PANDUAN PRAKTIS AGROFORESTRI TAHUN 2012 PENGANTAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

BAB I. PENDAHULUAN. Agroforestri: ilmu baru, teknik lama. Penanaman berbagai jenis. pohon dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

SMP NEGERI 3 MENGGALA

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

Apa itu Agroforestri?

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I. PENDAHULUAN A.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Dian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

Oleh : Sri Wilarso Budi R

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAGIAN EMPAT KLASIFIKASI AGROFORESTRI. Panduan Praktis Agroforestri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN LIMA. Analisa Ekonomi dalam Agroforestri. Panduan Praktis Agroforestri

SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA

TOPIK : SEJARAH PERTANIAN APAKAH PERTANIAN ITU?

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TALAU, NTT Oleh Dian Wahyu Wulandari,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

INOVASI SISTEM AGROFORESTRY DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET ALAM

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

Transkripsi:

PANDUAN PRAKTIS AGROFORESTRI PENGANTAR lih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah antara lain; (1) Penurunan kesuburan tanah, (2) Erosi, (3) Kepunahan flora dan fauna, (4) Banjir, (5) Kekeringan, (6) Perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan sekaligus untuk mengatasi masalah pangan. Secara sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan dilahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). TAHUN 2012 Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu-kewaktu, sehingga agroforestri merupakan pengetahuan yang dinamis. Sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia termasuk Kabupaten Aceh Tenggata maka dicoba menyususn Panduan Praktis Agrofirestri Berbasis Masyarakat yang diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat. Penulisan Bahan Berbasis Masyarakat ini didasarkan pada bahan-bahan yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi agroforestri di Indonesia.

Sekilas Tentang Aceh Tenggara Secara tofografi, Aceh Tenggara dikelilingi oleh daerah perbukitan dan pegunungan. Kabupaten Aceh Tenggara berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut, yakni bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar terdapat di kabupaten ini. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi wisata alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Alas yang sudah dikenal luas sebagai tempat olah raga Arung Sungai yang sangat menantang. Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk Zona Pertanian. Potensi ekonomi daerah berhawa sejuk ini adalah kakao, kopi dan hasil hutan. Dalam bidang Pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan-c yang sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadangannya. Kabupaten ini terdiri atas 16 kecamatan yaitu Babul Makmur, Babul Rahmat, Babussalam, Badar, Bambel, Bukit Tusam, Darul Hasanah, Lawe Alas, Lawe Bulan, Lawe Sigala-Gala, Semadam, Tanoh Alas, Ketambe, Leuser, Lawe Sumur, Deleng Pokhkisen. Aceh Tenggara memiliki komposisi penduduk yang terdiri atas 11 etnis yang berbeda, yaitu Alas, Gayo, Batak, Pakpak, Singkil, Mandailing, Aceh, Karo, Padang, Jawa, dan Nias. Tak hanya itu, keberagaman keyakinan pun terlihat di daerah ini, terutama didominasi oleh Islam dan Kristen. Keunikan yang dimiliki oleh Aceh Tenggara tersebut membuat kehidupan setiap elemen masyarakatnya sangat berwarna dan bervariasi. Setiap unsur masyarakat yang berbeda kebudayaan saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Walaupun memiliki keanekaragaman dari segi etnis dan agama, tidak pernah terjadi konflik antarpenduduk yang diakibatkan oleh perbedaan tersebut. Inilah yang membuat wilayah perbukitan tersebut terkesan damai dan asri heterogen. Dalam buku Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas (Dr. Thalib Akbar, M.Sc, 2004), disebutkan etnis Alas memiliki sejumlah marga. Ia mendirikan ada marga Bangko, Deski, Keling, Kepale Dese, Keruas, Pagan, dan Selian, yang kemudian hadir lagi marga Acih, Beruh, Gale, Kekaro, Mahe, Menalu, Mencawan, Munthe, Pase, Pelis, Pinim, Ramin, Ramud, Sambo, Sekedang, Sugihen, Sepayung, Sebayang, dan Tarigan. Tarian tradisional masyarakat Aceh Atas dasar etiologi kehadiran berbagai etnis di tanah Alas, jelaslah bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup berdiri sendiri, begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun daerahnya. Potensi Sumber Daya Alam Panorama yang menakjubkan di Kabupaten Aceh Tenggara menjadikan wilayah ini kaya sumber daya alam. Daerah ini dikelilingi oleh wilayah perbukitan dan pegunungan yang sangat indah. Ia merupakan zona inti dari Kawasan Ekosistem Gunung Leuser yang menjadi salah satu hutan paru-paru dunia. Kawasan ekosistem ini sangat dilindungi dan menjadi perhatian besar dunia internasional. Aceh Tenggara memiliki luasan hutan lindung yang cukup terjaga keasriannya dan menjadi sumber manfaat yang utama untuk kesinambungan ekosistem di sekitarnya. Hutan lindung ini menyimpan kandungan air yang besar, menyimpan berbagai kekayaan alam, baik flora, fauna, maupun batu-batuan langka. Kondisi hutan lindung sebagian besar masih terjaga dengan baik. Pemerintah Daerah Aceh Tenggara maupun pusat memiliki komitmen melindungi daerah hutan ini agar terhindar dari perambahan liar oleh oknum-oknum yang merusak hutan. Kawasan ekosistem ini dihuni oleh berbagai jenis flora fauna yang sangat langka. Beberapa spesies bahkan tidak terdapat di hutan lain di Indonesia. Jenis flora yang ada di kawasan hutan ini adalah bunga bangkai, anggrek liar, kantong semar, edelweis, raflesia acehensis, dan lain-lain. Untuk jenis fauna yang saat ini masih ada di antaranya orang utan, gajah, harimau sumatra, siamang, rusa, monyet, dan tapir. Selain potensi keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di kabupaten ini, Aceh Tenggara merupakan salah satu kabupaten yang memproduksi hasil pertanian melimpah dan diekspor ke luar daerah. Hasil pertanian yang melimpah tersebut terdiri atas kemiri, jagung, padi, sawit, coklat. Penduduk di daerah ini juga banyak membuka kolam ikan mas untuk dijual ke luar daerah.

Potensi sumber wisata alam juga terdapat di sana, di antaranya yang terkenal adalah ketambe, yang menjadi pusat konservasi hutan lindung termasuk semua isi di dalamnya. Daerah ini dikenal sebagai paru-paru dunia dan memiliki pusat wisata untuk rafting, tracking yang sangat menantang. Di kabupaten ini pula terdapat dua daerah yang memiliki sumber air panas (hotspring) walaupun tidak terdapat gunung berapi. Dua daerah itu adalah Kecamatan Babul Rahmah tepatnya di Kampung Uning Sigugur dan Kecamatan Ketambe tepatnya di Kampung Lawe Ger-ger. Wisata air terjun itu dapat dijumpai di Kampung Lawe Dua, Kecamatan Bukit Tusam dan Lawe Sigala-gala. Kawasan wisata ini menawarkan keindahan alam yang sangat menakjubkan. Dapat pula dijumpai sungai yang masih asri dengan air terjunnya yang dikelilingi oleh perbukitan dan hutan yang sangat hijau dan indah. Ada beberapa aturan masyarakat adat dalam upaya penyelamatan sumber daya alam yang di kabupaten Aceh Tenggara. Dheleng (hutan) sebagai kekayaan imum/kepala mukim bersama rakyatnya di Tanah Alas adalah selebar wilayah kemukiman dengan panjang jauh ke dalam hutan 1/2 (setengah) hari perjalanan kaki atau hingga dhalan/pasakh mesosen, yang dimanfaatkan tidak merusak, agar aliran air sungai/pakhik jume tetap normal untuk pertanian/bersawah dan keperluan hidup rakyat. Pencuri hasil hutan dan perusakannya (menebang kayu, pengambil rotan, dan produk non kayu tanpa sepengetahuan MAA kampung setempat dan tanpa izin dari imum/kepala mukim) dikenakan sanksi adat menyerahkan seluruh hasil curiannya ke kampung tempat kejadian pelanggaran adat. Pelaku dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000). Bagi pengebom, peracun, penyetrum, dan pemusnahan ikan jurung, ciih khemis, dan ciih situ dan jenis ikan lainnya di sepanjang sungai Lawe Alas, sungai-sungai kecil, dan irigasi desa, termasuk seluruh tali air di Tanah Alas dikenakan saksi adat ngateken kesalahen dan ikan tangkapan di luar ketentuan adat tersebut dikembalikan ke MAA setempat serta dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000) bagi si pelaku. Seseorang yang mengambil ikan wilayah pinahan (lubuk larangan) dan sejenisnya tanpa izin masyarakat adat yang mengelola secara adat di Tanah Alas dikenakan saksi ngateken kesalahen dan ikan tangkapan tersebut dikembalikan ke MAA kampung setempat untuk diserahkan kepada pemiliknya serta dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000). Orang yang mengambil, menangkap, atau memburu satwa liar dan sejenisnya tanpa izin MAA setempat, dikenakan saksi adat ngateken kesalahen dan hasil buruan/tangkapannya tersebut dikembalikan ke MAA setempat untuk diserahkan atau dikembalikan ke habitatnya bila masih hidup, dan dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000). DAFTAR ISI BAGIAN SATU: PENDAHULUAN 1.1 Mengapa Buku Panduan ini Disusun? 1.2 Bagaimana Cara Menggunakan Buku Panduan ini? 1.3 Apa Isi Buku Panduan ini? BAGIAN KEDUA: APA ITU AGROFORESTRI? BAGIAN KETIGA: MODEL-MODEL AGROFORESTRI 3.1 Model-model Agroforestri 3.2 Sistem Agroforestri Sederhana 3.3 Sistem Agroforestri Kompleks BAGIAN KEEMPAT: KLASIFIKASI AGROFORESTRI 4.1 Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya 4.2 Klasifikasi berdasarkan istilah teknis yang digunakan 4.3 Klasifikasi berdasarkan masa perkembangannya 4.4 Klasifikasi berdasarkan orientasi ekonomi 4.5 Klasifikasi berdasarkan sistem produksi BAGIAN KELIMA: ANALISA USAHA TANI DALAM AGROFORESTRI BAGIAN KEENAM: PRAKTEK AGROFORESTRI DI ACEH TENGGARA 6.1 Model Agroforestri di Aceh Tenggara 6.2 Merancang Kebun Agroforestri 6.3 Analisa Usaha Tani Kebun Agroforestri BAGIAN KETUJUH: AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO 6 7.1 Agroforestri Berbasis Kakao 7.2 Pengantar Budidaya Tanaman Kakao 7.3 Bagian-bagian Tanaman Kakao (morfologi) 7.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao 7.5 Persiapan Bahan Tanaman 7.6 Pemeliharaan Tanaman di Lapangan 7.7 Panen dan Pasca Panen

PENDAHULUAN Mengapa Panduan ini Disusun? Bagaimana cara Menggunakan Panduan ini? Apa Isi Panduan ini? 1.1 Mengapa Panduan ini Disusun? Sebagian besar masyarakat Aceh Tenggara berada di wilayah Dataran Tinggi dan menggantungkan hidupnya dari sistem agroforestri yang dalam bahasa sehari-hari disebut oleh masyarakat sebagai pertanian campuran. Pola usaha tani yang seperti ini disebut dengan Sistem Agroforestri. Pola agroforestri ini sangat sesuai dengan lahan mereka yang landai sampai berbukit. Pendekatan model agroforestri ini sangat tepat dengan kondisi lahan kering mereka yang diusahakan sepanjang musim. Pada musim hujan petani tetap menekankan terhadap tanaman pangan walaupun secara jumlah makin sedikit. Jika ibu-ibu ditanya mereka lebih mengutamakan tanaman pangan kemudian tanaman semusim. Secara umum kaum ibu dan bapak mendukung sistem agroforestri. BAGIAN SATU Di Aceh Tenggara, masih banyak masyarakat mengembangkan tanaman tradisional secara turun temurun dan tidak diperbaharui. Masalah yang timbul adalah hasil produksi persatuan luas cenderung menurun. Sebahagian masyarakat melakukan inovasi dengan menanam tanaman yang nilai ekonominya tinggi disela-sela tanaman tradisional mereka seperti kakao, kopi dan tanaman lainnya. Namun masyarakat belum merawat tanaman secara baik. Perlakuan tanaman yang diintroduksi dibuat sama dengan tanaman tradisinal yang ada sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai. Sebagai pendamping masyarakat untuk menjawab kebutuhan maka disusun panduan praktis agroforestri berbasis masyarakat yang berisi tentang agroforestri secara umum dan praktek agroforestri di Aceh Tenggara. Panduan praktis agroforestri ini merupakan edisi pertama yang disusun untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan petani, pendamping masyarakat dan pekerja pembangunan dalam pengembangan agroforestri. Bahan panduan praktis ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan sesuai keadaan wilayah Aceh Tenggara yang diperkirakan sudah mampu untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh pendamping dalam menjalankan proses belajar seputar agroforestri dan prakteknya di Aceh Tenggara. 1

Topik-topik yang disusun mulai dari; Apa itu agroforestri, model-model agroforestri, klasifikasi agroforestri, analisa ekonomi dalam agroforestri, praktek agroforestri di Aceh tenggara, agroforestri berbasis kakao. Panduan praktis agroforestri ini ditampilkan dalam bentuk yang sederhana dan diharapkan akan terus dikoreksi dan disempurnakan serta dilengkapi dengan berbagai ilustrasi yang menarik. 1.2 Bagaimana Cara menggunakan Panduan ini? Cara menggunakan Buku ini sangat tergantung pada kebutuhan kita. Topik atau materi apa yang dibutuhkan di sesuaikan dengan kondisi serta permasalahan yang perlu dipecahkan di masyarakat petani. Setelah topik atau materi yang dibutuhkan dipilih, kuasailah isi dan bahasan secara baik. Kuasailah langkah-langkah secara berturut-turut dengan benar dari topik tersebut. Agar dalam proses belajar dinamis, peserta akan lebih aktif dan partisipatif, maka pemandu harus mempunyai kepercayaan diri yang baik. Pandai-pandailah untuk menguasai kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam bahan diskusi sesuai dengan materi atau topiknya. Tujuan kita menguasai cara penggunaan buku panduan ini untuk pengembangan proses belajar agroforestri secara benar kepada peserta sehingga setiap petani menjadi berinisiatif untuk mengembangkan, menyebarkan teknologi pertanian yang berbasis kepada agroforestri dan melembagakan agroforestri di masyarakat pedesaan. Kita sebagai pendamping masyarakat dan juga petani agroforestri sangat memahami permasalahan di lapangan. Proses belajar agroforestri ini akan sangat hidup jika kita semua sudah akrab. Semua peserta akan selalu berhubungan karena kita hidup berdampingan. Para pendamping dan petani yang sudah berpengalaman merupakan modal dasar untuk meningkatkan kepercayaan kita. Selanjutnya kita semua akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Buku panduan yang berisi langkah-langkah kerja dalam proses belajar, diharapkan tidak akan menghambat proses belajar yang berjalan. Kita sebagai pemandu agroforestri bukan mengajar atau menggurui, tetapi bagaimana kita berperan sebagai pembangkit suasana (sebagai motivator dan dinamisator), sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik. Semua peserta harus dapat aktif untuk melibatkan diri dalam proses belajar. Pemandu adalah sebagai motor penggerak. Kita semua sangat berperan dalam mewujudkan pengembangan, penyebarluasan serta pelembagaan agroforestri di wilayah kita. 2 1.3 Apa isi Buku Panduan ini? 1. Bagian Pertama, berisikan Pendahuluan. Bagian ini dibagi dalam tiga sub bagian, yaitu : Mengapa Buku Panduan ini Disusun? Bagaimana Cara Menggunakan Buku Panduan ini? Apa Isi Buku Panduan ini? 2. Bagian kedua berisikan tentang Apa itu Agroforestri. 3. Bagian ketiga, berisikan tentang Model-model Agroforestri. Bagian ini dibagi dalam tiga sub bagian, yaitu : Model-model Agroforestri Sistem Agroforestri Sederhana Sistem Agroforestri Kompleks 4. Bagian keempat, berisikan tentang Klasifikasi Agroforestri. Bagian ini dibagi dalam lima sub bagian, yaitu : Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya Klasifikasi berdasarkan istilah teknis yang digunakan Klasifikasi berdasarkan masa perkembangannya Klasifikasi berdasarkan orientasi ekonomi Klasifikasi berdasarkan sistem produksi 5. Bagian kelima, Analisa Ekonomi dalam Agroforestri 6. Bagian keenam, berisi tentang Praktek Agroforestri di Aceh Tenggara Model Agroforestri di Aceh Tenggara Merancang Kebun Agroforestri Analisa Usaha Tani Kebun Agroforestri 7. Bagian ketujuh, berisi tentang Agroforestri Berbasis Kakao Agroforestri Berbasis Kakao Pengantar Budidaya Tanaman Kakao Bagian-bagian Tanaman Kakao (morfologi) Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Persiapan Bahan Tanaman Pemeliharaan Tanaman di Lapangan Panen dan Pasca Panen 3

Apa itu Agroforestri? Pengertian Agroforestri Agroforestri atau agroforest adalah suatu bentuk pengelolaan sumberdaya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Sistem Agroforestri Hutan agroforestri telah menarik perhatian dan mendorong minat pendamping masyarakat, karena agroforestri diharapkan menjadi teknologi pertanian berkelanjutan. Agroforestri dipandang sebagai teknologi pertanian yang sesuai di Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Tenggara. Agroforestri memajukan manajemen dan penanaman pohon bersama-sama dengan pertanian tanaman dan ternak. BAGIAN DUA Evolusi Hutan Pertanian Hutan agroforestri telah berlangsung berabad-abad sebagai jawaban manusia terhadap perkembangan kebutuhan komunitas. Model sistem agroforestri sekarang berasal dari pengetahuan masyarakat adat yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari sistem pertanian yang beragam, yakni: kombinasi pangan, ternak, makanan ternak, dan kayu api. Dibeberapa wilayah di Indonesia dimana masih ada masyarakat yang tinggal di hutan-hutan, perluasan penggunaan hutan masih berlangsung, yakni pertanian berpindah, mengumpulkan hasil hutan dan pangan. Di daerah pertanian dataran tinggi, pohon-pohon ditanam, terasering sawah dibuat, pagar tanaman dibuat yang semuanya dilakukan untuk memudahkan memenuhi kebutuhan pokoknya dan untuk memperoleh uang tunai. Tanaman singkong, pisang dan kopi 5

Ciri-ciri Agroforestri Terdapat lebih dari dua jenis tumbuhan (tumbuhan atau binatang), salah satu setidaknya merupakan jenis kayu tahunan Mempunyai dua atau lebih hasil (secara ekologis, ekonomis, apa lagi) Siklusnya lebih dari satu tahun Ekologinya rumit baik secara struktur dan fungsi Terlihat hubungan yang penting (positif atau negatif) antar komponen dari sistem kayu-kayuan dan non kayu-kayuan, secara ekonomis atau ekologis. Tujuan: Peserta akan mampu memahami arti dan ciri agroforestri yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan: Kertas plano, spidol, isolasi Langkah-langkah: Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta pengertian agroforestri dan ciri-ciri agroforestri yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang arti dan ciri-ciri agroforestri untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sessi pemandu menyimpulkan bersama tentang pemahaman arti dan ciri-ciri agroforestri. BAGIAN TIGA Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri? Apa perbedaan agroforestri dengan perkebunan? Jelaskan secara rinci. Bagaimana saudara menentukan tanaman untuk membentuk agroforestri Bagaimana pula ternak yang ada dijadikan sebagai salah satu komponen agroforestri? Beri penjelasan. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 11 6

MODEL-MODEL AGROFORESTRI 1.1 Model-model Agroforestri Model-model agroforestri bervariasi mulai dari agroforestri sederhana berupa kombinasi penanaman sejenis pohon dengan satu-dua jenis komoditas pertanian, hingga ke agroforestri kompleks yang memadukan pengelolaan banyak spesies pohon dengan aneka jenis tanaman pertanian, dan bahkan juga dengan ternak atau perikanan. Dalam bentuk yang dikenal umum, agroforestri ini mencakup rupa-rupa kebun campuran, tegalan berpohon, ladang, lahan bera (belukar), kebun pekarangan, hingga hutan-hutan tanaman rakyat yang lebih kaya jenis seperti yang dikenal dalam rupa talun di Jawa Barat, repong di Lampung Barat, parak di Sumatera Barat, tembawang (tiwmawakng) di Kalimantan Barat, simpung (simpukng) di Kalimantan Timur, dan lain-lain bentuk di berbagai daerah di Indonesia. Aneka bentuk agroforestri ini sebetulnya mencerminkan strategi pengelolaan sumberdaya oleh petani, tidak seperti halnya perkebunan-perkebunan besar yang dikelola perusahaan, kebanyakan kebun atau hutan rakyat tidak dikelola hanya untuk menghasilkan satu komoditas atau produk. Petani umumnya mengharap kebun atau ladangnya dapat menghasilkan tanaman pangan utama (misalnya padi atau jagung), atau tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (seperti kopi, cengkeh, kakao, karet dll.), ditambah dengan produk-produk lain yang sifatnya subsisten seperti kayu bakar, tanaman rempah dan obat, pakan ternak, aneka hasil lainnya. Variasi unsur-unsur dalam agroforetri itu kurang lebih dapat disederhanakan, sebagai berikut: Perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek). Perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan. Perpaduan tanaman penghasil utama dengan tanaman pendukung (misalnya kopi atau kakao, dengan pohon-pohon peneduhnya). Perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen berbeda-beda: padi ladang, mentimun, kopi, damar, durian. Perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (tambak, balong, embung), dikenal juga dengan istilah silvofishery. Perpaduan dengan pemeliharaan ternak (silvopasture) atau pemeliharaan lebah: hutan sebagai penghasil pakan ternak atau lebah, seperti di Sumbawa. Tujuan: Peserta akan mampu memahami model-model agroforestri yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan: Kertas plano, spidol, isolasi Langkah-langkah: Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta model-model agroforestri yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang model-model agroforestri untuk memperkuat pemahaman Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang model-model agroforestri yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa saja model-model agroforestri yang pernah anda jumpai? Apa perbedaan model-model agroforestri di tempat saudara dan di tempat lain? Jelaskan secara rinci. Sebutkan variasi model agroforestri yang anda ketahui! Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 1.2 Agroforestri Sederhana Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (secara skematis disajikan pada bagan sistem agroforestri). Agroforestri sederhana, tanaman kakao dan jagung 8 9

Bila pohon telah dewasa, terjadi naungan dari pohon, sehingga tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman semusim. Jenis pohon yang ditanam adalah yang menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja, sehingga akhirnya terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari menjadi perkebunan jati monokultur. Sistem Penggunaan Lahan Hutan Buatan Hutan Alami Agroforestry Agroforestry Sederhana (Minimal 2 jenis tanaman) Pertanian Perkebunan Hutan Tanaman Industri Agroforestry Kompleks (multistrata, pekarangan, agroforest) Sistem sederhana tersebut sering menjadi penciri umum pada pertanian komersial (Siregar, 1990). Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan karena adanya kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanah rawa di pantai Sumatera. Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada pematangpematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur), kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep, Madura. Contoh lain, tanah-tanah yang dangkal dan berbatu seperti di Malang Selatan ditanami jagung dan ubikayu di antara gamal atau kelorwono (Gliricidia sepium). Bagan sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri Seperti yang dicerminkan oleh namanya, agroforestri sederhana terdiri dari sejumlah kecil unsur penyusun sistem: satu atau dua jenis pohon bercampur dengan satu atau beberapa jenis tanaman pertanian. Sistem Agroforestri Sederhana Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao, nangka, melinjo, petai, jati, mahoni) atau bernilai ekonomi rendah (dadap, lamtoro, kaliandra). Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan (padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubikayu), sayuran, rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dijumpai di Aceh Tenggara adalah tumpangsari/ tanaman campuran. Contoh yang dilakukan oleh PT. Perhutani adalah sebagai berikut; Petani diberi ijin menanam tanaman pangan di antara pohon-pohon jati muda dan hasilnya untuk petani, sedangkan semua pohon jati tetap menjadi milik PT Perhutani. 10 Contoh Agroforestri Sederhana Campuran jati dengan tanaman semusim seperti ubi kayu dan lain-lain Contoh ini banyak di jumpai di Desa Kedungkeris, Nglipar, Gunung Kidul. Pola-pola sederhana ini kerap dipraktekkan petani untuk mengoptimalkan hasil, terutama di wilayahwilayah padat penduduk. Pohon-pohon turi, randu, atau jati kerap ditanam pada pematang atau sebagai pembatas petak-petak sawah atau tegalan, di mana tanaman semusim ditanam. Turi membantu menyuburkan tanah dan bunganya dimanfaatkan sebagai sayuran; randu menghasilkan buah kapuk; dan dari jati diharapkan kayunya yang mahal harganya. Bentuk lain adalah pertanaman jeruk atau mangga, yang ditanam pada gundukan-gundukan tanah di tengah sawah. Pada sisi yang lain, pola yang mirip dimanfaatkan dalam membangun hutan. Pola tumpangsari dalam menanam hutan jati atau hutan pinus di Jawa, adalah satu bentuk agroforestri sederhana. Dalam tumpangsari, petani pesanggem dibolehkan memelihara padi ladang, jagung, ketela pohon dan lain-lain di sela-sela larikan tanaman pokok kehutanan (jati, pinus, dll.) yang baru ditanam. Biasanya pada tahun ketiga atau keempat, setelah tanaman hutannya merimbun dan menaungi tanah, kontrak tumpangsari ini berakhir. Ilmu agroforestri klasik (classic agroforestry) banyak berkutat dengan model-model agroforestri sederhana ini. 11

Tujuan : Peserta akan mampu memahami agroforestri sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan : Kertas plano, spidol, isolasi, foto agroforestri sederhana Langkah-langkah : Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta tentang agroforestri sederhana yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang agroforestri sederhana untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang agroforestri sederhana yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri sederhana? Sebutkan contoh-contoh agroforestri sederhana yang pernah anda jumpai? Sebutkan contoh-contoh agroforestri sederhana yang ada di daerah anda? Apa perbedaan agroforestri sederhana dan agroforestri kompleks? Jelaskan secara rinci. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 1.3 Agroforestri Kompleks Agroforestri kompleks (complex agroforestry systems) disebut juga wanatani sejati. Agroforestri kompleks atau wanatani sejati merupakan perpaduan rumit pelbagai unsur agroforestri di atas, yang pada gilirannya juga memberikan aneka hasil atau manfaat pada rentang waktu dan interaksi yang tidak terbatas. Pada akhirnya, agroforestri ini memiliki struktur dan dinamika ekosistem yang mirip dengan hutan alam, dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang relatif tinggi. Agroforestri kompleks merupakan perkembangan lanjut dari agroforestri sederhana, meski kebanyakan pola agroforestri sederhana yang telah mantap tidak selalu bertumbuh terus menjadi sistem yang lebih rumit. Selain ditentukan oleh kepadatan penduduk dan sebagai konsekuensinya terkait keterbatasan lahan. 12 Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest (ICRAF, 1996). Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistem agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan agroforest, yang biasanya disebut hutan yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000). Contohnya hutan damar di daerah Krui, Lampung Barat atau hutan karet di Jambi. Tidak berkembangnya agroforestri sederhana menjadi agroforestri kompleks kemungkinan besar juga ditentukan oleh iklim dan kondisi tanah setempat. Budaya agroforestri kompleks sejauh ini berkembang di daerah-daerah yang semula merupakan hutan hujan tropika yang memiliki struktur mirip dengan agroforestri kompleks. Agroforestri kompleks berawal dari ladang yang diperkaya. Sistem perladangan biasanya dimulai dengan membuka hutan primer atau hutan sekunder, menebangi dan membakar kayu-kayunya, dan menanaminya dengan tanaman pangan atau sayurmayur selama satu atau dua daur. Setelah itu ladang diperkaya dengan tanaman keras seperti kopi atau kakao, atau rotan, yang hasilnya dapat dipanen antara tahun ke-3 sampai ke-15; atau dibiarkan meliar sebagai lahan bera dan kemudian menjadi hutan belukar kembali. Kelak, hutan belukar akan dibuka kembali sebagai ladang apabila dirasa kesuburan tanahnya telah dapat dipulihkan. Contoh agroforestri kompleks 13

Dalam kasus agroforestri kompleks, ladang yang telah diperkaya tidak kemudian dibiarkan meliar menjadi belukar, melainkan diperkaya lebih lanjut dengan jenisjenis pohon yang menghasilkan. Seperti misalnya pohon-pohon penghasil buah (durian, duku, cempedak, petai, dll.), getah (damar matakucing, karet, kemenyan, rambung), kayu-kayuan atau kayu bakar, dan lain-lain. Setelah berselang belasan tahun, ladang ini telah berubah menjadi hutan buatan yang menghasilkan aneka jenis produk, yang mampu bertahan hingga berpuluh-puluh tahun ke depan. Tujuan: Peserta akan mampu memahami agroforestri kompleks yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan : Kertas plano, spidol, isolasi, foto agroforestri kompleks Terbentuknya agroforestri kompleks Pekarangan Pekarangan atau kebun adalah sistem bercocok-tanam berbasis pohon yang paling terkenal di Indonesia selama berabad-abad. Kebun yang umum dijumpai di Jawa Barat adalah sistem pekarangan, yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase kedua, pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran). Pada fase ketiga, beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan (fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase talun. Dengan demikian pembentukan talun memiliki tiga fase yaitu kebun, kebun campuran dan talun. Langkah-langkah : Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta tentang agroforestri kompleks yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang agroforestri kompleks untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang agroforestri kompleks yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri kompleks? Sebutkan contoh-contoh agroforestri kompleks yang pernah anda jumpai? Sebutkan contoh-contoh agroforestri kompleks yang ada di daerah anda? Apa yang mempengaruhi tidak berlanjutnya agroforestri sederhana menjadi agroforestri kompleks? Apa perbedaan agroforestri kompleks dan agroforestri sederhana? Jelaskan secara rinci. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? Perkembangan sistem kebun talun (de Foresta et al., 2000). 14 15