengan persentasi sebanyak 75,38%. 4. Pengolahan pala Pengolahan merupakan sebuah proses mngusahakan atau mengerjakan sesuatu (barang dan sebagainya) supaya menjadi lebih sempurna. Dalam kaitannya dengan tanaman pala, pengolahan berarti proses mengubah buah pala tersebut menjadi olahan lain yang lebih memiliki nilai ekonomis tinggi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik lagi. Dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa pendapat responden tentang pengolahan tanaman dan buah pala di Desa Langkaplancar dengan persentase sebanyak 29,23% yang mengatakan mengolah hasil palanya 11 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
dengan cara di keringkan sebelum di jual, dan sisanya yang mengatakan langsung menjual hasil panen buah pala basah, dengan persentasi sebanyak 70,76%. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembuktian pertanyaan penelitian, dapat ditari kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pembudidayaan tanaman pala yang ada di Desa Langkaplancar yang saat ini belum baik, dilihat dari aspek Lingkungan berupa Sumberdaya lahan dan aspek sosial yang berupa pengetahuan masyarakat dan kurangnya perhatian dari pihak pemerintah sehingga memperlambat terhadap kemajuan pengembangan budidaya tanaman pala yang ada di Desa Langkaplancar dan berdampak pula terhadap perekonomian masyarakat setempat meskipun kondisi lahannya sudah mendukung untuk membudidayakan tanaman pala. 2. Upaya yang dilakukanpun sampai saat ini belum maksimal sehingga belum mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada, upaya tersebut meliputi Penyuluhan dari BP3K yang ada di Desa Langkaplancar yang masih belum di respon oleh masyarakat setempat, pemberian bantuan modal, dimna pemberian modal tersebut masih kurang merata pembagiannya terhadap masyarakat Desa Langkaplancar, belum adanya bantuan pemasaran hasil tanaman pala dari pihak pemerintah setempat, dan pengolahan hasil panen tanaman pala belum di kelola dengan maksimal. 12 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman
DAFTAR PUSTAKA Hatta, Sunanto, (1993). Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta. Kanisius. Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Gravindo Persada. Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung. Alumni 13 - Nedi Sunaedi dan Ade Mulyana., Potensi Pengembangan Budidaya Tanaman