WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

dokumen-dokumen yang mirip
PASAR KOTAGEDE. Oleh : Theresiana Ani Larasati

VARIASI LEGENDA KI AGENG MANGIR BERDASARKAN TRANSMISI MASYARAKAT PENDUKUNG

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

Teks Cerita Sejarah. Tujuan Pembelajaran:

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB I PENDAHULUAN. hutan belantara merupakan kebanggaan pada usia muda. Di tengah perjalanannya rombongan

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa

ASAL MULA NAMA PANTARAN

Asal Mula Candi Prambanan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA

LEGENDA JAKA TINGKIR VERSI PATILASAN GEDONG PUSOKO KARATON PAJANG DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT: TINJAUAN RESEPSI SASTRA

ASAL MULA DESA NGALIYAN DAN DESA JAWENG.

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

P E N E T A P A N. Nomor 0029/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya dan Museum Kab. Pacitan Provinsi Jawa Timur

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

Jadi aku harus minta izin Ayah supaya bisa masuk ke sana? tanya Putri Ahanni pada gurunya.

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 005/Pdt.P/2012/PA.Skh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.

MUSEUM KARETA KARATON NGAYOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

Ministry by : Cahya Nugraha.

Satuan Ukuran (Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan)

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

P U T U S A N. Nomor : 374/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB III STRATEGI PERANCANGAN & KONSEP VISUAL. III.1. Strategi Komunikasi

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

TENTANG DUDUK PERKARANYA

SALINAN PENETAPAN Nomor : 09/Pdt.P/2011/PA.Pkc.

KISSING THE MAID OF HONOR

Nyi Ageng Serang Tokoh Wanita Pejuang Bangsa. R. Soelistijanto FIPS IKIP Veteran Semarang


Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2

PUTUSAN Nomor 017/Pdt.G/2014/PA.Mtk

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah

Judul : POLIP KARANG Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam

Asal-Usul Nama Kecamatan Kasihan Bantul

Batu yang Menjadi Roti

PENETAPAN Nomor XXX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan

P E N E T A P A N Nomor:0045/Pdt.P/2010/PA.Wno

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

tugasnya masing-masing, wartawan-wartawan dilarang keras mendekat, memotret maupun masuk kedalam apartemen. Korban tewas kira-kira pukul sebelas

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

Analisis Cerpen Kartu Pos dari Surga

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH :

IV. DATA DAN ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

LAMPIRAN. Legenda Mas Merah. gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Raja Salomo yang Bijaksana

PUTUSAN. Nomor : 1323/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARI JADI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor : /Pdt.P/2013/PA.TPI BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO

BAB II BIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS. George Eliot lahir dengan nama Mary Anne Evans pada tanggal 22

PENETAPAN. Nomor : 0016/Pdt.P/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PENETAPAN Nomor : 0010/Pdt.P/2011/PA.Dmk.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

P E N E T A P A N Nomor : XX/Pdt.P/2013/PA.Ktbm.

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

P E N E T A P A N Nomor : 06/Pdt.P/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

P U T U S A N. Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kerajaan Mataram Islam. Dhani Ahmad K. ( 08 ) Fahira Rahma N. ( 11 ) Pradana Raditya ( 21 ) Qanita Ciesa ( 22 ) Rachmad Agung W.

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0156/Pdt.P/2015/PA.Sit B ISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

Transkripsi:

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE Theresiana Ani Larasati Kotagede sebagai bekas ibukota kerajaan memiliki beberapa peninggalan bersejarah, di antaranya Watu Gateng dan Watu Gilang. Kedua peninggalan tersebut dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Lokasi Watu Gateng dan Watu Gilang kurang lebih satu kilometer di sebelah selatan pasar dengan menyusuri jalan sisi barat, atau sekitar 300 meter di selatan komplek masjid dan makam. Setelah mengunjungi komplek masjid dan makam, perjalanan menuju ke arah selatan, ke sebuah kampung yang disebut Kampung Dalem (dahulu bekas dalem atau keraton) yang di dalamnya terdapat bangunan kecil. Di dalam bangunan kecil tersebut terdapat tiga buah batu bulat, berwarna kuning keemasan, yang disebut Watu Gateng, dan sebuah batu persegi empat yang bernama Watu Gilang. Watu Gateng Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, konon Panembahan Senapati memiliki putra dari hasil perkawinannya dengan penguasa laut selatan, yaitu Nyi Rara Kidul. Putra Panembahan Senapati tersebut bernama Raden Rangga yang dikenal sebagai seorang anak yang nakal namun memiliki kesaktian luar biasa. Salah satu mainan kegemaran Raden Rangga adalah batu-batu berbentuk bola yang saat ini jumlahnya hanya tinggal tiga buah. Ketiganya sangat berat untuk ukuran alat permainan, yaitu kurang lebih 15 kilogram/batu. Namun, Raden Rangga justru bermain dengan batu-batu tersebut untuk dilempar-lemparkan. Raden Rangga pernah memberitahu pamannya; Ki Juru Martani (Patih Mandaraka) untuk tidak berbuat sewenang-wenang, namun Raden Rangga sendiri malah berbuat sesuatu yang membuat kesal hati pamannya tersebut. Konon ceritanya, hal yang dilakukan Raden Rangga dan membuat pamannya sangat kesal diantaranya adalah perbuatan melubangi gentong batu milik Ki Juru Martani. Sumber lain menggambarkan bahwa kesaktian Raden Rangga diantaranya juga tampak saat Raden Rangga kesal terhadap pamannya, ia bersumpah jika pamannya mempunyai anak, maka anak itu akan kithing (cacat). Ternyata sumpah Raden Rangga menjadi kenyataan. Patih 1

Mandaraka (Ki Juru Martani) mempunyai anak yang tangannya kithing dan selanjutnya anak tersebut diberi julukan Ki Ageng Kithing. Konon ceritanya, tidak hanya Ki Juru Martani yang menemui kesulitan menghadapi Raden Rangga, ayahnya pun demikian juga. Kejadian yang diceritakan secara turun temurun menggambarkan bahwa pada suatu hari, Raden Rangga sedang bermain-main dengan ayahnya. Tanpa disengaja, Raden Rangga menyakiti tangan ayahandanya hingga membuat Panembahan Senapati secara refleks mengibaskan tangannya. Kibasan tangan Panembahan Senapati yang kesakitan akibat ulah Raden Rangga tersebut membuat Raden Rangga terlempar jauh keluar menembus tembok keraton. Reruntuhan tembok tersebut hingga saat ini masih terlihat di Gang Sentosa yang letaknya kurang lebih 100 meter di sebelah utara Watu Gateng. Masyarakat setempat menyebutnya mbedahan. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa benturan badan Raden Rangga di dinding benteng keraton tersebut selanjutnya meninggalkan lubang di dinding sebesar ukuran manusia, yang disebut Jebolan Raden Rangga. Sumber lain juga menyebutkan bahwa kemungkinan batu-batu bulat yang dikenal sebagai watu gateng merupakan peluru meriam kuno. Sebagai gambaran perlu diketahui bahwa pada masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram sering dibuat meriam berukuran besar yang diberi nama pancawura. Watu Gilang Watu Gilang dipercaya merupakan tahta singgasana atau tempat duduk Panembahan Senapati. Bentuk watu gilang berupa papan segiempat berukuran 2 meter x 2 meter, tingginya kurang lebih 30 centimeter. Di atas watu gilang terpahat tulisantulisan yang ditulis dalam Bahasa Latin, Perancis, Belanda, dan Itali. Tulisan tersebut berbunyi sebagai berikut: ITA MOVETUR MUNDUS (Bahasa Latin) AINSI VA LE MONDE (Bahasa Perancis) ZOO GAT DE WERELD (Bahasa Belanda) COSI VAN IL MONDU (Bahasa Itali) Kalimat yang ditulis dalam empat bahasa tersebut mengandung arti demikianlah perubahan dunia. Keempat kalimat tersebut ditata membentuk lingkaran, dan di dalam lingkaran tersebut terdapat tulisan dalam Bahasa Latin: AD AETERNAM 2

MEMORIAM SORTIS INFELICIS yang berarti untuk memperingati nasib yang kurang baik. Tulisan tersebut tampaknya menjadi penanda bagi kisah duka yang pernah terjadi di atas lempengan watu gilang tersebut. Setiap kali orang memandangi lempengan watu gilang, akan terlihat di salah satu sisinya sebuah cekungan yang besarnya kurang lebih sebesar dahi orang dewasa. Konon ceritanya, cekungan yang terpahat di lempengan watu gilang tersebut merupakan bekas benturan kepala Ki Ageng Mangir Wanabaya, yang dihempaskan oleh Panembahan Senapati pada saat menghaturkan sembah kepadanya. Ki Ageng Mangir Wanabaya dikenal sebagai tokoh pemberontak kerajaan yang terpikat oleh putri raja bernama Ni Pembayun dan kemudian menikahinya. Ni Pembayun mengajak Ki Ageng Mangir menghadap ayahnya untuk memohon restu atas pernikahan mereka. Pada awalnya, Ki Ageng Mangir menolak karena ia adalah buronan dan pengkhianat bagi Panembahan Senapati. Di sisi lain, Panembahan Senapati adalah mertuanya. Maka, demi cintanya kepada Ni Pembayun, Ki Ageng Mangir akhirnya memenuhi permintaan istrinya untuk menghadap Panembahan Senapati. Konon ceritanya, sesampainya di Keraton Kotagede, para pengawal melarang Ki Ageng Mangir masuk ke dalam keraton karena masih membawa senjata (Tombak Ki Baru Klinthing). Maka atas dasar cintanya kepada Ni Pembayun dan hormatnya kepada Sang Mertua, Ki Ageng Mangir meletakkan senjatanya dan menghadap mertuanya untuk meminta restu. Namun ternyata, Panembahan Senapati begitu membencinya. Saat Ki Ageng Mangir sedang menghaturkan sembah sujud kepada Panembahan Senapati, seketika itu juga kepala Ki Ageng Mangir dibenturkan ke dampar tempat duduknya hingga meninggal seketika. Demikian digambarkan bahwa cekungan yang terdapat di salah satu sisi watu gilang merupakan bekas benturan kepala Ki Ageng Mangir, yang dihempaskan oleh Panembahan Senapati sewaktu menghadap memohon restu atas pernikahannya, dan menghaturkan sembah. Dahi Ki Ageng Mangir tampaknya tepat mengenai watu gilang sehingga meninggalkan bekas dahi yang membekas dalam (dhekok). Sumber lain menyebutkan bahwa peristiwa Ki Ageng Mangir terpikat dan jatuh cinta kepada Ni Pembayun, kemudian menikahinya, serta keduanya menghadap Panembahan Senapati untuk memohon restu, merupakan taktik Panembahan Senapati 3

guna menundukkan Ki Ageng Mangir. Ni Pembayun melaksanakan tugas dari ayahnya untuk memperdaya Ki Ageng Mangir Wanabaya, yang merupakan musuh bebuyutan Mataram. Ni Pembayun diceritakan melaksanakan tugas dari ayahandanya dengan menyamar sebagai ledhek yang hidup di tengah masyarakat. Akhirnya Ni Pembayun dan Ki Ageng Mangir saling jatiuh cinta dan menikah. Namun pada kenyataannya, Panembahan Senapati tetap membencinya. Status Ki Ageng Mangir di satu sisi sebagai pemberontak dan di sisi lain merupakan menantu kerajaan berdampak terhadap makam Ki Ageng Mangir. Makam Ki Ageng Mangir setengahnya (separuh badan) berada di dalam makam keluarga raja (melambangkan putra menantu Panembahan Senapati), sedangkan setengah badan lainnya berada di luar tembok makam (melambangkan musuh Panembahan Senapati). Adapun jenasah Ni Pembayun tidak dimakamkan di Makam Kotagede namun dimakamkan di Karang Turi, kurang lebih berjarak dua kilometer sebelah timur Pasar Kotagede. Konon ceritanya, sejak meninggalnya Ki Ageng Mangir, Ni Pembayun sangat berduka. Melihat kesedihan puterinya, Panembahan Senapati tidak tega hati. Guna menghibur hati putrinya yang sedang mengandung anak buah cintanya dengan Ki Ageng Mangir, Panembahan Senapati kemudian menikahkan putrinya dengan Ki Ageng Karang Lo, seorang sahabat dekat Ki Ageng Pemanahan, sekaligus yang mendampingi dan membantu terbentuknya Keraton Mataram dengan ibukota Kotagede. Sumber Pustaka: Albiladiyah, I., dan Suratmin. 1997 Kotagede Pesona dan Dinamika Sejarahnya. Yogyakarta: Lembaga Studi Jawa Soekiman, Djoko. 1992/1993 Kotagede. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wibowo, E., Nuri, H., Hartadi, A. 2011 Toponim Kotagede. Asal Muasal Nama Tempat. Rekompak, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Java Reconstruction Fund, Forum Joglo (Forum Musyawarah Bersama Sahabat Pusaka Kotagede) 4

Sumber Internet: Seri Kotagede: Watu Gilang dan Watu Gatheng, diunduh dari http://sejarah.kompasiana.com/2010/04/20/seri-kotagede-watu-gilang-dan-watu-gatheng-122583.html#, diunduh Rabu, 4 Desember 2013 pukul 11.15 WIB. 5