SARANA BERFIKIR ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SARANA BERFIKIR ILMIAH

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH.

SARANA BERPIKIR ILMIAH

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

DASAR-DASAR MATEMATIKA

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

SARANA BERFIKIR ILMIAH

modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

BAB II KAJIAN TEORI A.

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI

Pertemuan I HAKEKAT MATEMATIKA Oleh: A.N. Cahyono, S.Pd., M.Pd. IKIP PGRI Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

Metode pembelajaran matematika SD RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

SARANA BERFIKIR ILMIAH

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

SARANA BERFIKIR ILMIAH

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

Matematika dan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

SARANA BERFIKIR ILMIAH

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

Sarana Berfikir Ilmiah. Sarana. Berfikir Ilmiah. Afid Burhanuddin. Pohon Filsafat. Afid Burhanuddin 1

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Skripsi pada hakikatnya adalah laporan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, untuk bisa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus,

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

HAKIKAT MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. percobaannya akan dapat deterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

STUDI PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PGMI STAIN PURWOKERTO DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA. Mutijah

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN SPATIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA

PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

SARANA BERFIKIR ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

MATEMATIKA DAN MASALAH-MASALAH UMUM DI DALAMNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

ISTILAH, SIMBOL, DAN OBJEK YANG DIBERI SIMBOL DALAM MATEMATIKA. Oleh: Sugiyono, FMIPA UNY ABSTRAK

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

Geometri di Bidang Euclid

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA DALAM MEMBUKTIKAN SUATU GRUP (Studi Pada Mahasisiwa Pendidikan Matematika Universitas Al Asyariah Mandar) Fatimah*

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

DASAR-DASAR LOGIKA 1

Transkripsi:

SARANA BERFIKIR ILMIAH Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berfikir, yang memungkinkan dilakukannya telaah ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan telaah ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri, manusia-homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi. Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan pola berfikir induktif, untuk itu penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan, sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistik. Hal ini dapat dipahami dengan beberapa pernyataan mengapa bahasa, matematika dan statistika diperlukan dalam kegiatan ilmiah, seperti bagaimana mungkin seorang bisa melakukan penalaran yang cermat, tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat? Bagaimana seseorang bisa melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik? Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa berpikir ilmiah, merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. PEMBAHASAN Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapi kebenrann disamping rasa dan kehendak untuk mencapai kebaikan.dengan demikian, ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Dalam kehidupan seharihari manusia selalu menggunakan pikrannya. 1

Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Dalam berpikir ilmiah itulah manusia membutuhkan beberapa sarana yang akan digunakan dalam pengaplikasiannya. Sarana tersebut yang disebut sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membentuk kegiatan dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan saranan tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : (1) Bahasa (2) Matematika, (3) Statistika. A. BAHASA Bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif (Kneller di dalam Suriasumantri (1996). Fungsi simbolik sangat menonjol dalam komunikasi ilmiah. Bahasa diperlukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam hal mengkomunikasikan hasil penelitian. Bahasa Ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Oleh karena itu erat kaitannya antara aplikasi bahasa dalam penggunaan berpikir ilmiah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Definisidefinisi bahasa tersebut menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. Alhasil, bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut : 1. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan. 2. Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya. 3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi. 4. Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya. 5. Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. 6. Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia. 7. Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat komunikasi dan interaksi Bahasa ilmiah, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung. Bahasa ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah. 2

Oleh karena itu, dalam aplikasi berpikir ilmiah maupun aplikasi yang lain fungsi bahasa adalah pemegang peranan yang penting. Dalam singkat kata tanpa bahasa manusia tidak akan pernah bisa mengungkapkan ide ataupun gagasannya, seta manusia mempunyai kedudukan yang tidak jauh berbeda dengan hewan. B. MATEMATIKA Dalam sarana berpikir ilmiah juga memiliki kelemahan tersendiri, contonya yaitu bahasa. Didalam sarana matematika, srana ini dapat membantu menghilangkan kelemahan dari bahasa. Matematika diambil dari bahasa Yunani, µαθηµατικά mathēmatiká) Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science), secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan,dan ruang: tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka.didalam matematika yaitu yang dipergunakan yaitu bahasa numerik yakni dimana hal ini dapat membantu meningkatkan aplikasi serta produktifitas daya prediktif dan control menjadi lebih cermat dan tepat. Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Matematika digunakan untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emotif dari bahasa verbal. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif. Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap. Pembuktian secara deduktif sebagai berikut : andaikan m dan n sembarang dua bilangan bulat maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan (2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1). Karena m dan n bilangan bulat maka (m+n+1) bilangan bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap. Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan matematika selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan lainnya dalam pengembangan dan operasinya. Salah satu contohnya pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, dpat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya: P1 = Po (1 + n), dimana P1 adalah panjang logam pada temperatur t, Po merupakan panjang logam pada temperatur nol dan n merupakan koefisien pemuai logam tersebut. Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi itu selanjutnya dapat dibentuk unsur-unsur matematika yang terdefinisi. Misalnya segitiga adalah lengkungan tertutup sederhana yang merupakan gabungan dari tiga buah segmen garis. Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsure-unsur yang terdefinisi dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat. Misalnya: melalui sebuah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu titik yang lain. Tahap selanjutnya dari unsure-unsur yang tidak terdefiisi, unsure-unsur yang terdefinsi, dan aksioma atau postulat dapat disusun teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif dan berlaku umum. Misalnya: jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat. Kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matemátika bersifat consisten. Proses pembuktian secara deduktif akan melibatkan teori atau rumus matemátika lainnya yang sebelumnya sudah di buktikan kebenarannya secara deduktif juga. 3

Karakteristik Matematika a. Memiliki obyek yang abstrak Obyek dasar matematika adalah abstrak dan disebut obyek mental, obyek pikiran yaitu : 1. Fakta Berupa konvensi-konvensi yang di ungkap dengan simbol tertentu. Contoh : 2 dipahami sebagai bilangan dua, 5-2 dipahami sebagai lima kurang dua, // bermakna sejajar dan lain-lain 2. Konsep Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sejumlah obyek. Apakah obyek tertentu merupakan konsep atau bukan. 3. Operasi Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Operasi adalah suatu relasi khusus karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Contoh : operasi unair, operasi biner. 4. Prinsip Prinsip adalah obyek matemática yang komplek. Prinsip dapat terdiri dari beberapa fakta, beberapa konsep, yang dikaitkan oleh suatu relasi / operasi. Prinsip adalah hubungan antara berbagai obyek dasar matematika. Prinsip dapat berupa axioma, teorema, sifat dan lain-lain. Skill adalah prosedur atau suatu kumpulan aturan-aturan yang digunakan untuk menyelesaikan soal matematika. b. Bertumpu pada kesepakatan Kesepakatan yang amat mendasar adalah axioma dan konsep primitif. Aksioma disebut juga postulat adalah pernyataan pangkal yang tidak perlu di buktikan. Konsep primitif disebut juga undefined term adalah pengertian pangkal yang tidak perlu di definisikan. c. Berpola pikir deduktif Kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan Antar konsep atau pernyataan dalam matemática bersifat consisten. Proses pembuktian secara deduktif akan melibatkan teori atau rumus matemática lainnya yang sebelumnya sudad di buktikan kebenarannya secara deduktif juga. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti Contoh : Model persamaan x+y=z belum tentu bermakna bilangan, makna huruf atau tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu. e. Memperhatikan semesta pembicaraan Bila semesta pembicaraannya adalah bilangan maka simbol-simbol diarikan bilangan. Contohnya: jika kita bicara di ruang lingkup vektor a + vektor b = vektor c maka hurufhuruf yang digunakan bukan berarti bilangan tetapi harus di artikan sebagai vektor f. Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika terdapat banyak sistem. Satu dengan yang lain bisa saling berkaitan tetapi juga bisa saling lepas. Sistem-sistem aljabar : sistem aksioma dari grup, sistem aksioma dari ring, sistem aksioma dari field, dsb. Sistem-sistem geometri : sistem geometri netral, sistem geometri Euclides, sistem geometri non Euclides. Di dalam masing-masing sistem dan struktur itu terdapat KONSISTENSI. C. STATISTIKA Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. statistik merupakan 4

diskripsi dalam bentuk angka-angka dari aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta dalam bentuk hitungan atau pengukuran.statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka. Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin tinggi pula tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Selain itu, statistika juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat emperis. Penggunaan statistika dalam proses berpikir ilmiah, sebagai suatu metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang berdasarkan logika induktif. Karena statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif. KESIMPULAN Manusia selalu berfilsafat. Manusia juga berpikir dan aplikasinya juga dapat berupa lisan maupun tulisan. Dalam berpikir manusia menggunakan logika yang dimilkinya untuk aplikasi penerapannya. Manusia dalam suatu waktu tertentu juga menggunakan aplikasi berpikir yang didalamnya terdapat beberapa unsur yang nantinya akan di aplikasikan dalam bentuk tulisan ilmiah. Berpikir ini disebut dengan berpikir ilmiah, yang didalamnya terdapat beberapa sarana yang biasanya digunakan untuk mendukungnya. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Sarana yang seperti dipaparkan dalam pernyataan diatas, yakni seperti bahasa, matematika, dan statistika. Ketiga sarana tersebut tidak harus selalu digunakan akan tetapi, sarana ini saling melengkapi dan digunakan sesuai kapasitas dan ketentuan yang akan digunakan dalam aplikasi berpikir ilmiah. Sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Sarana tersebut juga diharapkan sebagai hasil yang akan dicapai nantinya dan dapat dibuktikan kualitas kebenarannya. Oleh: Intan Purwanto (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.) 5