BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang:

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

(apigenin, apiin, isoquercitrin), furanocoumarins (apigravin, apiumetin, apiumoside, bergapten, selerin, selereosid, isoimperatorin, isopimpinellin,

BAB I PENDAHULUAN. macam pengobatan berdasarkan pengalaman empirik secara turun temurun. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

Di Indonesia, penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella mulai banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB I PENDAHULUAN. atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan obat

PENGGUNAAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura pseudochina [Lour.

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

Metoda-Metoda Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIFAT FISIK TABLET DIHYDROARTEMISININ-PIPERAQUIN (DHP) SEDIAAN GENERIK DAN SEDIAAN DENGAN NAMA DAGANG YANG BEREDAR DI KOTAMADYA JAYAPURA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya. Bahkan tidak sedikit dokter yang mulai meresepkan obat herbal (Kusuma & Zaky, 2005). Sani et al., (2012) melaporkan bahwa daun kersen menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, flavonoid, triterpen dan steroid, tetapi tidak menunjukkan adanya alkaloid. Kersen satusatunya spesies dalam genus Muntingia yang mempunyai banyak manfaat. Daunnya digunakan sebagai infus, antiinflamasi, antipiretik, mengurangi pembengkakan kelenjar prostat, dan dijadikan minuman. Daun kersen yang diekstrak dengan metanol menunjukkan aktivitas antioksida signifikan pada IC 50 sebanyak 22µg/mL (Premakumari et al., 2010). Aktivitas antioksidan dihasilkan dari kandungan senyawa fenolik dalam daun kersen (Kuntorini dkk., 2013). Tablet konvensional dan kapsul merupakan bentuk sediaan yang paling populer di masyarakat. Salah satu kelemahan dari bentuk sediaan tersebut adalah Disfagia atau kesulitan dalam menelan bagi banyak pasien, terutama anak-anak dan usia lanjut. Saat ini masih belum banyak penelitian yang melakukan formulasi kersen dalam bentuk sediaan farmasi. Oleh karena itu, ekstrak daun kersen akan diformulasi menjadi bentuk sediaan Fast Disintegrating Tablet (FDT). Fast Disintegrating Tablet adalah bentuk sediaan padat jika diletakkan di lidah, hancur atau cepat larut, melepaskan obat, dalam beberapa detik tanpa perlu air. Akhirakhir ini permintaan sediaan FDT semakin meningkat di masyarakat dan berkembang pesat dalam industri farmasi. Baru-baru ini sediaan FDT mulai populer, karena mudah dalam penggunaannya dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat (Deepak et al., 2012). Penelitian ini menggunakan bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum. Keuntungan explotab yaitu menggunakan mekanisme swelling untuk mendisintegrasikan tablet dengan cepat. Mekanisme tersebut melibatkan 1

2 penyerapan air secara cepat, mengembang sehingga menyebabkan peningkatan volume pada granul yang mengakibatkan terjadinya disintegrasi secara cepat dan seragam. Peningkatan tekanan kompresi tablet tidak berpengaruh pada waktu hancur tablet. Pembuatan tablet berbahan explotab biasanya menggunakan metode kempa langsung atau granulasi basah dengan konsentrasi optimum dalam formulasi adalah 4% (Mangal et al., 2012). Kekurangan explotab yaitu pada konsentrasi tinggi dapat membentuk gel dan hilangnya disintegrasi (Bala et al., 2012). Bahan pengisi amilum ditambahkan pada formulasi FDT dengan tujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet dan membantu kemudahan dalam pembuatan tablet (Siregar, 2010). Pati (amilum) sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (binder) dalam pembuatan tablet banyak digunakan dalam bidang industri dan farmasi. Kekurangan pati (amilum) yaitu tidak mempunyai daya alir (fluiditas) dan kompaktibilitas dalam membentuk tablet yang baik (Yusuf et al., 2008). Amilum mempunyai efek lain sebagai pengikat (Hausler, 2009). Konsentrasi kedua bahan tersebut belum diketahui sehingga perlu dioptimasi. Optimasi dilakukan dengan metode Factorial Design yang bertujuan untuk melihat efek dan interaksi dari kombinasi explotab dan amilum ditinjau dari sifat fisik tablet yang baik, serta didapat formula yang optimum. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum terhadap sifat fisik FDT ekstrak daun kersen? 2. Pada konsentrasi berapa kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum menghasilkan formula optimum ditinjau dari sifat fisik FDT ekstrak daun kersen? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum terhadap sifat fisik FDT ekstrak daun kersen.

3 2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa didapatkan formula optimum kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum ditinjau dari sifat fisik FDT ekstrak daun kersen. D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Kersen (Muntingia calabura. L). Kersen merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kersen satu-satunya spesies dalam genus Muntingia yang mempunyai banyak manfaat. Salah satunya berkhasiat sebagai antioksidan (Premakumari et al., 2010). Kuntorini dkk (2013) menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kersen tua lebih kuat dibandingkan daun kersen muda, dengan nilai IC50 ekstrak daun kersen tua sebesar 18,214 ppm. Klasifikasi tanaman kersen dalam taksonomi menurut Tjitrosoepomo (2010), yaitu sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Tiliaceae Marga : Muntingia Jenis : Muntingia calabura L. Sani et al (2012) melaporkan bahwa daun kersen menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, flavonoid, triterpen dan steroid, tetapi tidak menunjukkan adanya alkaloid. Daun kersen dapat juga digunakan sebagai obat batuk dan peluruh dahak (Widyaningrum, 2011), infus, antiinflamasi, antipiretik, dan dijadikan minuman (Premakumari et al., 2010). 2. Ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan pelarut (Agoes, 2007). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes, 1979). Daun kersen kering diekstraksi secara maserasi dengan metanol di bawah suhu kamar selama

4 tiga hari dan ekstrak dipekatkan. Metanol digunakan sebagai pelarut untuk mengekstrak senyawa yang bersifat polar (Kuntorini dkk., 2013). Lamanya waktu maserasi harus cukup agar dapat memasuki semua rongga dari struktur obat dan melarutkan semua zat yang mudah larut. Untuk ekstraksi yang optimum memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari, tergantung pada sifat atau ciri campuran obat (Ansel, 1989). Keuntungan dari maserasi adalah peralatan dan cara kerja yang digunakan sederhana serta mudah diusahakan sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan banyak pelarut dan pengerjaannya lama (Depkes, 1986). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1984). 3. Fast Disintegrating Tablet (FDT). FDT adalah bentuk sediaan padat jika diletakkan di lidah, hancur atau larut seketika, melepaskan obat, dalam beberapa detik tanpa perlu air (Deepak et al., 2012). Sinonim dari FDT yaitu fast dissolving tablet, mouth dispersible tablet, melt in mouth tablet, rapimelt, porous tablet or rapidly disintegrating tablet (Patil et al., 2011). FDT baik untuk pasien yang mudah muntah, pasien yang alergi, dan tidak tersedianya air. Ketika obat cepat melarut maka penyerapan obat akan lebih cepat dan cepat timbulnya efek klinis (Deepak et al., 2012). Menurut Bhowmik et al (2009) kelemahan sediaan FDT, yaitu: (1) tablet biasanya memiliki kekuatan mekanik yang cukup (2) tablet dapat meninggalkan rasa yang tidak enak jika tidak diformulasi dengan benar. Kelebihan sediaan FDT antaralain: (1) diminum tanpa air, dimanapun dan kapanpun, (2) baik untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan terutama anak-anak, (3) baik untuk pasien yang mudah muntah, (4) stabilitas obat baik karena obat tetap dalam bentuk sediaan padat. Metode pembuatan FDT dilakukan dengan beberapa cara antaralain: granulasi basa, granulasi kering dan kempa langsung. Granulasi Basah adalah proses menambahkan cairan pada campuran serbuk dalam wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul. Keuntungan granulasi basah antaralain: sifat-sifat mengalirnya lebih baik, distribusi zat aktif yang larut lebih baik, debu berkurang, dan pencegahan pemisahan campuran serbuk. Kerugian

5 granulasi basah antaralain: biaya yang besar karena berkaitan dengan penggunaan ruangan, waktu, dan peralatan yang relatif banyak (Siregar, 2010). 4. Sifat Fisik Granul a. Uji kecepatan alir. Uji kecepatan alir merupakan pengujian yang sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot. Uji kecepatan alir menggunakan metode corong. Serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir 10 detik (kecepatan alir 10 gram/detik). Besar kecilnya lubang corong akan mempengaruhi waktu alir (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Uji kecepatan alir dihitung dengan persamaan: V...(1) Keterangan: t= waktu alir granul (detik); m= massa granul (gram) b. Uji pengetapan. Uji pengetapan ditentukan dengan mengukur perubahan volume sejumlah serbuk yang dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Serbuk dikatakan dapat mengalir bebas, jika perubahan volume sesudah pengetapan <20 % (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Uji pengetapan dihitung dengan persamaan: Indeks pemampatan =...(2) Keterangan: Vo= volume sebelum pengetapan; Vt= volume setelah pengetapan 5. Sifat Fisik Tablet a. Keseragaman Bobot. Keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), yaitu ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Persyaratan Keseragaman bobot dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Persyaratan keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III Bobot tablet rata-rata Penyimpangan (%) dari bobot tablet rata-rata A B 25 mg atau kurang 15 30 26-150 mg 10 20 151-300 mg 7,5 15 >300 mg 5 10 CV =...(3) Keterangan: CV = koevisien variasi; SD = simpangan baku; X = purata bobot

6 b. Kekerasan. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti benturan, keretakan selama pengemasan, penyimpanan, transfortasi, dan sampai ke tangan pengguna. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan FDT adalah 2,56-3,55 kg (Madan et al., 2009). c. Kerapuhan. Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet. Semakin besar nilai persentase kerapuhan, semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan tablet yang baik bila hasilnya kurang dari 0,8% (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Kerapuhan FDT adalah tidak boleh lebih dari 1% (Ratnakar & Prajapati, 2011). %Kerapuhan = 100%...(4) d. Waktu Hancur. Uji waktu hancur tidak dapat mewakili kondisi dalam mulut maka uji waktu hancur dilakukan dengan cara meletakkan tablet di tengah cawan petri (diameter 10 cm) yang berisi 10 ml air. Waktu dihitung mulai dari meletakkan tablet sampai tablet hancur sempurna (Mangal et al., 2012). 6. Optimasi Model Desain Faktorial. Factorial design merupakan teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan untuk menentukan secara simulasi efak dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Persamaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktorial menggunakan konsentrasi terendah dan tertinggi. Persamaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor: Y=β 0 +β 1 (A)+β 2 (B)+β 12 (A)(B)...(5) Dimana: Y = respon hasil atau yang diamati (A), (B) = level faktor A dan B nilainya antara -1 sampai +1 β 0, β 1, β 2, β 12 = koevisien, dihitung dari hasil percobaan Konsep percobaan factorial design dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Konsep percobaan factorial design untuk dua level dan dua faktor (Kurniawan & Sulaiman, 2009) A B Interaksi A dan B (1) - - + A + - - B - + - AB + + + Keterangan: (-) konsentrasi rendah; (+) konsentrasi tinggi

7 E. Landasan Teori Ekstrak metanol daun kersen memiliki efek terapi yang baik dalam mengurangi respon nociceptive (respon nyeri) (Zakaria et al., 2014) dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan oleh bagian daun (Kuntorini dkk., 2013). FDT dimaksudkan untuk hancur atau cepat larut, melepaskan obat dalam beberapa detik ketika diletakkan dilidah. FDT bertujuan untuk merancang bentuk sediaan, bebas dari efek samping dan melepaskan obat dengan segera untuk mencapai kepatuhan pasien yang lebih baik (Deepak et al., 2012). Kecepatan disintegrasi tablet tidak hanya dipengaruhi bahan penghancur, tetapi juga dipengaruhi bahan pengisi (Siregar, 2010). Bahan pengisi amilum selain berfungsi sebagai pengisi berfungsi juga sebagai disintegran dalam pembuatan tablet sehingga dapat membantu kecepatan disintegrasi (Hausler, 2009). Amilum mempunyai sifat lain sebagai pengikat (Hausler, 2009), untuk menanggulangi sifat tersebut perlu penambahan bahan explotab. Tablet dengan bahan penghancur explotab ketika bersinggungan dengan air, dengan cepat air akan berpenetrasi masuk kedalam pori-pori tablet sehingga mengalami pembengkakan, mengakibatkan lemahnya kerekatan (adhesiveness) dengan bahan lain menyebabkan tablet menjadi hancur (Mangal et al., 2012). Optimasi dilakukan dengan metode Factorial Design yang bertujuan untuk mengetahui efek dan interaksi terhadap respon (Bolton, 1997). Efek dan interaksi dilihat dari kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum. F. Hipotesis Optimasi formula ekstrak daun kersen dengan kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum berpengaruh terhadap sifat fisik granul dan FDT. Konsentrasi explotab tinggi dan konsentrasi amilum rendah akan menurunkan waktu hancur tablet.