STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA DI KECAMATAN PAMEKASAN KABUPATEN PAMEKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

STUDI POTENSI JUMLAH PENUMPANG BUS PEMADU MODA RUTE MALANG BANDAR UDARA JUANDA PP ABSTRAK

PEMODELAN PEMILIHAN MODA ANTARA BUS DAN TRAVEL DENGAN METODE STATED PREFERENCE RUTE PALANGKARAYA BANJARMASIN

KAJIAN POTENSI PENUMPANG PESAWAT TERBANG RUTE MALANG-BALIKPAPAN DAN MALANG-BANJARMASIN JURNAL SKRIPSI

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

KAJIAN PENYEDIAAN LAJUR SEPEDA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

STUDI KARAKTERISTIK DAN MODEL PEMILIHAN MODA ANGKUTAN MAHASISWA MENUJU KAMPUS (SEPEDA MOTOR ATAU ANGKUTAN UMUM) DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

PENGARUH ANGKUTAN ONLINE TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK MALALAYANG - PUSAT KOTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

Pemilihan Moda Transportasi ke Kampus oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

KAJIAN PERSEPSI SISWA SMA-SMK NEGERI TENTANG KINERJA KESELAMATAN BUS SEKOLAH KOTA MALANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional, pengembangan jalur kereta api Yogyakarta Borobudur sudah direncanakan.

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : SEKAR PANDAN ARUM NPM

Wisnumurti. Pusat Pengembangan Relevansi Pendidikan LP3

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan atau mesin. Transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam perkembangan suatu

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS TRANS MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PRERFERNCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS KAMPUS Ronny Esha 1, Reza Aipassa 2, Rudy Setiawan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

TUGAS AKHIR. Disusun oleh: DANIEL SAHAT IMATUA NIM : AGIL ALATAS NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

PEMODELAN PEMILIHAN MODA UNTUK PERJALANAN MENUJU KAMPUS MENGGUN AKAN KENDARAAN PRIBADI DAN KENDARAAN UMUM (S TUDI KAS US UNIVERS ITAS S URABAYA)

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA PESAWAT TERBANG STUDI KASUS: RUTE PADANG-JAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

PEMILIHAN MODA TENAGA PENGAJAR UNIVERSITASS SEBELAS MARET KE KAMPUS METODE STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

ANALISIS PEMILIHAN MODA ANTARA JAKARTA LRT DENGAN KENDARAAN PRIBADI MENGGUNAKAN MODEL PEMILIHAN DISKRIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

ANALISIS PERPINDAHAN MODA TRANSPORTASI DARAT RUTE SEMARANG-AMBARAWA DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil survei kuisioner memberikan hasil sebagai berikut:

BAB IV INTEPRETASI DATA

Kuliah Pertemuan Ke-12. Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda)

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Umum. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan. manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap

THESIS ABDUL GAUS NRP :

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

Anggri Apriyawan NIM : D NIRM :

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG.

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

KAJIAN ABILITY TO PAY, WILLINGNESS TO PAY DAN WILLINGNESS TO USE, CALON PENUMPANG KERETA API COMMUTER MALANG RAYA

Transkripsi:

STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA DI KECAMATAN PAMEKASAN KABUPATEN PAMEKASAN Agus Sugianto, Nugroho Panji Triatmojo, M. Zainul Arifin, dan Ludfi Djakfar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: agussugianto1209@gmail.com, panjinugroho61@gmail.com ABSTRAK Belum adanya angkutan umum bermesin di Kecamtan Pamekasan memerlukan kajian awal untuk mengetahui potensi kebutuhan angkutan umum kota di Kecamatan Pamekasan. Dengan itu dapat diketahui karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan,model pemilihan moda antara kendaraan pribadi dengan angkutan umum kota, dan potensi kebutuhan angkutan umum kota. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner karakteristik sosial ekonomi responden, karakteristik perjalanan dan kuesioner yang disusun dengan menggunakan teknik stated preference dengan atribut selisih biaya perjalanan, selisih waktu tempuh perjalanan, dan selisih frekuensi keberangkatan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi. Responden yang dibutuhkan sebanyak 100 responden, dengan 40 responden kendaraan pribadi roda 4 dan 60 responden kendaraan pribadi roda 2. Pengumpulan data juga dilakukan dengan kuesioner Analytic Hierarchy Process (AHP) sebanyak 30 responden dari beberapa instansi Kabupaten Pamekasan, yaitu Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Polres, dan Akademisi. Hasil pemodelan pemilihan moda dengan menggunakan metode stated preference adalah sebagai berikut: 1.Selisih biaya perjalanan (ΔX1): a. UAK UKP = -0,08033 0,00157ΔX1 dengan R 2 = 36,1% (roda dua) b. UAK UKP = -1,68991 0,00098ΔX1 dengan R 2 = 28,045% (roda empat) 2. Selisih waktu tempuh (ΔX2): a. UAK UKP = 0,83704 0,15834ΔX2 dengan R 2 = 23,55% (roda dua) b. UAK UKP = -0,07394 0,12441ΔX2 dengan R 2 = 35,55% (roda empat) 3. Selisih frekuensi keberangkatan (ΔX3): a. UAK UKP = 0,62091 + 0,02341ΔX3 dengan R 2 = 0,626% (roda dua) b. UAK UKP = 0,58382 0,00673ΔX3 dengan R 2 = 0,039% (roda empat) Potensi perpindahan pengguna kendaraan pribadi roda dua ke angkutan umum kota sebesar 18 orang/jam puncak. Sedangkan potensi penumpang rata-rata/hari adalah 127 orang/hari, dan per jamnya 11 orang/jam. Sedangkan dengan metode Analytic Hierarchy Process adalah aspek keselamatan merupakan yang tertinggi (34,532%) dan perlu pengadaan angkutan umum kota > 5 tahun. Kata kunci: Kendaraan pribadi, angkutan umum kota, Stated Preference, Analytic Hierarchy Process (AHP), Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan 1. Pendahuluan Kabupaten Pamekasan dengan jumlah penduduk yang mencapai 851.690 jiwa dimana 85.797 jiwa tinggal di kecamatan Pamekasan dengan kepadatan penduduk 3.241 jiwa/km2 (RTRWK Kabupaten Pamekasan 2012-2032). Kabupaten Pamekasan saat ini mulai menata diri dalam rangka mengikuti perkembangan zaman yang ada. Dengan semakin kompleksnya serta meningkatnya kebutuhan maka masyarakat memerlukan adanya suatu moda transportasi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan dan dalam kegiatan sehari-hari. 1

Sampai saat ini sarana transportasi yang ada di Kabupaten Pamekasan khususnya di Kecamatan Pamekasan dinilai masih kurang karena belum ada angkutan umum bermesin yang digunakan untuk melakukan pergerakan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kendaraan pribadi adalah sarana transportasi yang paling dominan digunakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi lebih memilih becak sebagai sarana transportasinya, bahkan sampai ada yang memilih jalan kaki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping itu juga, para pelajar juga memaksakan kendaraan pribadi sebagai transportasi ke sekolah meskipun belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), dimana hal tersebut merupakan pelanggaran lalu lintas. Memperhatikan permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya suatu studi kebutuhan angkutan umum kota yang mampu untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat kecamatan Pamekasan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Karakteristik Angkutan Umum Kota Menurut UU nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. Sedangkan kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran. 2.2 Pemilihan Moda Transportasi Menurut Tamin (2000) Ada beberapa model perencanaan transportasi yang berkembang sejauh ini, yang paling popular adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Model ini merupakan gabungan dari beberapa submodel yang terpisah dan berurutan. Submodel itu antara lain: 1. Bangkitan dan tarikan pergerakan. 2. Sebaran pergerakan. 3. Pemilihan moda. 4. Pemilihan rute. Pemilihan moda transportasi terjadi karena adanya interaksi antara dua tata guna lahan di suatu kota, sehingga seseorang memutuskan bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Pemilihan moda juga mempertimbangkan pergerakan yang menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan (multimoda). Jenis pergerakan inilah yang sangat umum banyak dijumpai di Indonesia karena geografi Indonesia yang terdiri dari banyak pulau sehingga presentase pergerakan multimoda cukup tinggi. (Tamin, 2000) 2.3 Metode Stated Preference Teknik Stated Preference merupakan pendekatan terhadap responden untuk mengetahui respon mereka terhadap situasi 2

yang berbeda. Masing-masing individu ditanya tentang responnya jika mereka dihadapkan kepada situasi yang diberikan dalam keadaan yang sebenarnya (bagaimana preferensinya terhadap pilihan yang ditawarkan). Kebanyakan Stated Preference menggunakan perancangan eksperimen untuk menyusun alternatifalternatif yang disajikan kepada responden. 2.4 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan teori umum mengenai pengukuran. AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit atau kontinu. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan, atau perasaan. Dalam AHP, elemen-elemen suatu persoalan ditata dalam bentuk hirarki, kemudian dibentuk perbandingan antar elemen dari suatu tingkat sesuai dengan yang diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi. 3. Metode Penelitian Pengumpulan data metode stated preference dilakukan dengan kuesioner berisi karakteristik sosial ekonomi responden, karakteristik perjalanan dan kuesioner yang disusun menggunakan teknik stated preference dengan atribut selisih biaya perjalanan, selisih waktu tempuh dan selisih frekuensi keberangkatan antara kendaraan pribadi dan anggkutan umum kota terhadap seratus orang responden pengguna kendaraan pribadi. Karakteristik Umum Responden: Tingkat pendidikan Jenis pekerjaan Jumlah penghasilan Biaya perjalanan Pengolahan Data Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Potensi Jumlah Penumpang Model Pemilihan Moda Selesai Pengumpulan Data Stated Preference: Atribut harga tiket Atribut waktu perjalanan Atribut frekuensi keberangkatan Analisis data Stated Preference untuk menghitung utilitas: UAK UKP = ln P AK 1 P AK Regresi Linier: Konstanta (b0) Koefisien (bn) Mulai Pekerjaan Persiapan dan Pengamatan Pendahuluan Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Persamaan Utilitas: UAK UKP = b0 + bn(δxn) Pengolahan Data Analisis Karakteristik Pengguna Kendaraan Pribadi Studi Literatur penelitian-penelitian terdahulu Pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner. Pengguna Kendaraan Pribadi - Karakteristik Sosial Ekonomi - Karakteristik Perjalanan Stated Preference: - Atribut harga tiket - Atribut waktu perjalanan - Atribut frekuensi keberangkatan Hasil dan Pembahasan. Kesimpulan dan saran. Selesai. Stakeholder Pengolahan Data Analisis Alternatif- Alternatif dari Stakeholder Gambar 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. AHP (Analytic Hierarchy Process) Model Logit Binomial: 1 PAK = 1+ e (U AK U KP ) e PKP = U KP = e (U AK U KP ) e U KP + e U AK 1+ e (U AK U KP ) Gambar 3.2 Diagram Alir Pengolahan Data Stated Prefernce. Pengumpulan data metode analytic hierarchy process (AHP) dilakukan dengan kuesioner berisi aspek keselamatan, aspek kenyamanan, aspek waktu tempuh, aspek kesesuaian RTRWK, aspek biaya pengadaan, aspek sosialekonomi, aspek konservasi lingkungan. Selain itu juga diberikan tiga alternatif 3

dalam penyediaan angkutan umum kota, yaitu: 1. Perlu angkutan umum kota < 5 tahun 2. Perlu angkutan umum kota > 5 tahun 3. Tidak perlu pengadaan angkutan umum kota Mendefinisikan Tujuan Tahapan hirarki penanganan Perhitungan - Komponen-komponen eigenvektor utama setiap baris a Wi = a 1j x a 2j x a 3j x x a aj - Eigenvektor (prioritas lokal) Wi Xi = Wi - Eigenvalue maks (λ maks) λ maks = a ij x j CR 0,1 Prioritas Alternatif Matriks perbandingan berpasangan pada setiap level hirarki Gambar 3.3 Proses Analytic Hierarchy Process (AHP). Mulai Tidak Ya = Konsisten Alternatif optimum terpilih Penentuan responden: 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2. Dinas Pekerjaan Umum 3. Dinas Perhubungan 4. Polres Kabupaten Pamekasan 5. Akademisi Penentuan kriteria-kriteria Pembobotan kriteria dengan metode AHP Penilaian utilitas masing-masing alternatif Penentuan prioritas alternatif Selesai Gambar 3.4 Diagram Alir Pengolahan Data Metode Analitic Hierarchy Process (AHP). Hasil Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden a. Jenis Kelamin Karakteristik umum responden menurut jenis kelamin adalah dilihat perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan, dimana responden laki-laki lebih banyak, yakni sebesar 62% sedangkan responden perempuan sebesar 38%. Hal ini dikarenakan responden laki-laki lebih mau meluangkan waktunya untuk disurvei. b. Usia Karakteristik umum responden menurut usia dapat dilihat bahwa responden didominasi kelompok usia 21-30 tahun dengan 40%. Hal ini dikarenakan mengingat kelompok usia 21-30 tahun didominasi oleh mahasiswa dan juga pegawai/pebisnis yang berusia di bawah 30 tahun dan waktu survei dilakukan pada hari libur karena banyak mahasiswa yang pulang kampung. c. Jenis Pekerjaan Karakteristik umum responden menurut jenis pekerjaan dapat disimpulkan bahwa sebaran responden cukup merata antara PNS/ABRI, pelajar, mahasiswa dan pedagang, dengan PNS/ABRI dan pelajar mendominasi dengan persentase sama banyak yaitu sebesar 23%. d. Pendidikan Terakhir Karakteristik umum responden menurut pendidikan terakhir dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yakni sebesar 52%. Hal ini dikarenakan perekonomian Kabupaten Pamekasan yang relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya di Jawa Timur sehingga pendidikan yang dicapai umumnya sampai SMA. Selain itu karena banyak responden mahasiswa sehingga mereka menyebutkan pendidikan terakhirnya adalah SMA. 4

e. Pendapatan per Bulan Karakterisitik umum responden menurut pendapatan per bulan diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendapatan di bawah 1 juta rupiah yaitu sebesar 42%. Hal ini dikarenakan mayoritas pekerjaan responden yang merupakan pelajar dan mahasiswa dengan pendidikan terakhir adalah SMA sehingga pendapatan per bulan responden umumnya masih di bawah 1 juta. f. Biaya Transportasi per Bulan Karakteristik umum responden menurut biaya transportasi perbulan dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki biaya pengeluaran untuk transportasi per bulan sebesar Rp 100.000-200.000 yakni sebesar 27%. 4.1.2 Karakteristik Perjalanan Responden a. Maksud Perjalanan menurut maksud perjalanannya dapat dilihat bahwa dari semua responden, 38% responden melakukan perjalanan untuk sekolah/kuliah. Hal ini dikarenakan survei dilakukan pada jam kerja dimana banyak pelajar dan mahasiswa yang melakukan perjalanan. b. Waktu Perjalanan menurut waktu perjalanan per tahun dapat dilihat bahwa waktu perjalanan dari responden mayoritas adalaha 10 menit - 15 menit yaitu sebesar 56%. c. Moda Yang Disukai menurut moda yang disukai dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyukai kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan yakni sebesar 73%. Hal ini disebabkan belum ada transportasi umum yang memadai. d. Persepsi Jika Diadakan Angkutan Umum Kota menurut persepsi jika ddiadakan angkutan umum kota dapat dilihat bahwa bahwa mayoritas responden setuju jika diadakan angkutan umum kota yakni sebesar 86%. e. Fasilitas-Fasilitas Yang Diinginkan menurut fasilitas-fasilitas yang diinginkan dapat dilihat bahwa fasilitas-fasilitas yang diinginkan responden jika diadakan angkutan umum kota adalah tarif terjangkau sebesar 26,27%, kenyamanan 25,88%, ketepatan waktu 24,71%, kemudahan akses 19,61%, dan lainnya sebesar 3,53%. Mayoritas responden menginginkan angkutan umum kota yang nyaman dan tarifnya terjangkau. f. Peralihan Moda Jika Fasilitas Disediakan berdasarkan peralihan moda jika fasilitas disediakan dapat dilihat bahwa 80% mayoritas responden akan beralih ke angkutan umum kota jika fasilitas-fasilitas yang diinginkan disediakan. 4.2 Formulasi Model Stated Preference 4.2.1 Atribut Perubahan Selisih Biaya Perjalanan (ΔX1) a) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Dua terhadap biaya perjalanan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 2 adalah: (U AK U KP ) = 0,0803 0,00015 X 1 5

Probabilitas Pemilihan Moda -3000-2500 -2000-1500 -1000-500 0 Probabilitas Pemilihan Moda Probabilitas Pemilihan Moda Probabilitas Pemilihan Moda 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0-1000 -500 0 500 1000 Perubahan Selisih Biaya Perjalanan (Rp) Pkp 0,9 1 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 5 10 15 45 Perubahan Selisih Waktu Perjalanan (Menit) Pkp Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Biaya Perjalanan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Dua. b) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Empat terhadap biaya perjalanan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 4 adalah: (U AK U KP ) = 1,6889 0,00098 X 1 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Perubahan Selisih Biaya Perjalanan (Rp) Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Biaya Perjalanan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Empat. Pkp 4.2.2 Atribut Perubahan Selisih Waktu Tempuh Perjalanan (ΔX2) a) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Dua terhadap biaya perjalanan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 2 adalah: (U AK U KP ) = 0,83704 0,15834 X 2 Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Waktu Perjalanan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Dua. b) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Empat terhadap biaya perjalanan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 4 adalah: (U AK U KP ) = 0,0739 0,12441 X 2 0,9 1 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0-5 0 5 10 15 20 Perubahan Selisih Waktu Perjalanan (Menit) Pkp Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Waktu Perjalanan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Empat. 4.2.3 Atribut Perubahan Selisih frekuensi Keberangkatan (ΔX3) a) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Dua terhadap frekuensi keberangkatan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 2 adalah: (U AK U KP ) = 0,62091 + 0,02341 X 3 6

Probabilitas Pemilihan Moda Probabilitas Pemilihan Moda 1,0000 0,9000 0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 9 13 17 21 25 Perubahan Selisih Frekuensi Perjalanan Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Frekuensi Keberangkatan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Dua. b) Angkutan Umum Kota - Kendaraan Pribadi Roda Empat terhadap frekuensi keberangkatan antara angkutan umum kota dan kendaraan pribadi roda 4 adalah: (U AK U KP ) = 0,58382 + 0,00673 X 3 1,0000 0,9000 0,8000 0,7000 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 11 15 19 23 27 Perubahan Selisih Frekuensi Perjalanan Probabilitas Moda Berdasarkan Selisih Frekuensi Keberangkatan Antara Angkutan Umum Kota dan Kendaraan Pribadi Roda Empat. Pkp 4.3 Potensi Jumlah Penumpang Dari data Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pamekasan diketahui bahwa pengguna kendaraan pribadi roda dua dalam melakukan perjalanan di Kecamatan Pamekasan pada jam puncak adalah sejumlah 681 motor, dengan asumsi tiap kendaraan roda dua boncengan maka 681 dikali dua orang menjadi sejumlah 1362 orang. Sedangakan untuk rata-rata/hari Pk adalah 4837 roda 2/hari dikali dua menjadi sejumlah 9674 orang/hari. Dalam penelitian ini potensi yang akan dihitung adalah potensi penumpang dari sepeda motor ke angkutan umum kota. Dalam penelitian ini potensi yang akan dihitung adalah potensi penumpang dari sepeda motor ke angkutan umum kota. Untuk menghitung potensi penumpang angkutan umum kota, terlebih dahulu dihitung biaya perjalanan untuk sepeda motor dan angkutan umum kota. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut. Sepeda motor Rp 430,00 x 10 km = Rp 4.300,00 PP Keterangan: - Perjalanan sepeda motor PP sekali jalan rata-rata 10 km. - BOK sepeda motor per kilometer sebesar Rp 430,00. Angkutan umum kota Rp 3.500,00 x 2 = Rp 7.000,00 (PP) Selisih biaya perjalanan (ΔX1) ΔX1 = Rp 7.000,00 Rp 4.300 = Rp 2.700,00 Dari perhitungan menggunakan tabel probabilitas dapat dilihat bahwa pada saat selisih biaya perjalanan sebesar Rp 2.700,00 mempunyai nilai probabilitas sebesar 1,31%. Sehingga potensi perpindahan pengguna kendaraan pribadi roda dua ke angkutan umum kota sebesar 1,31% x 1362 = 18 orang/jam puncak. Sedangkan untuk potensi penumpang ratarata/hari adalah 1.31% x 9674 = 127 orang/hari, maka per jamnya sebanyak 11 orang. 4.4 Pembobotan Kriteria dengan Metode AHP Dari perhitungan bobot rata-rata dari seluruh stakeholder, maka dapat diketahui rekapitulasi hasil dari pembobotan kriteria dalam prioritas pengadaan angkutan umum kota di Kecamatan Pamekasan. Berikut adalah grafik yang menunjukkan 7

presentase dari masing-masing kriteria dalam kebutuhan angkutan umum kota. Alter natif Bobot Masing-Masing Kriteria dalam Pengadaan Angkutan Umum Kota di Kecamatan Pamekasan. Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek keselamatan merupakan kriteria yang paling dominan (34,523%). Sedangkan aspek biaya pengadaan merupakan kriteria yang paling rendah (4,863%). 4.5 Penentuan Prioritas alternatif Pengadaan Angkutan Umum Kota Penentuan prioritas alternatif pengadaan angkutan umum kota di Kecamatan Pamekasan diperoleh dari hasil perhitungan bobot kriteria rata-rata x nilai bobot alternatif rata-rata dari seluruh stakeholder. Kesela matan Tabel Perhitungan Nilai Prioritas Alternatif. Kenya manan Waktu Tempuh Kesesuaian RTRW BOBOT Biaya Pengada an Sosial Ekono mi Konservasi Lingkungan 0.345 0.104 0.071 0.237 0.049 0.058 0.345 Prioritas Alternatif I 0.379 0.379 0.379 0.379 0.379 0.379 0.379 0.458 II 0.487 0.487 0.487 0.487 0.487 0.487 0.487 0.589 III 0.135 0.135 0.135 0.135 0.135 0.135 0.135 0.163 Grafik Prioritas Alternatif Pengadaan Angkutan Umum Kota. Berdasarkan hasil perhitungan dalam pengadaan angkutan umum kota di Kecamatan Pamekasan, dipilih alternatif II sebagai prioritas utama. Dipilihnya alternatif II sebagai prioritas utama dikarenakan RTRW Kecamatan Pamekasan yang belum ada atau belum tercantum apabila pengadaan angkutan umum kota dilaksanakan dalam kurun waktu kurang dari lima (5) tahun. 5. Penutup Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan analisis data yang telah diuraikan hasilnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perjalanan Responden Berdasarkan jenis kelamin responden, didominasi oleh laki-laki (62%). Berdasarkan usia responden, didominasi usia 21-30 tahun (40%). Berdasarkan jenis pekerjaan responden, didominasi oleh PNS/ABRI dan Pelajar masing-masing dengan persentase 23%. Berdasarkan pendidikan terakhir responden, didominasi SMA (52%). Berdasarkan pendapatan per bulan responden, didominasi < Rp 1.000.000,00 (42%). Berdasarkan biaya transportasi per bulan responden, didominasi Rp 100.000,00 Rp 200.000,00 (27%). Berdasarkan maksud perjalanan responden, didominasi oleh tujuan Sekolah/Kuliah (38%). Berdasarkan waktu perjalanan responden, didominasi dengan waktu 10-15 menit (56%). 8

Berdasarkan moda yang disukai responden, dipilih kendaraan pribadi (73%) karena belum ada tranportasi umum yang memadai. Jika diadakan angkutan umum kota, mayoritas responden setuju (86%). Fasilitas yang paling diinginkan oleh rsponden jika diadakan angkutan umum kota adalah Tarif Terjangkau (26,27%). Apabila fasilitas-fasilitas yang diinginkan bisa terpenuhi, mayoritas responden setuju (80%). 2. Model Pemilihan Moda dengan Analisis Stated Preference Dari analisis stated preference antara moda angkutan umum kota dan kendaraan pribadi, diperoleh kesimpulan yaitu: a. Berdasarkan selisih biaya perjalanan (ΔX1) UAK UKP = -0,08033 0,00157ΔX1 dengan R 2 = 36,1% (roda dua) UAK UKP = -1,68991 0,00098ΔX1 dengan R 2 = 28,045% (roda empat) b. Berdasarkan selisih waktu tempuh (ΔX2) UAK UKP = 0,83704 0,15834ΔX2 dengan R 2 = 23,55% (roda dua) UAK UKP = -0,07394 0,12441ΔX2 dengan R 2 = 35,55% (roda empat) c. Berdasarkan selisih frekuensi keberangkatan (ΔX3) UAK UKP = 0,62091 + 0,02341ΔX3 dengan R 2 = 0,626% (roda dua) UAK UKP = 0,58382 0,00673ΔX3 dengan R 2 = 0,039% (roda empat) 3. Potensi Kebutuhan Angkutan Umum Kota Berdasarkan metode Stated Preference diperoleh potensi penumpang sebesar 18 orang/jam puncak, 11 orang/jam, dan 127 orang/hari sehingga diperoleh jumlah armada yang dibutuhkan yaitu sebanyak 7 armada. Sedangkan berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process diperoleh alternatif perlu pengadaan angkutan umum kota dalam kurun waktu > 5 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa potensi kebutuhan angkutan umum kota di Kecamatan Pamekasan sangat rendah atau masih belum dibutuhkan. Daftar Pustaka Direktorat Perhubungan Darat Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur Marjono. 2004. Analisis Kebutuhan Angkutan Kota di Kota Malang (Studi Kasus Angkutan Kota Jalur Joyo Grand-Dinoyo-Mergan dan Joyo Grand-Piranha-Karanglo). Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Ortuzar, Juan de Dios & Willumsen, L.G. 1997. Modelling Transport Second Edition. London: John Wiley and sons ltd. Riyanawati, Wicke Nova. 2011. Penentuan Prioritas Penyediaan Lajur Sepeda di Kota Malang dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Satrio, Gilang. 2014. Kajian Potensi Penumpang Angkutan Kereta Api Lintas Madura (Bangkalan Sumenep PP) dengan Menggunakan Metode Stated Preference. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 9

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 10