OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Tabel 1.1 Komposisi Gas Alam. Komponen Persentase mol (%)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI INJEKSI PENAMBAHAN BAHAN KIMIA UNTUK PENCEGAHAN PEMBENTUKAN GAS HIDRAT

HYDRATE GAS ALAM: PREDIKSI DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORUM IPTEK Vol 13 No. 03 STUDI PENGAMATAN PROSES DEHIDRASI PADA PROSES PEMURNIAN GAS

PengaruhTemperaturReboilerTerhadapKemurnian TEG & Moisture Content Gas di Petani Gas Plant

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Gas Processing. SMK / MAK Kelas XI dan XII GAS PROCESSING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil optimasi sumur gas dan hasil simulasi hysys

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

PengaruhTemperaturReboilerTerhadapKemurnian TEG & Moisture Content Gas di Petani Gas Plant

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

Pra Perancangan Pabrik Kimia Propylene Glycol Kapasitas ton/tahun

BAB II PERANCANGAN PRODUK

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

BAB I DISTILASI BATCH

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

BAB II STUDI LITERATUR

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

Gambar 1 Open Kettle or Pan

KIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS)

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB II LANDASAN TEORI

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

BAB II LANDASAN TEORI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Metode water-washing dengan cara menurunkan suhu air (Pirola dkk., 2015)

BAB II LANDASAN TEORI

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

Transkripsi:

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam ( natural gas ) yang baru keluar dari perut bumi kandungan uap airnya tinggi atau dalam kondisi saturated ( jenuh ). Hal ini berarti bila gas mengalami pendinginan sehingga suhunya dibawah suhu dew pointnya maka akan terjadi pelepasan uap air dari gas dan akan terbentuk air bebas (free water ). Free water ini akan membentuk hydrate atau zat padat yang merupakan campuran antara air dan hidrokarbon ringan yang dapat terjadi diatas titik beku air. Adanya hydrat pada operasional akan berpengaruh : terjadinya kebuntuan pada pipa penyalur, korosif. Untuk memisahkan kandungan air dalam gas tersebut dapat dilakukan dengan cara injeksi bahan kimia untuk menurunkan dew point dari air atau dapat dengan mengurangi serendah mungkin air dengan absorbsi. I. PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam ( natural gas ) yang baru keluar dari perut bumi kandungan uap airnya tinggi atau dalam kondisi saturated ( jenuh ). Dengan kandungan air yang tinggi akan menyebabkan timbulnya hidrat makin besar pula sehingga gas tersebut akan membuat permasalahan dalam pengope-rasian maupun akan menurunkan nilai jual maupun nilai ekonomis. Sehingga sangatlah penting hidrat harus dihilangkan sehingga hidrat dalam gas serendah mungkin. Dengan menurunkan kandungan air dalam gas ini akan meningkatkan nilai kalori dari gas maupun memu-dahkan pengoperasian gas dan mencegah kerusakan-kerusakan peralatan yang digunakan untuk operasional tersebut. b. Tujuan Penulisan 1. Mekanisme terbentuknya hidrat. 2. Prediksi Suhu Pembentukan Hidrat 3. Pencegahan Pembentukan Hidrat (Hydrate Prevention) 4. Unit Gas Dehydration c. Batasan Masalah Penyusunan makalah ini akan dibatasi pada: Pencegahan pembentukan hidrat, menurunkan dewpoint air dengan menginjeksi bahan kimia dan pemisahan uap air yang ada dalam gas dengan menggunakan Unit Dehydration II. DASAR TEORI Dalam mekanisme terbentuk-nya hidrat akan digunakan dengan grafis. Prediksi Suhu pembentukan hidrat dengan metode grafis, injeksi bahan kimia untuk menurunkan dewpoint air dan Pemisahan uap dengan gas dengan Unit Dehydration. Mekanisme Terbentuknya Hidrat. Hydrate adalah suatu zat padat yang merupakan campuran antara air dan hidrokarbon ringan yang dapat terjadi diatas titik beku air. 67

Semua kristal hidrat berbentuk kubus atau gabungan antara beberapa kubus sehingga molekul hidrokarbon terperangkap. Molekul-molekul methan, ethan dan hidrogen sulfida dapat menempati ronggarongga yang ukurannya kecil, sedangkan molekul-molekul propan dan butan hanya menempati rongga yang berukuran besar. Bila dalam piping system / proses terbentuk hydrate, maka akan timbul bebagai kesulitan yakni mulai dari pressure drop yang besar sampai kondisi ekstrem yakni terjadi penyumbatan. Mekanisme terbentuknya hidrat terlihat dari GRAFIK berikut : Grafik : 1 Kandungan Air Efektif dalam CO 2 Grafik : 2 Kandungan Air Efektif dalam H 2 S 68

III. Prediksi Suhu Pembentukan Hidrat Ada beberapa metode untuk memprediksi suhu pemben-tukan hidrat tetapi dalam hal ini akan menggunaka metode grafik. Disini hanya akan dibahas prediksi suhu pembentukan hidrat secara grafis. Dengan hanya mengetahui tekanan gas maka suhu pembentukan hidrat akan dapat langsung terbaca. Gambar : 3 Hydrat Formation and Deposition 69

Grafik : 4 Tekanan Versus Suhu Pembentukan Hidrate Contoh pemakaian grafik : Gas pada tekanan 800 psia, suhu pembentukan hidrat adalah 60 0 F. Hal ini berarti apabila suhu gas 60 0 F atau dibawahnya dan pada saat itu ada air bebas, maka akan terbentuk hidrat. Dalam hal ini suhu gas sepanjang pipe line harus > 60 0 F. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka kandungan uap air dalam gas harus diturunkan agar pada suhu < 60 0 F tidak terjadi pengembunan uap air ( free water) disepanjang pipe line. Pencegahan Pembentukan Hidrat (Hydrate Prevention) Seperti telah diuraikan dimuka bahwa terbentuknya hidrat harus dihindarkan, karena akan menimbul-kan kesulitan operasional. Salah satu pendorong terbentuk-nya hidrat adalah adanya air bebas (free water) didalam piping system. Gas bumi yang baru keluar dari sumur gas atau bersama-sama dengan minyak pada umumnya selalu jenuh dengan uap air dan suhunya relatif tinggi dari suhu pipa dimana gas tersebut akan dialirkan, misalnya didalam tanah atau dasar laut. Akibatnya akan terjadi air bebas didalam system perpipaan tersebut. 70

Dehidrasi adalah proses untuk menghilangkan cairan air dan/atau uap air (hidrat) dari gas alam dengan tujuan untuk: Mencegah terbentuknya hidrat di dalam saluran transmisi Memenuhi spesifikasi, dalam hal ini titik embun air yang diinginkan Mencegah korosi Ada 3 (tiga) metode pencegah-an terbentuknya hidrat yakni : 1. Dengan menginjeksikan bahan kimia. 2. Dengan membangun unit gas dehydration. 3. Dengan memanaskan piping 71ethan dimana gas yang akan melewati V.1. Dengan Menginjeksikan Bahan Kimia ( Inhibitor ) Bahan kimia yang dipakai adalah 71ethanol atau glycol. Fungsi kedua bahan kimia tersebut adalah untuk melarutkan air bebas tersebut diatas, sehingga tidak akan terbentuk hidrat. Banyaknya inhibitor yang harus diinjeksikan kedalam gas ditentukan oleh : a. Banyaknya air yang akan mengembun pada suhu terendah dimana gas akan lewat. b. Penurunan suhu pembentukan hidrat; adalah perbedaan antara suhu pembentukan hidrat dengan suhu terendah dimana gas akan lewat Pada grafik : menunjukkan glycol injection rate pada berbagai penurunan suhu pembentukan hidrat dan berbagai jumlah air yang akan mengembun disepanjang jalur pipa Contoh Gas bumi dialirkan dari offshore platform dengan kecepatan 350 MMSCFD. Tekanan gas 1500 psia dan suhunya 86 0 F. Gas tersebut mengalir dalam pipa yang terletak dibawah air laut yang suhu terendahnya 45 0 F. a. berapakah air yang akan terembunkan (lb/ MMSCF) dari gas disepanjang pipa pada suhu 45 0 F tersebut. b. berapakah suhu pembentukan hidrat dari gas pada tekanan tesebut c. hitunglah glycol injection rate (gall/mmscf) d. hitunglah glycol injection rate dalam gpm 71

Grafik : 5 Temperatur Pembentukan Hydrat Penyelesaian ; a. Tekanan Gas = 1500 PSIA Suhu Gas = 86 0 F W1 = 31 LB/MMSCF Tekanan Gas = 1500 PSIA T = 45 0 F W 2 = 8,5 LB/MMSCF Air Yang Mengembun = ( 31 8,5 ) = 22,5 LB/MMSCF b. P = 1500 PSIA Dari Grafik, Temp. Pembentukan Hidrat = 66 O F Temperatur Terendah yang akan Dicapai di Perpipaan = 45 0 F. Penurunan Suhu Pembentukan Hidrat = 66 0 45 0 = 21 0 F. c. Dengan Grafik W = 22,5 LB/MMSCF Penurunan Suhu Pemb. Hidrat = 21 0 F. 72 Terbaca : Glycol Injection Rate = 0,8 GALL / MMSCF d. Untuk Gas Flow Rate 350 MMSCF, Glycol Injection Rate = 0,8 GALL/MMSCF X 350 MMSCF/D X 1DAY/24Jam X 1Jam/60 menit = 0,19 GALL/menit (gpm) V.2. Dengan Menggunakan Unit GAS DEHYDRATION. Dalam pemisahan uap air dengan gas dehydration ini ada dua macam yang sering digunakan yaitu : Proses absorpsi dengan zat cair (glycol gas dehydration) dan Proses adsorbsi dengan zat padat. Disini akan dibahas tentang Proses absorbsi dengan zat cair (glycol gas dehydration). a. Prinsip Glycol Gas Dehydration. Glycol merupakan zat cair yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap air. Ada 3 macam glycol yakni ethylen glycol, diethylen glycol dan triethylen glycol

(TEG). Tempat terjadinya penyerapan uap air oleh glycol ini disebut kontaktor atau menara absorber, yang didalamnya berisi beberapa tray. Glycol yang sedikit mengandung uap air (dry glycol/ lean glycol) masuk kontaktor dari bagian atas dan wet gas masuk kontaktor dari bagian bawah. Di dalam tray inilah terjadi kontak antara gas yang mengalir keatas dan glycol yang mengalir kebawah. Glycol yang keluar dari bagian bawah kontactor ini relatip banyak mengandung air, yang disebut wet glycol/ rich glycol dan gas yang keluar dari atas kontactor disebut dry gas. Wet glycol ini agar dapat dipakai untuk menyerap uap air lagi maka harus dipisahkan airnya dengan jalan di panaskan / dididihkan agar air dapat menguap dan terpisah sehing-ga diperoleh dry glycol. Proses pemisahan air dari glycol ini disebut proses distilasi yakni proses pemisahan zat cair berdasarkan perbedaan titik didih. titik didih air 212 0 f, sedangkan titik didih glycol(teg) 546 0 f. Dengan memanaskan wet glycol diatas titik didih air dan dibawah sedikit titik didih glycol maka, air akan menguap dan terpisahkan dari cairan glycol, Alat untuk memanaskan rich glycol ini disebut reboiler, yang diatasnya berdiri menara distalasi, bagian bawah berisi packing, sedangkan bagian atas coil yang didalamnya mengalir rich glycol dingin. Proses absorbsi di kontaktor akan berjalan secara efektif rendah. oleh sebab itu lean glycol yang keluar dari reboiler itu harus didinginkan dulu menggunakan beberapa seri heat exchanger sebelum masuk kontaktor. Typical diagram alir glycol gas dehydration terlihat pada gambar berikut. Gambar : 6 Flow Diagram Glycol Gas Dehydration b. Variabel Proses Variabel proses adalah besaran-besaran yang mempe-ngaruhi efisiensi unit dehidrasi. efisiensi disini dinyatakan dalam penurunan dew point dari gas. makin besar penu-runan dew point dari gas, maka efisiensi unit dehidrasi makin besar pula. Peralatan utama unit dehidrasi adalah kontaktor dan reboiler, maka variable-variabel yang mempengaruhi unjuk kerja kedua peralatan 73

tersebut akan mempengaruhi efisiensi unit dehidrasi. Variabel proses yang penting di kontaktor : a. suhu b. konsentrasi dry glycol c. sirkulasi dry glycol - Suhu Meskipun suhu operasi semakin rendah semakin baik, akan tetapi suhu operasi dibatasi minimal 70 o F, dengan alasan sebagai berikut: pada suhu lebih rendah dari 70 o F viscositas tri-ethylen glycol naik sehingga cenderung terbentuk buih (foam). Buih ini akan naik ke puncak kontaktor dan menutupi demister (mist extractor) sehingga menurunkan efisiensi demister. Akibat selanjutnya akan terjadi glycol carry - over, yakni butiran-butiran glycol cair yang terikut dalam dry gas, dan dew point dry gas akan naik. - Konsentrasi dry glycol Konsentrasi dry glycol yang digunakan tergantung dari suhu wet gas masuk kontaktor (suhu operasi kontaktor) dan water dew point dari dry gas yang diinginkan. Kebutuhan konsentrasi dry glycol (teg) minimum dapat dilihat pada grafik halaman berikut. Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin rendah dew point dari gas yang dikehendaki, semakin tinggi konsentrasi teg, untuk suhu wet gas yang sama. Grafik : 7 Minimum Equilibrium Water Dew Point VI. Kesimpulan 1. Hydrate adalah suatu zat padat yang merupakan campuran antara air dan hidrokarbon ringan yang dapat terjadi diatas titik beku air. Didalam Gas hydrat akan berpengaruh antara lain : - Terjadi buntuan pada pipa penyalur. - Korosif pada peralatan. - Meningkatkan pressure drop 74

- Menurunkan Kuantitas - Mengurangi nilai calori pada gas 2. Untuk mencegah terbentuknya hidrat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara : a. Menginjeksikan bahan kimia untuk menurunkan dew point dari pembentukan hidrat. b. Dengan mengambilkan uap air yang ada pada gas dengan metode Absorbsi. c. Menguapkan air/ memisahkan air dalam gas dengan memberi pemanasan (stripping). DAFTAR PUSTAKA (1). D. K. Katz, et al., Handbook Of Natural Gas Engineering, McGraw-Hill Book Company, New York, 1959. (2). R. R. Maddox, Gas And Liquid Sweetening, 2nd Ed. Campbell Petroleum Series, Norman, OK, 1974. (3). R. E. Kirk and D. F. Othmer (eds.), Encyclopedia Of Chemical Technology. Vol. 7, Interscience Encyclopedia, Inc., New York, NY, 1951. Sulfur Compound Emissions Of The Petroleum Production Industry, EPA-650/2-75-030. U. S. Environmental Protection Agency, Cincinnati, OH, 1974 75