REKOMPAK Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana

dokumen-dokumen yang mirip
Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Latar Belakang. Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia:

Catatan untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

I. Permasalahan yang Dihadapi

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pada Mingu, 26 Desember 2004, pukul WIB, gempa bumi berkekuatan 9.0 skala Richter mengguncang Aceh, yang terkenal dengan sebutan Kota Serambi

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Penataan Kota dan Permukiman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

Bab 1 Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

Dari Inovasi hingga Praktik Teladan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI pada Peragaan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Wil. Timur, Senin, 29 Maret 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Bab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB III LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DESI HARTIKA KELAS XII MIPA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Masa Depan yang Berkelanjutan: Warisan Rekonstruksi

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

Masa Depan yang Berkelanjutan: Warisan Rekonstruksi

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Oleh Prof Dr Abdullah Ali

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

REKOMPAK Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana

Diterbitkan oleh: Sekretariat Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias dan Java Reconstruction Fund Bank Dunia Kantor Bursa Efek Indonesia Menara II, Lantai 12 Jakarta 12910, Indonesia Tel: (+6221) 5299-3000 Fax: (+6221) 5299-3111 www.multidonorfund.org www.javareconstructionfund.org www.worldbank.org Oktober 2012

REKOMPAK Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana

2 SERANGKAIAN BENCANA DI INDONESIA 2004-2010 Desember 2004: Gempa Bumi & Tsunami 220.000 orang meninggal & hilang 585.000 orang kehilangan tempat tinggal Perkiraan kerugian: AS$4,5 miliar ACEH Maret 2005: Gempa Bumi 1.000 orang meninggal 50.000 orang kehilangan tempat tinggal Perkiraan kerugian: AS$390 juta KEPULAUAN NIAS Juli 2006: Tsunami 1.000 orang meninggal 50.000 kehilangan tempat tinggal Perkiraan kerugian: AS$ 110 juta JAWA BARAT JAKARTA Mei 2006: Gempa Bumi 5.700 orang meninggal 40.000 orang kehilangan tempat tinggal Perkiraan kerugian: AS$3,1 miliar YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH Oktober-November 2010: Letusan Gunung Api 300 orang meninggal 350.000 orang kehilangan tempat tinggal Perkiraan kerugian: AS$360 juta GUNUNG MERAPI

3

4 DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH KATA PENGANTAR SAMBUTAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 6 8 11 BAGIAN SATU PENDAHULUAN Pendahuluan 16 BAB 1 Serangkaian Bencana Tragedi yang Sulit Dipercaya Aceh dan Nias Bencana Menghantam Jawa 29 36 BAB 2 Tanggap Bencana dan Pemulihan Masyarakat Mengoordinasikan Tanggap Bencana dan Rekonstruksi Perumahan di Aceh dan Nias Mengoordinasikan Bantuan Rekonstruksi dan Membangun Kembali Perumahan di Jawa 50 63 BAGIAN DUA BAB 3 Perencanaan dan Pengorganisasian Rekonstruksi Berbasis Masyarakat Pendekatan Rekompak Langkah-Langkah untuk Melaksanakan Pendekatan Rekompak 74 80

5 Perencanaan Permukiman Masyarakat: Inti Program Rekompak Memercayakan Dana kepada Masyarakat Transparansi dan Pertanggungjawaban 91 98 101 BAB 4 Membangun Rumah dan Infrastruktur Masyarakat Rekonstruksi Rumah Berbasis Masyarakat Membangun Infrastruktur Masyarakat 106 123 BAB 5 Tema-Tema Lintas Sektoral dan Tantangan Pelaksanaan Tema-tema Lintas Sektoral Menghadapi Tantangan-Tantangan Pelaksanaan: Beberapa Masalah dan Solusi Umum 130 146 BAGIAN TIGA BAB 6 Dari Inovasi hingga Praktik yang Baik: Berbagi Pengalaman Rekompak Prinsip-Prinsip Panduan Rekompak Hasil Pembelajaran Utama Kesimpulan SINGKATAN DAN AKRONIM DAFTAR PUSTAKA SUMBER-SUMBER UTAMA GAMBAR-GAMBAR KONSTRUKSI 160 166 168 170 172 175 178

6 UCAPAN TERIMA KASIH Rekompak: Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana menyampaikan kisah tentang Rekompak, suatu model rekonstruksi perumahan pascabencana berbasis masyarakat yang inovatif. Rekompak diciptakan dan diadaptasi melalui Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) dan Java Reconstruction Java (JRF) antara tahun 2005 sampai 2012. Walaupun terdapat buku-buku lain yang telah mendeskripsikan pelaksanaan dan pengalaman proyek Rekompak MDF dan JRF dalam konteks yang berbeda, buku ini bertujuan memberikan gambaran secara lebih gamblang tentang bagaimana Pemerintah Indonesia dengan berani mengakui manfaat dan risiko pendekatan berbasis masyarakat ini, menerapkan, menyelaraskan, dan menyesuaikannya sepanjang tujuh tahun terakhir, hingga akhirnya menetapkan Rekompak sebagai dasar program nasional untuk rekonstruksi permukiman pascabencana. Buku ini dimaksudkan untuk menyampaikan kisah tersebut kepada kalangan yang lebih luas, dengan harapan bahwa para pembuat kebijakan dan pihak lain yang harus membuat keputusan tentang rekonstruksi perumahan pascabencana akan mempertimbangkan untuk menerapkan pendekatan Rekompak yang telah begitu berhasil membangun kembali sejumlah komunitas dan kehidupan setelah terjadinya bencana di Indonesia. Buku ini, dan video yang menyertainya dengan judul yang sama, dipersiapkan oleh Sekretariat MDF dan JRF. Bank Dunia bertindak sebagai wali amanat bagi keduanya. Shamima Khan, Manajer MDF dan JRF, memberikan arahan umum, dukungan dan pengawasan pada keseluruhan penulisan dan proses produksi. Anita Kendrick, Pejabat Pengawasan dan Evaluasi MDF/ JRF, mengatur pembuatan buku ini dari awal hingga akhir, mengembangkan konsep, mengarahkan dan menyunting isinya serta mengarahkan proses produksi. Sebagai Konsultan, Helen Vanwel bertanggung jawab terhadap riset dan penulisan. Shaun Parker, Pejabat Operasi MDF/JRF, memberikan kontribusi penting terhadap konsep, isi dan desain dari buku ini. Kate Redmon menyunting bermacam draf, sementara Sharon Lumbantobing mengawasi tata letak akhir dan proses produksi. Anggota lainnya dalam Tim Sekretariat MDF/JRF dan para konsultan memberikan masukan penting bagi isi, desain, tata letak dan produksi buku ini: Safriza Sofyan, Deputi Manajer MDF, Akil Abduljalil, Dessly Sorongan, Inge Susilo, Puni Indrayanto, Eva Muchtar, David Lawrence, Lina Lo, Nur Raihan, Inayat Bhagawati, Puteri Natalie Watson dan Mary Ann Brocklesby, semuanya memberikan dukungan bagi pembuatan buku dan video ini. Olga Lambey dan

7 Amenah Smith memberikan dukungan administrasi. Ola Santo dan timnya dari Studio Rancang Imaji menyiapkan keseluruhan desain dan tata letak buku ini, sementara Dian Estey dan timnya dari Mata Hati Productions memproduksi video yang menyertainya. Tim kerja Bank Dunia untuk Rekompak, terutama George Soraya dan Sri Probo Sudarmo, adalah sumber berharga dalam menyediakan informasi mengenai proyek-proyek, selain memberikan arahan konsep dan menyediakan bahan-bahan, baik untuk buku maupun video. Sekretariat MDF/JRF mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pekerjaan Umum atas terobosannya dalam mengembangkan model dan pendekatan Rekompak, juga kepada tim-tim proyek yang melaksanakannya di lapangan. Terima kasih juga disampaikan kepada Pemerintah Aceh, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat atas koordinasi yang baik sekali dalam melakukan rekonstruksi dan kesediaan mereka untuk mencoba pendekatan Rekompak bagi pemulihan kembali masyarakat di tengah situasi yang luar biasa sulit dan berat. Terima kasih kami haturkan pula kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias (BRR) untuk kepemimpinan dan dukungannya yang memungkinkan program-program MDF dan JRF dapat mendanai Rekompak. Dan tentu saja, semua ini tidak akan mungkin terwujud tanpa dukungan yang besar sekali dari para warga dunia dan pemerintahan yang diwakili oleh 15 donor MDF dan tujuh donor JRF. Akhirnya, ucapan terima kasih terpenting dipersembahkan kepada para anggota masyarakat di Aceh, Nias, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang setelah berbagai kejadian tak pernah terbayangkan itu, memiliki keberanian, kekuatan, dan ketangguhan untuk bergabung dalam kemitraan dengan pemerintah yang menempatkan mereka pada suatu proses sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam merekonstruksi komunitas mereka dan membangun kembali kehidupan mereka.

8 KATA PENGANTAR Antara tahun 2004 dan 2010, Indonesia diterpa sejumlah bencana alam yang dahsyat. Sebuah gempa bumi besar memicu tsunami dalam skala tak terbayangkan yang menyapu sebagian besar kawasan pesisir padat penduduk di Aceh dan Nias pada bulan Desember 2004. Gempa bumi besar lain yang berpusat di dekat pulau Nias, terjadi kemudian pada bulan Maret 2005. Saat Indonesia masih berada dalam proses membangun kembali Aceh dan Nias, tragedi terjadi lagi, kali ini di Jawa. Pada bulan Mei 2006, kota bersejarah Yogyakarta dan sebagian provinsi Jawa Tengah dilanda gempa. Hanya berselang dua bulan kemudian, pada bulan Juli 2006, gempa bumi yang diikuti tsunami menghantam pesisir selatan Jawa Barat. Berbagai bencana tersebut menyebabkan korban jiwa dan luka-luka dalam jumlah besar dan menghancurkan ratusan ribu rumah, fasilitas infrastruktur dan mata pencaharian. Disamping itu, lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal. Dalam banyak kasus, korban selamat dan yang mengalami trauma bertahan hidup hanya dengan kekuatan diri untuk memulai proses yang lambat dalam membangun kembali kehidupan dan komunitas mereka. Ungkapan solidaritas, simpati mendalam, dan dukungan dari seluruh dunia saat itu tak pernah terjadi sebelumnya. Dua dana perwalian dibentuk untuk mengoordinasikan bantuan donor bagi upaya rekonstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) menghimpun sekitar AS$655 juta dari 15 donor internasional dan menyumbang hampir 10 persen dari seluruh dana rekonstruksi untuk Aceh dan Nias. Java Reconstruction Fund (JRF) menerima sekitar AS$94 juta dari tujuh donor untuk membangun kembali rumah, komunitas, dan mata pencaharian di daerah terdampak bencana di Jawa. Bank Dunia bertindak sebagai wali amanat untuk kedua lembaga tersebut atas permintaan Pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia dan para mitra pembangunan menyepakati bahwa pendekatan berbasis masyarakat digunakan untuk membangun kembali rumah-rumah dan infrastruktur masyarakat, pertama di Aceh, lalu di Jawa. Sebuah pendekatan berbasis masyarakat menempatkan tanggung jawab dari proses pembangunan kembali, termasuk pengelolaan dana tersebut, langsung ke tangan kelompok-kelompok rumah tangga dalam masyarakat yang terkena bencana. Pada awalnya, sejumlah pihak sangat meragukan bahwa pendekatan ini dapat berjalan baik. Tak pernah terjadi sebelumnya bahwa dana sebesar itu dipercayakan kepada para penerima manfaat. Banyak pula

9 yang mempertanyakan apakah tindakan tersebut cukup bijaksana, terutama saat masyarakat tersebut telah diluluhlantakkan oleh bencana alam. Terlebih, Aceh ketika itu berada dalam kondisi pascakonflik akibat konflik internal yang telah berlangsung bertahun-tahun. Menempatkan penerima manfaat sebagai orang yang bertanggung jawab untuk membangun kembali rumah mereka sendiri merupakan gagasan baru dan tampaknya berisiko jauh lebih besar dibandingkan dengan pendekatan biasa yang memberikan kontrak pekerjaan pembangunan kembali rumah pada kontraktor. Setelah diskusi yang intensif, diputuskan bahwa manfaat yang didapat dari pelaksanaan pendekatan berbasis masyarakat berupa rasa memiliki penerima manfaat dan transparansi, menyebabkan risiko tersebut perlu diambil. Komite Pengarah MDF menyetujui pembiayaan Proyek Rekonstruksi dan Rehabilitasi Permukiman Masyarakat di Aceh dan Nias, yang dikenal sebagai Rekompak, pada bulan Mei 2005. Risiko tersebut tidak hanya menunjukkan hasil di Aceh, tetapi juga menghasilkan sebuah program yang sukses yang telah diadaptasi dan ditiru pada sejumlah konteks pascabencana di Indonesia. Melibatkan anggota masyarakat dalam proses rekonstruksi rumah dan infrastruktur masyarakat terbukti sebagai cara yang efisien dan hemat biaya dalam melakukan rekonstruksi, dengan tingkat kepuasaan penerima manfaat yang tinggi dalam hal produk dan prosesnya. Mungkin yang lebih penting lagi adalah bahwa pendekatan ini membantu proses penyembuhan dan memberdayakan masyarakat yang terkena bencana untuk memikul tanggung jawab bagi pemulihan diri mereka sendiri. Rekompak: Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana menyajikan elemen-elemen utama dari pendekatan ini. Buku ini menyampaikan pengalaman dan hasil pembelajaran dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya rekonstruksi perumahan Rekompak di Aceh dan Jawa. Hasil luar biasa telah dicapai, meskipun kadangkala dihadapkan pada kondisi yang menantang. Hasil tersebut tercapai karena Pemerintah Indonesia, Bank Dunia, para donor, pemerintah provinsi dan daerah, para pemangku kepentingan lainnya, dan masyarakat bekerja dalam kemitraan berdasarkan pada kepercayaan. Buku ini merayakan pencapaian Rekompak dan memberi penghargaan pada upayaupaya terkoordinasi oleh seluruh pemangku kepentingan, juga pada kekuatan dan keberanian para korban yang selamat untuk bekerja sama demi tujuan bersama membangun rumah dan masyarakat mereka.

10 Buku ini bertujuan agar pendekatan Rekompak dapat diakses sebagai bahan pertimbangan dan diadaptasikan ke dalam konteks-konteks lain. Mengapa? Karena model Rekompak berhasil. Model ini memberdayakan para individu, hemat biaya, dapat beradaptasi, memberikan hasil bermutu, dan membawa terciptanya tingkat kepuasan yang tinggi dan rasa memiliki masyarakat. Halaman-halaman selanjutnya menguraikan perubahan bertahap dari komunitas yang hancur, porakporanda dan mengalami trauma akibat pengalaman bencana, menjadi masyarakat yang hidup kembali, bersemangat dan bergairah. Kami berharap pengalaman Rekompak seperti yang terdokumentasikan di sini bermanfaat bagi para pemerintah, donor, LSM dan pihak lain yang ingin membantu komunitas yang mengalami kehancuran untuk membangun kembali dan memulihkan diri selepas bencana alam, di Indonesia dan di manapun juga. Sukses Rekompak yang luar biasa didasarkan pada kemitraan antara Pemerintah Indonesia, khususnya BRR, Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum, pemerintah-pemerintah daerah, donor internasional, dan Bank Dunia, serta masyarakat yang terkena dampak bencana. Kami berterima kasih kepada semua pihak atas dukungan kuat, rasa saling percaya, kerja keras, fleksibilitas, dan kegigihan mereka dalam membantu membangun masyarakat yang lebih tangguh. Armida Alisjahbana Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Stefan Koeberle Kepala Perwakilan Bank Dunia Julian Wilson Ketua Delegasi Uni Eropa

11 SAMBUTAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Menyusul serangkaian bencana alam berdampak menghancurkan, yang awalnya melanda masyarakat di Aceh dan Nias dan kemudian di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat, Pemerintah Indonesia bertekad untuk melaksanakan rekonstruksi permukiman yang cepat di daerah-daerah terkena bencana. Prakarsa-prakarsa dalam negeri dengan pendanaan donor memusatkan perhatian pada program-program rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan, infrastruktur dan fasilitas umum, dan pemulihan ekonomi yang luas. Pemerintah Indonesia mendukung pendekatan berbasis masyarakat Rekompak untuk membangun kembali perumahan dan infrastruktur masyarakat di Aceh, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Rekompak telah mampu menciptakan suatu landasan agar para individu, masyarakat dan lembaga terdampak bencana bekerja sama dalam keselarasan dan kesatuan untuk membangun kembali permukiman mereka. Ciri khas pendekatan Rekompak adalah bahwa Pemerintah Indonesia dan para donor berkontribusi terhadap keseluruhan proses rekonstruksi, masyarakat sendirilah yang bertanggung jawab melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi. Pendekatan Rekompak memperkuat kemampuan masyarakat untuk membangun kembali perumahan dan infrastruktur mereka sendiri dan meningkatkan kapasitas para pejabat pemerintah pada tingkat provinsi dan kabupaten dalam mengawasi proses rekonstruksi. Rekompak juga memikirkan hal lain di luar urusan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan menyertakan upaya meningkatkan ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana alam di masa depan. Rekompak telah terbukti sebagai model tanggap bencana dan rekonstruksi di Indonesia yang berhasil dan dapat ditiru secara luas yang tentunya dapat pula diterapkan di negara-negara lain. Tidak hanya rumah, masyarakat dan mata pencaharian yang dibangun kembali setelah berbagai bencana alam tersebut, namun juga harapan dan impian masyarakat, serta pemulihan kembali kapasitas mereka untuk menggapai semua itu. Kami bangga telah menjadi mitra bagi komunitas tersebut dalam pencapaian mereka yang luar biasa. Budi Yuwono P. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

12 SEBELUM DAN SESUDAH Lambung, Banda Aceh, setelah tsunami Lambung, Banda Aceh, tiga tahun kemudian

13 Desa Lambung, di Banda Aceh, diluluhlantakkan oleh tsunami. Tiga tahun kemudian, korban selamat telah membangun kembali rumah mereka dan infrastruktur terkait dengan bantuan proyek Rekompak. Foto-foto: Tim Rekompak

14 BAB 1: Serangkaian Bencana Peta Risiko Bencana di Indonesia Tingkat Risiko Bencana Rendah Sedang Tinggi

15 REKOMPAK Pendahuluan Peta ini mengilustrasikan kerentanan Indonesia terhadap bencana. Sementara program-program rekonstruksi menangani dampak bencana, investasi untuk mitigasi risiko dan kesiapsiagaan bencana membantu mengurangi dampak bencana dan menyelamatkan jiwa bila bencana terjadi.

16 Pendahuluan PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia. Negeri ini berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik dan memiliki tingkat keterpaparan yang tinggi terhadap aktifitas seismik. Indonesia merupakan negara tertinggi dalam data statistik terkait gunung berapi. Sepanjang sejarahnya, negeri ini mempunyai jumlah gunung berapi aktif terbanyak (76) dan mengalami letusan dengan angka kematian tertinggi yang tercatat dalam sejarah. 1 Disamping itu, Indonesia kerap mengalami gempa bumi dan tsunami, tanah longsor, banjir, dan kebakaran hutan. Serangkaian bencana alam semacam itu melanda Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir: tsunami Samudera Hindia melanda provinsi Aceh dan pulau Nias pada tahun 2004, dan gempa bumi lainnya terjadi lagi di kawasan tersebut pada awal tahun 2005; gempa bumi dan tsunami menghancurkan sejumlah tempat di Jawa pada bulan Mei dan Juli 2006; dan pada tahun 2010, letusan vulkanik Gunung Merapi berdampak pada banyak komunitas di Jawa. Tsunami Aceh dan Nias, 2004. Di pagi hari pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang tsunami yang dahsyat menghantam Aceh dan Nias. Gelombang raksasa itu bergemuruh memasuki perkotaan dan pedesaan, membawa jutaan ton air laut dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Foto: Kantor Berita Antara

17 Rekompak: Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana dimaksudkan untuk mendokumentasikan dan berbagi pengalaman dari serangkaian proyek yang didukung oleh dua dana perwalian yang didirikan untuk menanggapi bencana-bencana tersebut: Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) dan Java Reconstruction Fund (JRF). Atas permintaan Pemerintah Indonesia, dana perwalian tersebut dikelola oleh Bank Dunia. REKOMPAK Rekompak adalah nama dari suatu pendekatan berbasis masyarakat untuk rekonstruksi berskala besar rumah dan infratruktur masyarakat yang digagas di Indonesia oleh MDF dan JRF. Dalam Bahasa Indonesia, Rekompak mengandung arti berkumpul kembali untuk meningkatkan kekompakan dan menjadi kuat kembali. Rekompak mewujudkan semangat pendekatan berbasis masyarakat dan menangkap intisari dari proyek, yaitu yang berfokus pada upaya membangun kembali kehidupan sembari juga membangun kembali masyarakat. Rekompak bertujuan memberdayakan masyarakat agar menjadi pihak yang memimpin pelaksanaan rekonstruksi mereka sendiri dan terlibat secara efektif dengan para pemangku kepentingan lainnya, terutama dengan pemerintah daerah. Pendekatan pembangunan berbasis masyarakat atau yang digerakkan oleh masyarakat memberikan kendali kepada kelompok masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal keputusan perencanaan dan investasi sumber dana. Walaupun pemerintah daerah adalah mitra yang penting dalam pendekatan berbasis masyarakat, adalah perlu untuk menggarisbawahi bahwa pendekatan ini pada dasarnya merupakan sebuah mekanisme di mana masyarakat diberi kepercayaan terkait dana dan wewenang, dan difasilitasi serta diberdayakan untuk berinteraksi dengan para pemangku kepentingan setempat lainnya. Proyek-proyek Rekompak MDF dan JRF menghimpun kekuatan bersama dari para pemangku kepentingan: pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan dan arahan; para donor menyediakan dana; pemerintah lokal melakukan pengawasan dan fasilitator, yang terpenting, adalah modal sosial yang masih ada pada masyarakat terkena dampak bencana dimanfaatkan untuk mengelola sumber dana rekonstruksi. Walaupun terdapat puluhan organisasi bergiat dalam rekonstruksi perumahan, buku ini memberikan perhatian secara khusus pada kisah proyek-proyek Rekompak MDF dan JRF. 2 Buku ini membahas kegiatankegiatan Rekompak dalam hal perumahan dan infrastruktur masyarakat di Aceh dan Jawa, dengan menempatkannya dalam konteks keseluruhan program pemulihan dan rekonstruksi melalui pendanaan MDF dan JRF. MDF didirikan pada bulan April 2005 untuk mendukung pelaksanaan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah menyusul gempa bumi

18 Pendahuluan dan tsunami yang menghantam Aceh dan Nias pada bulan Desember 2004 dan gempa bumi lainnya yang melanda wilayah tersebut pada bulan Maret 2005. MDF menghimpun AS$655 juta dalam bentuk dana hibah dari 15 donor (lihat Bab 2) dan mendukung 23 proyek pemulihan dengan bantuan lembaga-lembaga pelaksana. Rekompak di Aceh adalah satu dari 23 proyek sebagaimana halnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM R2PN) yang menyediakan perumahan dan infrastruktur masyarakat di Nias melalui pendekatan berbasis masyarakat. Program MDF, baik Aceh maupun Nias, sangat luas cakupannya dan menyeluruh sifatnya; termasuk di antaranya adalah proyek-proyek yang memfokuskan diri pada rekonstruksi dan rehabilitasi perumahan dan infrastruktur masyarakat, pemulihan infrastruktur besar dan transportasi, penguatan kapasitas pemerintahan, pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi. 3 Rekompak adalah salah satu proyek yang pertama yang bertujuan membangun kembali perumahan yang merupakan prioritas awal dan mendesak bagi para penerima manfaat dan pemerintah pascabencana. Untuk menanggapi gempa bumi di Jawa pada bulan Mei 2006 dan tsunami dua bulan kemudian, Java Reconstruction Fund (JRF) segera didirikan. Program ini mengadaptasi dan memperbaiki rancangan perintis dan struktur administrasi Rekompak yang telah diperkenalkan di Aceh. JRF mendanai tiga proyek di bidang perumahan dan infrastruktur masyarakat, dan dua proyek yang menangani pemulihan mata pencaharian. Bantuan awal dipusatkan pada pemenuhan kebutuhan perumahan yang mendesak dengan menyediakan rumah sementara, yang diikuti dengan perumahan permanen. Karena banyak industri berbasis rumah tangga hancur bersama rumah-rumah penduduk, kegiatan awal membangun rumah juga mendukung pemulihan mata pencaharian. Bantuan lebih lanjut langsung menangani pemulihan ekonomi, termasuk memfokuskan diri pada pemulihan usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah. Proyek-proyek Rekompak MDF dan JRF berdasar pada dua proyek pembangunan masyarakat yang pernah dijalankan di Indonesia. Pada tahun 1998, menyusul krisis keuangan Asia, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) didirikan dan dipimpin oleh Pemerintah Indonesia dengan dana dari pemerintah dan Bank Dunia. 4 Proyek-proyek itu menerapkan pendekatan berbasis masyarakat untuk pembangunan daerah. Pemerintah Indonesia menyediakan dana hibah bagi masyarakat yang berpartisipasi dan hibah tersebut seringkali dilengkapi dengan dana pemerintah daerah. Hal ini memberi masyarakat kewenangan untuk pengambilan keputusan dan kesempatan untuk mengelola keuangan, bekerja bersama pemerintah, mengawasi perkembangan dan memastikan transparansi dan akuntabilitas.

19 Struktur, jaringan, aliran pendanaan hibah dan fasilitator terampil yang dilatih dan dikembangkan program PPK dan P2KP menjadi dasar desain proyek Rekompak. Rekompak dibangun atas mekanisme dan keahlian yang sudah ada dan ditingkatkan skalanya dengan berlipat ganda untuk memenuhi kebutuhan rekonstruksi di Aceh pascatsunami. Meskipun bertumpu pada struktur yang ada dan para fasilitator yang membuat peralihan relatif mudah, pendekatan Rekompak juga dapat diterapkan tanpa harus melalui proses seperti itu. REKOMPAK Indonesia, tentu saja, bukanlah satu-satunya negara yang telah menggunakan pendekatan berbasis masyarakat untuk rekonstruksi pascabencana. Pendekatan ini telah sukses digunakan untuk membangun sekitar 200.000 rumah di Gujarat, India, menyusul gempa bumi tahun 2002 dan di Nikaragua pada tahun 1998 setelah serangan Badai Topan Mitch. 5 Badan PBB UN- HABITAT telah lama mempromosikan apa yang disebut Proses Perumahan Masyarakat dan telah menerapkan pendekatan berbasis masyarakat ini untuk membangun kembali rumah di banyak negara, termasuk di Indonesia pascatsunami. Proses Perumahan Masyarakat menyadari Sistem drainase baru sedang dibangun untuk mencegah banjir di Wonokromo, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek-proyek semacam ini diidentifikasi melalui proses perencanaan komunitas di bawah Rekompak. Foto: Tim Rekompak

20 Pendahuluan perlunya melibatkan masyarakat secara aktif setelah terjadinya bencana dan membangun kembali modal sosial, tidak hanya infrastruktur daerah dan aset fisik masyarakat. Proses Masyarakat didasarkan pada keterlibatan penerima manfaat sebagai peserta aktif. Adalah masyarakat sendiri yang membangun fondasi bagi masa depan mereka sendiri. 6 Masing-masing pengalaman telah membuktikan dan menegaskan pentingnya pendekatan ini dalam rekonstruksi pascabencana. Rekompak: Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana dan video dokumenter yang menyertainya, sesuai isi buku ini, menyajikan sebuah sinopsis tentang bagaimana penggunaan pendekatan berbasis masyarakat untuk membangun rumah dan masyarakat dan dalam prosesnya, membuat para penerima bantuan menjadi lebih tangguh dan lebih siap menghadapi bencana mendatang. Berbagai pelajaran dan pendekatan yang didapat dari pengalaman MDF dan JRF dari Rekompak terkait rekonstruksi perumahan, Proyek-proyek Rekompak di Aceh dan Jawa memperbaiki tempat tinggal, yang merupakan prioritas awal dan mendesak pascabencana, baik bagi para penerima manfaat maupun pemerintah. Gambar ini menunjukkan fondasi sedang dibangun pada sebuah rumah Rekompak JRF di Pucanganom, Jawa Tengah. Foto: Purnomo untuk Tim Rekompak

21 infrastruktur masyarakat dan pengurangan risiko bencana saat ini, sedang diarusutamakan dalam program-program pemerintah di seluruh Indonesia. Pembelajaran tersebut juga dipandang sebagai model praktik yang baik bagi program-program pascabencana dalam konteks lain di seluruh dunia. REKOMPAK Buku ini menguraikan bagaimana proyek Rekompak dilahirkan dalam kondisi kehancuran yang tak terbayangkan dan bagaimana proyek ini berkembang menjadi sebuah kemitraan antara Pemerintah Indonesia, para donor, Bank Dunia, dan yang terpenting, masyarakat yang terkena bencana. Buku ini menceritakan bagaimana pendekatan Rekompak dapat berhasil dan membahas hasil pembelajaran penting selama ini. Diharapkan, para pejabat pemerintah dan pengambil keputusan, donor, dan praktisi pascabencana akan menemukan manfaat dari pelajaran dan pengalaman yang disampaikan dalam halaman-halaman buku ini untuk digunakan dalam mengadaptasi pendekatan berbasis masyarakat Rekompak ke dalam situasi pascabencana lain dan/atau pascakonflik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Pengaturan Buku Rekompak: Membangun Kembali Masyarakat Indonesia Pascabencana dibagi dalam tiga bagian. Bagian Satu Di Bagian Satu, Bab 1 dan 2 menyajikan informasi latar belakang mengenai bencana alam tragis yang terjadi di Aceh dan Jawa antara bulan Desember 2004 dan November 2010. Bab-bab ini menggambarkan besarnya tanggapan dari masyarakat internasional, membahas konteks rekonstruksi, dan mendiskusikan bagaimana pengkoordinasikan tanggapan. Rekompak membantu masyarakat untuk membangun infrastruktur berskala kecil, dengan penekanan pada pengurangan risiko bencana mendatang, serta membangun kembali rumah. Gambar ini menunjukkan dinding-dinding penahan yang dibangun di Jiwowetan, Jawa Tengah. Penahan dinding menstabilkan tanah miring di belakang bangunan untuk mengurangi risiko tanah longsor akibat gempa bumi atau hujan lebat. Foto-foto: Purnomo untuk Tim Rekompak

22 Pendahuluan Bab 1 memaparkan dampak bencana pada masyarakat sekitar. Bab ini membahas kehancuran yang ditinggalkan oleh berbagai peristiwa tersebut dan menggambarkan besarnya kerusakan, termasuk harta pribadi para korban yang selamat. Bab 2 menjelaskan bagaimana pendekatan Rekompak pada pemulihan masyarakat berkembang, dari awalnya untuk menanggapi kebutuhan luar biasa dalam pembangunan kembali masyarakat di Aceh dan kemudian untuk memenuhi kebutuhan rekonstruksi perumahan di Jawa menyusul gempa bumi pada tahun 2006 dan bencana-bencana berikutnya. Bab ini menguraikan bagaimana pengkoordinasian bantuan, juga membahas pembentukan serta capaian MDF dan JRF. Bagian Dua Bagian Dua menerangkan cara kerja Rekompak. Tiga bab dalam bagian ini menyajikan beberapa rincian proses perencanaan masyarakat yang mendahului pembangunan rumah dan infrastruktur masyarakat, juga informasi mengenai proses membangun rumah yang sesungguhnya. Bermacam isu lintas sektoral dan tantangan pelaksanaan, serta pemecahan masalah juga disajikan. Bab 3 membahas bagaimana pelaksanaan pendekatan berbasis masyarakat, termasuk identifikasi masyarakat penerima manfaat, proses Rencana Pembangunan Pemukiman (RPP) dan pengelolaan dana. Bab ini mengambil pengalaman baik dari Aceh maupun Jawa dan menerangkan bagaimana Rekompak, ketika dilaksanakan di Jawa, mengambil manfaat dari pengalaman dan hasil pembelajaran di Aceh. Bab 4 menggambarkan bagaimana penerima manfaat membangun kembali rumah mereka dan infrastruktur masyarakat. Bab ini membahas bagaimana kualitas teknis dijamin, dan membahas tentang efektivitas biaya dari pengadaan barang lokal dan bagaimana hal itu mendorong ekonomi daerah. Bab ini juga mengulas bagaimana Rekompak membantu pemilik rumah dan masyarakat supaya lebih siap menghadapi bencana mendatang. Bab 5 menyajikan berbagai tema pokok lintas sektoral yang diarusutamakan dan diintegrasikan ke dalam seluruh kegiatan proyek Rekompak. Tema-tema tersebut adalah: pengurangan risiko bencana; partisipasi perempuan; pemberdayaan masyarakat dan individu; pertimbangan lingkungan; dan penguatan kapasitas. Tantangan-tantangan pelaksanaan yang dihadapi oleh proyek-proyek Rekompak, dan membahas bagaimana cara penanganannya.

23 Bagian Tiga Bab 6 menghantarkan ke sebuah kesimpulan mengenai kisah pengalaman Rekompak di Indonesia. Bab ini meringkas prinsip-prinsip panduan proyek dan hasil pembelajaran utama. Bab ini menarik kesimpulan dengan merenungkan warisan Rekompak, elemen-elemen kunci yang membuat model ini sukses dan merefleksikan kemungkinan pengadaptasian pendekatan Rekompak dalam bencana-bencana mendatang. REKOMPAK Jalan-jalan beton seperti pada gambar ini di daerah Jawa yang dibangun oleh Rekompak meningkatkan mobilitas warga desa dan meningkatkan kualitas kehidupan dengan memberikan akses yang lebih mudah ke pasar, sekolah, sawah, rumah teman dan kerabat. Jalan tersebut juga memberikan jalur penyelamatan yang lebih cepat sewaktu terjadi bencana. Foto: Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF 1 USGS: http://vulcan.wr.usgs.gov/volcanoes/indonesia/description_indonesia_volcanics.html 2 Puluhan lembaga internasional dan nasional, donor dan LSM terlibat aktif dalam rekonstruksi perumahan di Aceh dan Jawa, dan banyak di antara mereka juga menggunakan pendekatan berbasis masyarakat. Sebanyak 900 LSM dilaporkan bekerja di Aceh untuk mengulurkan bantuan pascatsunami, selain dukungan resmi dari berbagai pemerintah asing dan organisasi multilateral. Pemerintah Indonesia secara mengagumkan menangani tugas besar ini untuk mengoordinasikan bantuan yang ditawarkan kepada Indonesia. Lihat Agusta, Margaret, Ed. 2009. Housing. Banda Aceh: The Agency for Rehabilitation and Reconstruction (BRR).p.3 3 Lihat Laporan Akhir Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias 2012 dan Laporan Akhir JRF 2012 untuk gambaran lengkap proyekproyek ini. 4 Proyek-proyek ini kemudian dinamakan PNPM Perdesaan dan Perkotaan 5 Pendekatan rekonstruksi berbasis pemilik, yang memiliki banyak persamaan dengan pendekatan berbasis masyarakat, berhasil dilaksanakan untuk menanggapi gempa bumi di Pakistan bagian utara pada tahun 2005. 6 Dercon, Bruno, ed. Anchoring Homes: UN-HABITAT s People s Process in Aceh and Nias after the Tsunami, Nairobi: UN-HABITAT, 2007.9.

BAGIAN SATU

26 BAB 1: Serangkaian Bencana

27 REKOMPAK BAB 1 Serangkaian Bencana Tsunami Aceh dan Nias, 2004 Desa di Aceh Barat ini, seperti banyak permukiman lainnya di Aceh, diluluhlantakkan oleh gelombang raksasa. Satu-satunya bangunan yang tetap berdiri setelah tsunami menyapu desa adalah masjid ini, yang terletak sekitar 500 meter dari pantai. Foto: Kantor Berita Antara

28 BAB 1: Serangkaian Bencana Kisah tentang kesuksesan luar biasa dari Rekompak sebagai proyek perumahan dan infrastruktur masyarakat berbasis komunitas di Aceh dan Jawa tak dapat disampaikan tanpa terlebih dahulu menggambarkan betapa besarnya kerugian yang dialami sehingga memicu kebutuhan akan proyek tersebut. Gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia di Aceh pada tahun 2004, serta sejumlah gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi yang menghancurkan beberapa daerah di Jawa pada tahun 2006 dan 2010, telah mencabik-cabik kehidupan masyarakat yang selamat dari bencana. Bab ini membahas kehancuran yang ditinggalkan oleh bencana tersebut dan menyajikan kisah-kisah pribadi korban selamat untuk menggambarkan besarnya kerusakan. Bab ini diakhiri dengan pembahasan singkat tentang bantuan yang dikucurkan dari seluruh dunia untuk membantu Indonesia menangani bencana-bencana ini. Tsunami Aceh dan Nias, 2004. Puing-puing yang menggunung harus disingkirkan di Aceh dan Nias supaya akses jalan menuju permukiman dapat dijangkau dan pembangunan kembali dapat dimulai. Peralatan apapun yang ada digunakan dalam kerja keras ini, termasuk peralatan berat dan bahkan gajah-gajah yang dikerahkan oleh Kementerian Kehutanan. Foto: Kantor Berita Antara

29 TRAGEDI YANG SULIT DIPERCAYA ACEH DAN NIAS Pada pagi 26 Desember 2004, sebuah gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,1 pada Skala Richter menghantam Indonesia. Pusat gempa ini, tercatat sebagai ketiga terbesar dalam sejarah 1, terletak di Samudera Hindia dalam radius 150 kilometer dari provinsi Aceh, yang berada di ujung utara pulau Sumatera. Hanya sedikit penduduk Indonesia atau bahkan sedikit warga dunia yang akan melupakan hari itu; banyak orang dapat mengingat dengan tepat di mana mereka berada saat mendengar berita tentang peristiwa bencana yang terjadi pagi itu. REKOMPAK Saya adalah satu-satunya yang selamat. Sekarang saya akan memberikan seluruh waktu saya kepada masyarakat agar keluarga saya yang meninggal merasa bangga. Korban tsunami yang selamat, Banda Aceh Gempa Bumi dan Tsunami Hari itu dimulai seperti hari lainnya. Para nelayan sudah melaut. Keluargakeluarga telah bangun dari tidur, sarapan pagi dan memulai rencana kegiatan hari Minggu mereka. Beberapa saat sebelum pukul 8 pagi, gempa bumi dahsyat menghantam Aceh dan pulau Nias di provinsi Sumatera Utara. Namun, sesuatu yang lebih buruk akan datang. Sebelum siapapun dapat mulai melakukan pencarian terhadap orang-orang yang dikasihi atau menaksir kerugian akibat gempa bumi itu, tsunami raksasa yang membawa miliaran ton air samudera bergemuruh memasuki daratan, menyapu apa saja yang dilaluinya. Tsunami ini adalah yang terbesar yang pernah terjadi di dunia selama lebih dari 40 tahun terakhir. 2 Dalam hitungan menit, permukiman penduduk di sepanjang pesisir Aceh dan Nias telah rata dengan tanah. Orang, rumah, perahu, mobil, dan bangunan digulung tsunami yang menelan apa saja yang dilaluinya. Tak ada lagi yang terlalu besar bagi kekuatan maha dahsyat ini. Sebuah kapal besar pembangkit listrik tenaga diesel, yang semula berada di lepas pantai dekat Aceh dan berbobot 2.600 ton, dihanyutkan sejauh lebih dari tiga kilometer ke daratan, menghancurkan rumah-rumah dan struktur bangunan lainnya di sepanjang perjalanannya hingga PLTD apung itu berhenti di atas bangunan-bangunan yang roboh. Tsunami Samudera Hindia ini begitu dahsyatnya sehingga meskipun Aceh menanggung beban terparah karena kekuatan yang menghancurkan itu, tsunami ini juga menyebabkan kematian dan kerusakan di seantero Asia Selatan, termasuk Thailand, Bangladesh, Srilanka, India, dan bahkan hingga ke tempat sejauh Afrika Timur. Ratusan ribu orang meninggal.

30 BAB 1: Serangkaian Bencana Ketika air akhirnya surut, para korban selamat dihadapkan pada kengerian dan besarnya skala tragedi tersebut sementara mereka berusaha memahami kenyataan dahsyat yang terbentang di hadapan mereka. Mayat-mayat tergeletak di mana-mana. Desa-desa, yang beberapa menit sebelumnya dihuni masyarakat yang hidup sejahtera, berubah menjadi puing-puing. Banyak jalan, jembatan, sistem komunikasi, sekolah, rumah sakit, dan klinik musnah atau rusak parah. Garis pantai sepanjang 800 kilometer ditelan oleh laut dan sebagian besar pelabuhan roboh. Tidak ada aliran listrik atau air minum yang bersih dan hanya sedikit orang yang memiliki akses ke makanan dan tempat tinggal layak di harihari pertama setelah tsunami. Kapal-kapal nelayan hancur berkeping-keping, dan banyak lahan pertanian dan tambak ikan di Aceh lenyap atau tak dapat digunakan lagi. Para nelayan, petani dan yang lainnya kehilangan mata pencaharian mereka dan banyak usaha bisnis hancur atau tak dapat lagi beroperasi. Pukulan paling mengerikan dari semuanya adalah bahwa di Aceh dan Nias saja, sekitar 220.000 orang kehilangan nyawa atau hilang dan 635.000 lainnya kehilangan tempat tinggal. Di antara korban luka, sebagian menjadi cacat seumur hidup. Sulit untuk mengetahui dari mana upaya membangun kembali kehidupan dan permukiman harus dimulai. Hampir tidak ada seorangpun di Aceh yang tak tersentuh oleh bencana itu. Banyak dari mereka yang selamat kehilangan anggota keluarga, harta benda, dan sarana untuk mencari nafkah. Dengan lenyapnya sejumlah komunitas dan korban selamat tersebar di berbagai tempat penampungan, bersama sanak saudara dan sahabat atau di barak pengungsian, dan struktur sosial di Aceh yang telah rapuh sungguh-sungguh hancur. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan gempa bumi dan tsunami tersebut sebagai bencana nasional dan bendera Indonesia dikibarkan setengah tiang selama tiga hari. Trauma yang dirasakan oleh korban selamat sangat jelas; seluruh negeri berduka dan dunia berduka bersamanya. Kami ketakutan. Laut menjadi sangat aneh, airnya menyurut hingga 200 meter jauhnya. Tiba-tiba kami melihat ikan ternyata tertinggal di pantai, dan sebagian orang senang karena merasa beruntung menemukan ikan-ikan itu. Mereka berusaha untuk mengumpulkan ikan-ikan itu, namun kemudian kami melihat ombak yang sangat besar datang mendekat, dan orang-orang berusaha lari dan menyelamatkan diri. Akan tetapi banyak orang tewas karena tidak cukup cepat berlari. Itu merupakan kejadian yang buruk, khususnya bagi anak-anak. Semua anak-anak di kampung ini meninggal. Sekitar separuh dari 300 warga desa kami kehilangan nyawa mereka. Dua korban tsunami yang selamat dari desa Alue Naga, Aceh 3

31 Pemerintah Indonesia membentuk tim penilai kerugian dan kerusakan yang mulai bekerja seminggu setelah tsunami dan merampungkan penilaian awal dua minggu kemudian. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang mewakili Pemerintah, memimpin tim tersebut, yang terdiri dari sejumlah lembaga bilateral dan multilateral, termasuk Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga LSM nasional dan internasional, yang secara sukarela mengerahkan keahlian mereka pada upaya ini. Hasil laporan tersebut 4 menyatakan bahwa tsunami 2004 adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Indonesia dan memperkirakan bahwa kerugian dan kerusakan awal berkisar AS$4,5 miliar 5 (angka ini kemudian direvisi menjadi AS$6,2 miliar dolar). Laporan itu juga mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi yang dibutuhkan. REKOMPAK Kehancuran besar-besaran di Aceh sangat berdampak pada pemerintah provinsi dan lokal di Aceh yang sudah lemah karena konflik bertahun-tahun. Tsunami menghancurkan 21 persen bangunan publik dan 19 persen peralatan di gedung-gedung ini. Sekitar sembilan persen pegawai negeri meninggal dunia dan paling tidak 21 persen pegawai negeri yang selamat terdampak Dalam beberapa minggu setelah bencana di Aceh dan Jawa, penilaian awal atas kerusakan dan kerugian diselesaikan, dengan bantuan dari komunitas donor internasional. Pemerintah Indonesia menggunakan penilaian tersebut sebagai dasar untuk meminta bantuan keuangan dan mengembangkan rencana rekonstruksi.

32 BAB 1: Serangkaian Bencana parah sehingga mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalankan tugas sebagai pegawai pemerintah daerah. Dua puluh tujuh persen dokumen publik hancur. Nilai penggantian dari kerugian ini diperkirakan lebih dari AS$81 juta. 6 Sebelum terjadinya tsunami, pemerintahan di Aceh telah menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kurangnya kapasitas lembaga lokal dan pelayanan umum yang tidak efisien, seperti dalam bidang kesehatan dan pendidikan, utamanya di daerah pedesaan. Singkatnya, tsunami memperparah tantangan-tantangan ini, sementara pemerintah provinsi dan lokal tidak berada dalam posisi untuk menangani upaya pemulihan besarbesaran yang akan diperlukan. Pemerintah pusat segera turun tangan untuk memimpin proses rekonstruksi. Tsunami Aceh dan Nias, 2004. Kerusakan parah di Aceh dan Nias benar-benar berdampak pada pemerintah provinsi dan lokal yang sudah lemah karena konflik bertahun-tahun. Kantor-kantor hancur dan banyak dokumen berharga seperti surat-surat tanah hilang. Foto: Kristin Thompson untuk Sekretariat MDF

33 Gempa Bumi Lain Pada bulan Maret 2005, hanya tiga bulan setelah tsunami di bulan Desember 2004, saat keadaan masih sangat sulit dan duka cita masih belum lagi hilang, gempa bumi dahsyat lainnya berkekuatan 8,6 pada Skala Richter mengguncang Aceh dan provinsi tetangganya Sumatera Utara. Gempa bumi ini meluluhlantakkan pulau Nias di provinsi Sumatera Utara, yang berada di Samudera Hindia, tepat di sebelah selatan Aceh. Pulau Simeulue, bagian dari provinsi Aceh yang berada di lepas pantai sebelah barat daratan Sumatera, juga diguncang keras dan menderita kerusakan parah. Gempa bumi itu mendatangkan kerusakan lebih parah lagi pada daerah yang sudah porak-poranda. Permukaan tanah menjadi melengkung dan di beberapa tempat, gempa mengangkat permukaan bumi dan merobohkan bangunan, sedangkan di tempat lain, tanah terdorong turun hingga menenggelamkan daerah-daerah pantai. Sekitar 1.000 orang tewas dan 47.000 lainnya kehilangan tempat tinggal. Sebelum bencana, Nias dan Simeulue sudah termasuk sebagai daerah-daerah termiskin di Indonesia dan penduduknya tidak mampu menghadapi keterpurukan sedahsyat ini. REKOMPAK Tiga Dasawarsa Konflik di Aceh Sebelum Tsunami Situasi di Aceh cukup rumit. Aceh tidak hanya berada dalam situasi pascabencana namun Aceh juga berada di tengah konflik yang telah berlangsung lama. Provinsi ini telah berjuang untuk memperoleh kemerdekaannya sejak zaman penjajahan di Indonesia dan tidak pernah bersedia menjadi bagian dari Hindia Belanda dibawah pemerintahan Belanda. Pada tahun 1976, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak. Hal ini membawa Aceh pada konflik bersenjata Tsunami Aceh dan Nias, 2004. Banyak jalan, jembatan, sistem komunikasi, sekolah, dan infrastruktur lainnya hancur atau mengalami kerusakan yang sangat parahnya, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Banyak garis pantai di Aceh ditelan oleh laut dan sebagian besar pelabuhan musnah. Foto-foto: Kiri: Yan Ali Zebua, Kanan: Tim IREP-IRFF

34 BAB 1: Serangkaian Bencana dengan Pemerintah Indonesia. Selama periode hampir tiga dasawarsa, ribuan warga Aceh tewas dan lebih dari setengah juta orang kehilangan tempat tinggal sebagai akibat dari konflik. Pada tahun 2004 ketika tsunami terjadi, masyarakat Aceh dipenuhi rasa ketakutan, letih akan perang, dan kehilangan rasa percaya terhadap pemerintah dan juga antara satu dengan yang lain. Orang-orang di sini berasal dari berbagai desa. Banyak kepala desa tewas, dan kantor-kantor serta sarana desa semuanya musnah. Kami telah menunjuk juru bicara untuk setiap desa yang warganya tinggal di barak ini. Korban selamat di tempat penampungan sementara di Banda Aceh 7 Pada saat tsunami, Aceh berada dalam keadaan darurat sipil dan tertutup dari dunia luar selama hampir dua tahun. Hanya sedikit orang asing diizinkan berkunjung sepanjang periode ini, termasuk donor. Beberapa hari setelah tsunami, para pekerja bantuan kemanusiaan internasional diberikan akses dengan syarat bahwa seluruh orang asing harus meninggalkan Aceh sebelum akhir bulan Maret 2005. Disamping itu, para pekerja bantuan kemanusiaan hanya dapat bepergian ke dua pusat bencana terbesar, Banda Aceh dan Meulaboh. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa hal ini perlu dilakukan demi keselamatan mereka karena, walaupun perjanjian gencatan senjata sedang berlaku, perang tetap berlangsung. Pembatasan ini akhirnya dikendurkan dan pekerja bantuan kemanusiaan tidak hanya boleh tetap tinggal, tetapi juga boleh bekerja di seluruh daerah terdampak bencana. Selain kerusakan yang disebabkan oleh bencana, konflik bertahun-tahun telah melemahkan layanan sipil, merusak infrastruktur, dan mengakibatkan penduduk dengan keterampilan yang umumnya sangat rendah. Konflik tiga dasawarsa itu telah menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Banyak masyarakat sipil berada pada posisi yang sulit di antara kedua belah pihak yang berkonflik, yang meninggalkan dampak mendalam pada masyarakat Aceh. Tsunami begitu mengguncangkan Pemerintah Indonesia dan kelompok perlawanan sehingga kedua belah pihak sepakat bahwa konflik harus dihentikan dan perdamaian harus dicapai. Hanya dengan Aceh yang damai, masyarakat akan memperoleh kesempatan membangun kembali komunitas-komunitas yang hancur di seluruh provinsi. Pembentukan Badan Reintegrasi-Damai Aceh (BRA) pada bulan Februari 2006 telah membantu memfasilitasi pelaksanaan program-program yang ditujukan bagi upaya rekonsiliasi dan reintegrasi, dan sebuah Kesepakatan Perdamaian yang mengikat ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dan GAM pada bulan Agustus 2005.

35 Pemulihan Perencanaan dan pengoordinasian upaya pemulihan berskala besar yang dibutuhkan di Aceh merupakan tugas yang teramat rumit. Konflik telah mengguncang kehidupan masyarakat Aceh; bencana memperparah keadaan setiap orang di Aceh berupa hilangnya anggota keluarga, hancurnya harta benda, tercabik-cabiknya kehidupan dan hilangnya mata pencaharian. REKOMPAK Pendekatan rekonstruksi Aceh perlu memasukkan faktor kesadaran akan dalamnya dampak kehancuran dan trauma yang telah menimpa Aceh dan penduduknya. Pendekatan ini membutuhkan upaya kerja sama dengan penduduk yang sangat traumatis dan mengalami perpecahan dan keretakan yang telah ada sebelum tsunami. Pendekatan rekonstruksi perlu membangun kepercayaan dan keyakinan diri lewat suatu proses penyembuhan yang peka demi membantu memelihara dan menghidupkan kembali struktur sosial yang rapuh. Dan untuk mencapai semua ini beserta kebutuhan yang mendesak untuk membangun kembali rumah-rumah, infrastruktur yang rusak dan ekonomi yang hancur, dibutuhkan pendanaan dalam jumlah besar. Tsunami Aceh dan Nias, 2004. Di Aceh dan Nias, pascatsunami sekitar 220.000 orang meninggal atau hilang. Kios kecil di Banda Aceh ini menjadi pusat informasi di mana anggota keluarga yang selamat memajang pesan-pesan dengan harapan untuk dapat mengetahui keberadaan kerabat yang hilang. Foto: Kantor Berita Antara

36 BAB 1: Serangkaian Bencana BENCANA MENGHANTAM JAWA Pada tanggal 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 6,3 Skala Richter menghantam kota bersejarah Jawa, Yogyakarta, dan provinsi padat penduduk Jawa Tengah. Gempa bumi terjadi pada dini hari dan seruan Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar) terdengar saat orang-orang merasakan dampak dari guncangan dan berlarian ke jalan-jalan. Kerusakan dari gempa bumi tersebut jauh lebih besar dari yang semula disadari. Gedung-gedung besar kebanyakan tak tersentuh gempa, namun ratusan ribu rumah dan bangunan yang lebih kecil mengalami kehancuran. Banyak rumah Gempa Bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah, 2006. Seorang gadis kecil berdiri di tengah reruntuhan bangunan kawasan tempat tinggalnya yang dihancurkan oleh gempa bumi. Foto: Tim Rekompak

37 di daerah tersebut dibangun tanpa penyangga yang layak dan dengan bahanbahan bangunan bermutu rendah, sehingga menyebabkan lebih banyak korban meninggal dan kerusakan daripada dampak yang seharusnya terjadi dari sebuah gempa bumi sebesar itu. Faktor lain yang berkontribusi pada kerusakan yang sedemikian dahsyatnya itu adalah bahwa gempa bumi tersebut terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, yaitu 33 kaki (sekitar 10 meter) di bawah permukaan tanah, yang guncangannya sangat kuat dan merobohkan rumah-rumah. REKOMPAK Gempa bumi tersebut berlangsung selama 52 detik dan menewaskan lebih dari 5.700 orang. Sekitar 40.000 orang terluka dan, yang mencengangkan, jumlah rumah yang hancur mencapai 350.000. Banyak orang terjebak dan terkubur di bawah rumah dan bangunan mereka yang runtuh. Banyak dari yang terluka menjadi cacat seumur hidup, sebagian di antara mereka lumpuh. Pemandangan yang sama terlihat di desa-desa di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Jawa adalah pulau dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan salah satu tempat paling padat penduduk di muka bumi. Pulau ini dihuni sekitar 140 Mengukur Kerusakan dan Kerugian Penilaian kerusakan dan kerugian menganalisa tiga aspek utama: Kerusakan (dampak langsung) mengacu pada dampak terhadap aset, persediaan dan properti, yang dinilai berdasarkan harga per unit penggantian (bukan rekonstruksi). Penilaian harus mempertimbangkan tingkat kerusakan (apakah suatu aset dapat direhabilitasi/diperbaiki, atau telah hancur sama sekali) Kerugian (dampak tak langsung) mengacu pada arus ekonomi yang akan terkena dampak, seperti berkurangnya penghasilan atau naiknya pengeluaran selama periode waktu hingga pemulihan aset. Hitungannya berdasarkan nilai terkini. Definisi periode waktu sangatlah penting. Jika pemulihan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, sebagaimana dalam kasus Aceh, kerugian dapat meningkat secara signifikan. Dampak ekonomi (terkadang disebut dampak sekunder) mencakup dampak fiskal dan implikasinya pada pertumbuhan PDB. Analisa ini juga dapat diterapkan pada tingkat sub-nasional. Sumber: Indonesia, Bappenas, 2006. Indonesia: Preliminary Damage and Loss Assessment Yogyakarta and Central Java Natural Disaster. 13

38 BAB 1: Serangkaian Bencana juta orang atau 60 persen dari populasi Indonesia. Mayoritas penduduk Jawa adalah Muslim. Jawa mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Kebanyakan penduduk di daerah yang terdampak bencana hidup miskin, walaupun tidak terlampau miskin, sebagian besar dari mereka hidup dalam kondisi serupa. Sebuah tim gabungan yang dipimpin oleh Bappenas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Yogyakarta dan Jawa Tengah serta komunitas internasional, termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, Badan Kerjasama Internasional Jerman (Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit atau GIZ), 8 Japan Bank for International Cooperation(JBIC), Selamat dari Gempa Bumi Sulastri Widayati (43), warga Desa Wonokromo, berlari keluar rumah saat dia merasakan bumi dan tanah bergerak. Dia melihat banyak rumah bergoyang sebelum akhirnya roboh. Atap rumah saya berayun seperti ombak di samudera. Tapi anehnya, pohon-pohon di sekitar rumah tidak tumbang atau bahkan tidak bergerak sama sekali, kata Sulastri. Kami dalam keadaan panik. Dia melihat sebatang pohon kelapa di depan rumahnya yang tidak tumbang dan lalu, dia memeluk pohon itu. Namun kemudian, disadarinya bahwa suami dan anak-anaknya masih berada di dalam rumah. Dia berpikir bahwa jika kembali ke dalam rumah, dia pasti akan menjadi korban juga dan karena itu dia menunggu di luar hingga guncangan berhenti. Suami dan salah satu anaknya terluka karena terkena jatuhan bagian atap yang. Tulang belakang anaknya patah, sementara suaminya menderita luka-luka ringan. Ada hikmah di balik keegoisan saya. Allah memberi saya keselamatan sehingga saya dapat merawat anak, suami, dan anggota keluarga lain hingga pulih dari luka-luka mereka, kenang Sulastri. Ada dinding yang tidak roboh dan di situlah anak saya yang terluka berada. Jika saja dinding itu roboh, habislah keluarga saya, kata Sulastri. Kerugian ekonomi yang diderita oleh keluarga Sulastri akibat gempa bumi ini diperkirakan sekitar AS$8.300. Sumber: Post-Tsunami and Earthquake Community-Based Rebuilding of Settlements and Infrastructure: Experiences of REKOMPAK JRF in the Special Region of Yogyakarta and Central Java. Kementerian Pekerjaan Umum, 2010. 24-26