BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

BAB II STUDI PUSTAKA

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.A. Gde Agung Yana 1

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB III LANDASAN TEORI. A. Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

MEMPERCEPAT WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA (LEMBUR)

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA (EX. GEDUNG MITRA) KOTA SURABAYA

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI


OPTIMASI JADWAL PELAKSANAAN PROYEK JEMBATAN BETON BERTULANG TUKAD UNDA, KLUNGKUNG

PERCEPATAN PROYEK PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK JALAN SERUA RAYA DEPOK DENGAN METODE TIME COST TRADE OFF

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

ABSTRAK. Salah satu tipe technology process dalam manajemen operasi adalah. proyek. Teknologi dalam proyek berhubungan dengan salah satu jenis produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sistem informasi dapat

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extentionn Mall Denpasar Junction)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.2, Februari 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

Pertemuan ke 10 Metode Jalur Kritis. Dalam Analisis CPM, dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju dan hitungan mundur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JADWAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2010 (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama)

Pertemuan ke - 7 FUNGSI DAN PROSES PERENCANAAN SERTA PENGENDALIAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Motto... iii. Halaman Persembahan... iv. Kata Pengantar... v. Daftar Isi...

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

BAB II BAHAN RUJUKAN

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB II Tinjauan Pustaka

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PROYEK DENGANN METODE KONSEP NILAI HASIL (Studi Kasus: Proyek Pembangunan The Royal Bukit)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proyek konstruksi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu kegiatan rutin dan. jangka waktu yang pendek (Ervianto, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil dalam bentuk fisik bangunan atau infrastruktur. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tertentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung (Soeharto, 1997) Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang langsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanakan proyek tersebut dapat berupa bangunan gedung ( perumahan, kantor, pabrik), bangunan sipil ( jalan raya, jembatan, bendungan), membuat produk baru, ataupun melakukan penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok proyek adalah: a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan. c. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas. d. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intesitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan terdapat batas-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala yang terdiri dari: 1. Biaya / Anggaran (Cost) Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan 4

hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponenkomponennya, atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode. 2. Waktu / jadwal (Time) Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan. 3. Mutu Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kreteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik, sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan manajemen proyek. 2.1.1 Perencanaan Proyek Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa datang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara sistematis dan memperhatikan faktor objektif yang dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Sasaran komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek 2. Dasar pengaturan sumber daya 3. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan menyadari pentingnya unsur waktu 4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian 5

Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak logis akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam implementasinya (Soeharto, 1997) Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang akan dihasilkan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu tingkat keberhasilan tertentu. Tanpa perencanaan yang baik kita akan sulit mendapatkan kesuksesan dalam mengelola suatu perusahaan, proyek bahkan dalam kehidupan pribadi kita sekalipun. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam perencanaan proyek konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Inventarisasi kegiatan 2. Logika ketergantungan kegiatan 3. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat 4. Metode, volume dan durasi dari konstruksi 5. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan 6. Perhitungan dan penjadwalan dana Suatu perencanaan akan berdaya guna maksimal apabila terpenuhinya kondisi dan syarat-syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakan semua pihak yang berkepentingan untuk ikut serta secara aktif dalam proses implementasi dari perencanaan tersebut. Syarat serta kondisi itu antara lain: 1. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan dengannya 2. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action planning 3. Usaha sejauh mungkin menggunakan parameter kuantitatif, seperti perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone sebagai tolak ukur menilai kemajuan pekerjaan 4. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat kegiatan proyek yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang mungkin belum sepenuhnya terantisiasi pada perencanaan yang terdahulu 5. Penyusunan perencanaan yang realistis 6

6. Dipikirkan suatu kontigenci/kemungkinan untuk menanggulangi suatu yang tidak terduga. Hal ini mencegah jangan sampai tersudut ke posisi yang tidak siap 2.1.2 Pengaturan Proyek Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli, material dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien (Dipohusodo, 1996). Proses mengorganisir suatu proyek mengikuti proyek sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan. Semua perlu diidentifikasi dan diklasifikasi untuk mengetahui berapa besar volume, macam, dan sejenisnya untuk mengetahui sumber daya dan jadwal yang diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau kelompok yang akan menangani. 2. Mengelompokan pekerjaan Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan mengelompokkan kegiatan kedalam unit yang masing-masing telah diidentifikasi biaya, mutu dan waktunya. 3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan menerima tugas di atas, seperti memilih keahlian dan keterampilan kelompok yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan memberitahukan sasaran yang ingin dicapai. 4. Mengetahui wewenang tanggung jawab serta melaksanakan pekerjaan Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang menerima harus mengetahui wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya tumpang tindih. 7

5. Menyusun mekanisme koordinasi Jadwal pelaksanaan pekerjaan dengan yang lainnya saling terkait, maka perlu adanya mekanisme koordinasi antar semua bagian pekerjaan proyek. 2.1.3 Pengendalian Proyek Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan sesuai sasaran tanpa banyak penyimpangan yang berarti. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai sasaran (Soehar to, 1997). Agar pengendalian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsurunsur sebagai berikut : a. Tolak ukur yang realistis Tolak ukur yang realistis adalah tolak ukur yang mungkin untuk dipenuhi. Misalnya, untuk mengendalikan biaya diperlukan tolak ukur berupa anggaran. Demikian juga dengan waktu/jadwal memerlukan tolak ukur berupa kurun waktu yang direncanakan untuk melakukan suatu kegiatan yang tercantum dalam rencana waktu pelaksanaan (time schedule). Jika tolak ukur ini tidak realistis, akan menyulitkan dalam analisis dan pengambilan keputusan yang tidak tepat. b. Pemprosesan data dengan cepat dan tepat Memproses masukan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan menjadi masukan-masukan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. c. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan Berdasarkan hasil pemprosesan data maka dapat dibandingkan dengan kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena 8

akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap kemungkinan adanya penyimpangan. d. Mengadakan tindakan pembetulan Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya sasaran semula. Pengendalian dapat digolongkan menjadi internal dan eksternal, dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan kegiatan proyek. Perbedaannya terdapat pada pelaku atau yang mengadakan pengendalian tersebut. Pengendalian internal dilakukan oleh organisasi yang melaksanakan kegiatan proyek sedangkan pengendalian eksternal oleh organisasi di luar dari yang melaksanakan kegiatan proyek, seperti konsultan pengawas. Macam kegiatan dan aspek-aspek yang dikendalikan identik dengan yang direncanakan. Aspek/ area yang harus dikendalikan dalam proyek antara lain : a. Organisasi dan personal Memantau apakah organisasi proyek dibentuk sesuai dengan rencana, apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi dan apakah jumlahnya tetap mencukupi. b. Waktu/ jadwal Dalam aspek ini objek pangendalian berlangsung sepanjang proyek. Jadwal adalah penjabaran perancanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode penyusunan jadwal yang sering digunakan adalah jaringan kerja ( network), yang menggambarkan hubungan urutan pekerjaan proyek dalam suatu grafik. c. Anggaran/ biaya dan jam orang (man hour) Pengendalian anggaran biaya dan jam orang juga berlangsung sepanjang siklus proyek, dengan potensi saling mungkin keberhasilan 9

yang besar berada di awal proyek pada saat merumuskan definisi lingkup kerja. d. Pengendalian lingkup kerja Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Hal ini penting dilaksanakan karena pada tahap engineering dapat dipilih sebagai alternatif. e. Pengendalian mutu Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah produk proyek harus dalam keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan) mulai dari penyusunan program quality control dan uji coba operasi. f. Pengendalian kinerja Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat laporan. Berbagai faktor menentukan dalam efektifitas, salah satu diantaranya yang terpenting adalah tepat waktu dan peka terhadap indikasi penyimpangan yang terjadi. Langkah awal dalam pengendalian adalah membuat rencana kerja yang meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan dan sumber daya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat suatu diagram jaringan kerja atau network planning. 2.2 Penjadwalan Proyek Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktifitas-aktifitas itu dimulai, ditunda dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaiakan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan ( Dipohusodo, 1996). Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua metode yang sering digunakan yaitu : 1. Cara Bagan Balok (Bar Chart) 2. Jaringan Kerja (Network Planning), yaitu : 10

a. Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode/ CPM) b. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT) c. Metode Preseden Diagram (PDM) Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri sendiri dan dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk metodemetode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya. Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dibagi menjadi seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal yang tertentu pula, dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar kegiatan, karena dengan makin terperincinya pemecahan akan makin banyak komponen-komponen kegiatan terpisahkan sehingga jumlahnya bertambah. Dengan demikian, makin banyak variasi hubungan ketergantungan yang terbuka dan yang mungkin menghasilkan kurun waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat, dimana hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan yang dapat disebabkan secara parallel (Soeharto, 1997). 2.2.1 Penjadwalan dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network Planning) Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997). Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode tersebut, yaitu: a. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek? 11

b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan penyelesaian proyek? c. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan? Jaringan kerja yang ada berguna untuk : a. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks. b. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis. c. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumberdaya. Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari, pekerjaan mana yang pelaksanaanya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya, dan pekerjaan mana yang boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga dengan demikian terdapat kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek. 2.2.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yamg harus dilaksanakan. Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksnakan, maka selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu : 1. Pembuatan/ Desain Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek, yaitu pelaksanaan berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun penyediaan dan pemakaian sumber daya. Proses pembuatan (disain) meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 12

a. Inventarisasi kegiatan Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan, untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika ketergantungan diantara kegiatan-kegiatan tersebut. Pengkajian yang dimaksud adalah mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen dari proyek yang biasa dibedakan antara satu dengan yang lainnya. b. Hubungan antar kegiatan Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang telah diuraikan pada tahap inventarisasi kegiatan. Hubungan yang menentukan dalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika menuntut ketergantungan tersebut. c. Menyusun network diagram Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat dirangkaikan berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga keseluruhan kegiatan menyusun jaringan kerja yang mencerminkan proyek secara keseluruhan. d. Data kegiatan Setelah network diagram tersusun yang terdiri atas kegiatankegiatan, maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan, biaya, dan sumber daya yang digunakan. e. Analisis waktu dan sumber daya Tujuan analisa waktu untuk mengetahui saat mulai dan saat selesai kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan dapat diketahui bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisa sumber daya adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya sehingga persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap pakai dan bisa dilaksanakan setepat-tepatnya. 13

f. Batasan Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak dapat dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi penggunaan sumber daya. g. Levelling Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang berlaku. 2. Pemakaian Bila pembuatan telah selesai, maka model telah jadi tersebut dipakai pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatankegiatan yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau prosentase, dan berdasarkan jangka waktunya secara komulatif atau periodik. 3. Perbaikan Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaannya hanya terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruhnya kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis, maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian yang lebih jelas dan mendalam tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan yang realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan 14

gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek. Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by exeption, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997). Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut : Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadi komponen-komponen kegiatan Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan logika ketergantungan menjadi jaringan kerja Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing pekerjaan Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu penyelesaian proyek Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja (Sumber : Soeharto, 1997) 15

2.2.3 Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram Metode diagram preseden/ Precenden Diagram Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node). Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa yaitu awal dan akhir. Kotak-kotak segi empat dalam metode preseden diagram dibagi menjadi ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progres pelaksanaan kegiatan yang dapat mempermudah dalam memonitor. Nomor Urut ID Durasi Tanggal Mulai Tanggal Selesai Nomor Urut ID Durasi Tanggal Mulai Tanggal Selesai Progres Penyelesaian % Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM (Sumber : Soeharto, 1997) Keterangan : Nama Kegiatan : Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi kegiatan 16

ID Durasi Earliest Start (ES) Latest Start (LS) Earliest Finish (EF) Latest Start (LS) Total Float Progres Penyelesaian : Nomor identitas kegiatan kerja : Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan : Waktu mulai paling cepat : Waktu mulai paling lambat : Waktu selesai paling cepat : Waktu selesai paling lambat : Tenggang waktu total : Prosentase kemajuan proyek 2.2.4 Konstrain pada Metode Preseden Diagram Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului ( lead) atau terlambat/ tertunda ( lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari. a. Konstrain selesai ke mulai (FS) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SF (i-j) = a, yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Kegiatan (i) FS (i-j) = a Kegiatan (j) Gambar 2.3 Konstrain FS (Sumber : Soeharto, 1997) b. Konstrain mulai ke mulai (SS) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan terdahulu atau SS (i -j) = b, yang berarti suatu 17

kegiatan (j) setelah kegiatan terdahulu (i) mulai. Besarnya angka b tidak boleh melebihi kurun waktukegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan yang terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Kegiatan (i) SS (i-j) = b Kegiatan (j) Gambar 2.4 Konstrain SS (Sumber : Soeharto, 1997) c. Konstrain selesai ke selesai (FF) Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan terdahulu, atau FF (i -j)= c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan yang terdahulu (i) selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j). Kegiatan (i) FF (i-j) = c Kegiatan (j) Gambar 2.5 Konstrain FF (Sumber : Soeharto, 1997) d. Konstrain mulai ke selesai (SF) Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i -j)= d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. 18

Kegiatan (i) SF (i-j) = d Kegiatan (j) Catatan : Gambar 2.6 Konstrain SF (Sumber : Soeharto, 1997) b dan d disebut lead time (waktu mendahului) a dan c disebut lag time (waktu tertunda) 2.2.5 Perhitungan Metode Preseden Diagram Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram dan akan dijelaskan sebagai berikut : a. TE = E Waktu paling awal peristiwa (node/ event) dapat terjadi ( earliest time of occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai. b. TL = L Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi ( latest allowable event occurance time), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu kegiatan. c. ES Waktu mulai paling awal suatu kegiatan ( earliest start time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. d. EF Waktu selesai paling awal suatu kegiatan ( earliest finish time). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. 19

e. LS Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable start time) yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. f. LF Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek. g. D Durasi adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Tenggang waktu total ( Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada penyusunan network planning dengan metode preseden diagram adalah sebagai berikut : a. Hitungan maju Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut : 1. Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek. 2. Diambil angka ES terbesar bila lebih dari satu kegiatan bergabung. 3. Notasi (i) bagi kegiatan yang terdahulu ( predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau. 4. Waktu awal dianggap nol. Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut : 1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan. 2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau WF (j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES (j), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j). 20

b. Hitungan mundur Berlaku dan ditunjukkan untuk hal-hal berikut : 1. Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float 2. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil 3. Notasi (j) bagi kegiatan yang sedang ditinjau (j) adalah kegiatan berikutnya Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut : 1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain yang bersangkutan. 2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan. c. Jalur dan kegiatan kritis Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut: a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS) b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF) c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES = D) d. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis. 2.3 Biaya Proyek Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997). Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 21

1) Biaya Langsung (Direct Cost) 2) Biaya Tak Langsung (Indirect Cost). 2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan ( unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan tersebut terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah : a. Biaya bahan/ material Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material, dan kerugian terhadap kehilangan atau kerusakan material. b. Biaya pekerja atau upah (labor man power) Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini dibedakan atas: 1) Upah harian Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara untuk menentukan besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lain-lain. 2) Upah borongan Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini tergantung dari besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan. 3) Upah berdasarkan produktifitas Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. Upaya mengejar banyaknya pekerjaan ini tentunya harus tetap memenuhi kualitas pekerjaan yang diisyaratkan. 22

c. Biaya peralatan Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan. 2.3.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut ( Dipohusodo, 1996). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah: a. Biaya overhead Biaya yang termasuk dalam overhead adalah komponen biaya yang meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek (menyewa kantor, rekening listrik, air, telephone, biaya pemasaran, gaji karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, uang jaminan, dan ijin-ijin usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting). b. Biaya tak terduga (Contigencies) Kontigenci adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data dan informasi, sehingga masalah yang belum menentu pun akan banyak, demikian halnya kotigenci. Pada umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5%-5% dari total proyek. Biaya tak terduga antara lain: 1. Kesalahan a. Kurangnya absensi kehadiran pemborong dalam pelaksanaan proyek b. Gambar yang kurang lengkap 2. Ketidakpastian yang subjektif a. Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang subjektif terhadap bestek. 23

b. Ketidakpastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi haraga material dan upah buruh yang tidak tepat perkiraan. 3. Ketidakpastian yang objektif Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidakpastian itu ditentukan objek di luar kemampuan manusia. 4. Varian efisiensi Varian efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya, yaitu: efisiensi dari buruh, peralatan dan material. c. Keuntungan/ profit Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan. 2.4 Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang akan diadakan crash program. Dengan pengurangan durasi pada lingkup pekerjaan yang sama akan membutuhkan penambahan waktu kerja per hari atau penambahan sumber daya yang diperlukan. Dengan penambahan tersebut akan menimbulkan tambahan biaya yang menyebabkan bertambahnya biaya total proyek. Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam program mempercepat waktu proyek ini adalah memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan tambahan biaya seminimal mungkin. Untuk itu perlu adanya identifikasi aktivitas yang memiliki biaya paling minimum untuk dipercepat dan berapa besar biaya yang timbul akibat pengurangan waktu. Informasi yang harus dimiliki untuk mendapatkan akselerasi meliputi: 1. Estimasi biaya aktivitas dibawah durasi normal atau durasi dari aktivitas yang diharapkan 2. Estimasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan crashing maksimum yaitu aktivitas yang paling pendek. 3. Estimasi biaya aktivitas dengan biaya akselerasi maksimum. 24

Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja, namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode konstruksi di lapangan. 2.4.1 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur) Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah produktifitas kerja sehingga dapat mempercepat wktu pelaksanaan suatu kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah: a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 17.00), sedangkan lembur dilakukan setelah waktu kerja normal. b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/ MEN/ VI/ 2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai berikut : - Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1, 5 (satu setengah) kali upah satu jam. - Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah satu jam. Biaya 2 jam lembur pekerja = (jam kerja lembur pertama 1,5 normal cost tiap jam) + (jam kerja lembur berikutnya 2 normal cost tiap jam). (persm. 2.1) 2.4.2 Produktifitas Kerja Lembur Tepat waktu atau tidaknya suatu proyek dapat diselesaikan dan sangat dipengaruhi oleh produktifitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara rata-rata dapat diperkirakan berapa jumlah tenaga kerja tersebut dapat langsung dipekerjakan. Ini disebabkan terdapatnya kegiatan-kegiatan yang baru bisa dikerjakan jika 25

pekerjaan pendahulunya telah selesai dilaksanakan. Demikian juga fluktuasi tenaga kerja yang besar membuat pengaturan tenaga kerja yang tidak efisien, terutama untuk masalah mobilitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja lapangan dan dapat dikelompokkan menjadi : a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu b. Supervisi, perencanaan, dan koordinasi c. Komposisi kelompok kerja d. Kerja lembur e. Ukuran besar proyek f. Kurva Pengalaman/ Learning Curve g. Pekerjaan langsung versus subkontraktor h. Kepadatan tenaga kerja Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang telah dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi untuk plesteran. Sedangkan inputnya merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas. Acap kali kerja lembur atau jam kerja lebih panjang dari kerja normal tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun ini menurunkan efisiensi kerja. Grafik di bawah ini menunjukkan indikasi penurunan produktivitas, bila jumlah jam per hari dan hari per minggu bertambah. 26

Gambar 2.7 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur (Sumber : Soeharto, 1997) Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut : a. Produktifitas harian = Volume Durasi normal b.produktifitas tiap jam...(2.2) Pr oduktifitas harian =..(2.3) 8 jam c. Produktifitas harian akibat kerja lembur = (a x b x prod.tiap jam) (2.4) Dimana : a= jumlah jam kerja lembur b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur Contoh percepatan aktivitas : Brick wall Volume : 193,031 m 2 Durasi : 25 hari 27

Contoh Daftar Analisa Uraian Harga Satuan Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Upah Bahan (Rp) 1 m 2 Brick wall 1 m 2 Upah 18000 18000 18000 18000 a. Produktivitas harian = Volume Normalduration Produktivitas harian = 193,031 = 7,721 m 2 /hari 25 b. Produktivitas tiap jam = Pr oduktivitas harian 8 jam Produktivitas tiap jam = 7,721 8 c. Produktivitas harian akibat kerja lembur : Jam kerja lembur selama 2 jam per hari - Nilai produktivitas = 0,965 m 2 /jam Selisih indeks produktivitas per jam = 1,2 1,1 = 0,1 (nilai indeks penurunan produktivitas dari Gambar 2.7). Prestasi kerja = 0,1 2 jam = 0,2/ jam Jadi, koefisien penurunan produktivitas akibat kerja lembur : = 1 0,2 = 0,8 Produktivitas harian akibat kerja lembur : = (2 x 0,8 x 0,965) = 1,544 m 2 /hari 2.4.3 Crashing Salah satu cara mempercepat durasi proyek adalah istilah asingnya adalah crashing. Terminologi proses crashing adalah mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing adalah suatu proses disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari 28

semua kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Ervia nto, 2004). Untuk menganalisa lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu kegiatan, dipakai definisi sebagai berikut: a. Kurun waktu normal/ Normal Duration (ND) yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat produktivitas kerja yang normal, di luar pertimbangan kerja, di luar pertimbangan kerja lembur dan usaha lainnya seperti: menyewa peralatan yang lebih canggih. b. Kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD) yaitu waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin, seperti dilakukan upaya penambahan sumber daya dengan penambahan jam kerja (lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga kerja dan penambahan peralatan atau merubah metode kerja. c. Biaya normal/ Normal Cost (NC) yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. d. Biaya untuk waktu dipersingkat/ Crash Cost (CC) yaitu jumlah langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat. 29

Biaya Biaya Dipersingkat B Titik Dipersingkat Biaya Normal A Titik Normal Waktu Dipersingkat Waktu Normal Kurun Waktu Gambar 2.8 Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan (Sumber : Soeharto, 1997) Penambahan biaya langsung ( direct cost) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost slope. Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut : a.produktifitas harian sesudah crash = (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam) (2.5) Dimana : a= jumlah jam kerja lembur b= koefisien penurunan produktifitas kerja lembur b.crash duration = Volume.(2.6) Pr od. harian sesudah crash c. Normal cost tiap jam = harga per satuan pek. x prod. tiap jam (2.7) d.normal cost per hari = 8 jam x Normal cost tiap jam... (2.8) e. Normal cost = normal duration x normal cost per hari..(2.9) f. Biaya lembur per hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 normal cost tiap jam) + (jam kerja lembur berikutnya 2 normal cost tiap jam)...(2.1) g.crash cost per hari h.crash cost = Normal cost + biaya lembur.(2.10) = crash duration x crash cost per hari.(2.11) i. Cost Slope = Crash Cost Normal Cost (2.12) Normal Duration Crash Duration 30

Perhitungan untuk contoh sebelumnya : a. Produktivitas harian sesudah crash = (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam) = (8 x 1,544) + (2 x 0,8 x 0,965) = 13,898 m 2 /hari b.crash duration = Volume Pr od. harian sesudah crash = 193,031 = 13,88 hari 13,898 Jadi, akan dilaksanakan kerja lembur selama 14 hari dengan 2 jam kerja lembur setiap harinya. c. Normal cost tiap jam = harga per satuan pekerjaan x prod. tiap jam Normal cost tiap jam = Rp 18000 x 0,965 = Rp 17372,79 d. Normal cost per hari = 8 jam x normal cost tiap jam Normal cost per hari = 8 x Rp 17372,79 = Rp 138982,32 e. Normal cost = normal duration x normal cost per hari Normal cost = 25 hari x Rp 138982,32 = Rp 3474558 f. Biaya lembur per hari= (jam kerja lembur pertama 1,5 normal cost tiap jam) + (jam kerja lembur berikutnya 2 normal cost tiap jam) g. Biaya lembur per hari =(1 x 1,5 x Rp 17372,79) + (2 x 2 x Rp 17372,79) = Rp 95550,345 h. Crash cost per hari = Normal cost + biaya lembur = Rp 3474558 + Rp 95550,345 = Rp 3570108,345 i. Crash cost = crash duration x crash cost per hari = 14 hari x Rp 3570108,345 = Rp 49981516,83 31

j. Cost Slope = = Crash Cost Normal Cost Normal Duration Crash Duration Rp 49981516,83 Rp 3474558 25 14 = Rp 4227905,348 2.5 Hubungan Biaya Terhadap Waktu Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesai proyek.kedua-duanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997). Sepe rti yang terlihat dalam grafik yang menunjukan hubungan biaya langsung, biaya tak langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat biaya optimum didapat dengan mencari total biaya proyek terkecil. Gambar 2.9 Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, dan biaya tak langsung (Sumber : Soeharto, 1997) 32

2.6 Pertukaran Biaya Dan Waktu (Time Cost Trade Off) Penyelesaian suatu aktivitas dalam suatu proyek memerlukan penggunaan sejumlah sumber daya tertentu dan waktu. Dengan penggunaan sumber daya yang minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, aktivitas akan dapat diselesaikan dengan biaya normal dan durasi normal. Jika suatu saat diperlukan penyelesaian yang lebih cepat, penambahan sumber daya memungkinkan pengurangan durasi proyek dari suatu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar lagi. Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan pengurangan durasi. Kompresi ini dilakuakan pada aktivitas-aktivitas yang berada pada lintas kritis. Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang tidak berada pada lintas kritis, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tetap. kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan kritis. 1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menulis cost slope dari masingmasing aktivitas. 2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan mempunyai cost slope terendah. 3. Menyusun kembali jaringan kerja. 4. Mengulangi langkah kedua Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakuakn secara serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan. 5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seleruhnya (tidak mungkin dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum (Soeharto, 1997). 33

Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian sebagai berikut: 1. Menghitung waktu penyelesaian proyek. 2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan. 3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan. 4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan. 5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai cost slope terendah. 6. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka mempercepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope biaya terendah. 7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik proyek dipersingkat (TPD) 8. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungan titik normal (biaya dan waktu normal), titik yang terbentuk tiap kali mempersingkat kegiatan, sampai dengan titik TPD. 9. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di atas. 10. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu yang diinginkan. 11. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto, 1997). 34