PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN BUM DESA. Sugeng Budiharsono

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORITIK

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Indeks Pembangunan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

Perempuan dan Industri Rumahan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA,

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA OBOR SUDIMARA ) DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

PEMBERDAYAAN KELUARGA DI DESA ARJASARI KABUPATEN BANDUNG

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 38 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

KRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI MISI DAN PROGRAM IR. DJAMALUDDIN MAKNUN, MP DR. MASJKUR, SP., M.SI CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI GOWA PERIODE

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse)

FILOSOFI KULIAH KERJA PROFESI (KKP) DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Badan Usaha Milik Desa (Dalam Alur Regulasi)

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

STRATEGI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA SECARA BERKELANJUTAN

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 78

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

INDONESIA NEW URBAN ACTION

MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

Pendidikan Kewarganegaraan

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN BUM DESA Sugeng Budiharsono

KONSEPSI PEMBERDAYAAN Hulme dan Turner (1990) menyatakan pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal, regional maupun nasional. Pemberdayaan sifatnya individual, kolektif organisasional dan sekaligus sistemik. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan (kekuatan) yang berubah antara individu, kelompok, dan lembaga-lembaga sosial. Paul (1987) bahwa pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan.

KONSEPSI PEMBERDAYAAN (lanjutan) Kartasasmita (1995) mengemukakan bahwa upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan melalui tiga cara: Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan sarana baik fisik (irigasi, jalan dan linstrik), maupun sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan) yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah. Ketiga, memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

KONSEPSI PEMBERDAYAAN (lanjutan) Secara konseptual pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Keberhasilan proses pemberdayaan tergantung pada dua hal: (1) kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun. (2) Kekuasaan dapat diperluas.

KONSEPSI PEMBERDAYAAN (lanjutan) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui perubahan struktur sosial. Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses agar orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk: (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan; (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.

INDIKATOR PEMBERDAYAAN keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan yaitu: kekuasaan di dalam (power wihin), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over) dan kekuasaan dengan (power with). Suatu masyarakat dikatakan berdaya apabila mereka dapat tampil sebagai pelaku utama dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang bergantung kepada pihak lain dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya adalah masyarakat yang tidak berdaya. Dengan demikian, pemberdayaan harus diartikan sebagai pelaku utama bagi pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhannya.

TUJUAN PROSES PEMBERDAYAAN Meningkatkan kegiatan produksi dan pendapatan masyarakat dengan tidak akan merubah status quo, Memampukan masyarakat yang bergelut dengan kebutuhan dasar dan selama ini tidak terwakili dalam struktur perwakilan, Memampukan masyarakat yang tidak percaya diri di dalam menghadapi kelompok yang berkuasa ataupun usaha besar Meningkatkan pendidikan dan kemampuan teknologi bagi masyarakat untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas, dan Memberikan akses informasi yang relevan pada masyarakat

BUM Desa dan BUMDes PERMENDESA NO 4 TAHUN 2015 PERMENDAGRI NO 39 TAHUN 2010 Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pendirian BUM Desa bertujuan: meningkatkan perekonomian Desa; mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga; membuka lapangan kerja; meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

BENTUK ORGANISASI BUM DESA Permendesa No 4/2015 Pasal 7 1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. 2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat. 3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.

PERLUNYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN BUM DESA Kondisi masyarakat desa saat ini masih kurang melek bisnis, sehingga masyarakat agar tidak terus menerus menjadi stakeholder tetapi diharapkan menjadi shareholder pada BUM Desa, maka perlu diberdayakan (dari Stakeholder menjadi Shareholder). Pmberdayaan dalam ini ditekankan atau diarahkan kepada Community Economic Development. Pemberdayaan terutama dikaitkan dengan business literacy, financial literacy dan banking literacy.

OKTAGONAL SUMBER DAYA MASYARAKAT DAN DESA YANG PERLU DIBERDAYAKAN Modal Spiritual Modal Finansial Modal Intelektual Modal/Sumber Daya Alam Lokasi Strategis Modal/Sumber Daya Buatan Modal Sosial Modal Manusia (otot)

Kesejahteraan, Teknologi dan Globalisasi PEMBERDAYAAN MENGIKUTI GELOMBANG EKONOMI DUNIA Era Konsep dan Kreatif Era Informasi Era Industrial Era Pertanian ABAD 18 ABAD 19 ABAD 20 ABAD 21 Sumber: Daniel H. Pink, 2005 WAKTU

PEMBANGUNAN DESA

PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT Empowerment Community Economic Development: The Tip of Iceberg Community Empowerment Water line Individual Empowerment Individual Change Collective Change Sumber: Wilson, P. A., 1996

PENTAGONAL PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN PASAR SUMBER DAYA RUANG MASYARAKAT/ BUDAYA ATURAN MAIN/ KELEMBAGAAN Sumber: D. W. Marcouller, 2006

PERBEDAAN ANTARA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT No PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) 1. Fokus utama pada pengembangan ekonomi dan kerja yang layak PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT (PEM) Fokus kepada isu sosial seperti kemiskinan, eksklusi sosial, dan business illiteracy, dan financial and banking system illiteracy. 2. Digagas oleh berbagai kalangan luas (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) seperti pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat madani, dan donor Digagas oleh beragam aktor, seperti LSM atau organisasi internasional 3. Mencakup berbagai pendekatan, melibatkan pelaku usaha lokal, masyarakat, dan kelompok sosial dan masyarakat politik sudah melek bisnis Sumber: Rodriguez-Pose, A. and S. Timjstra, 2005 Berusaha melibatkan kelompok termarjinalkan dan masyarakat miskin Saran: Pengembangan BUM Desa sebaiknya menggunakan pendekatan PEL pada saat

DARI PEM KE PEL Masyarakat dan aparat pemerintah desa yang belum melek bisnis dan keuangan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Berkelanjutan 1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. Meningkatkan kualitas hidup manusia 3. Mengurangi kemiskinan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Ekonomi Lokal

DEFINISI DAN PRASYARAT PEL Definis PEL adalah usaha mengoptimalkan SUMBER DAYA LOKAL yang melibatkan PEMERINTAH, DUNIA USAHA, MASYARAKAT LOKAL dan ORGANISASI MASYARAKAT MADANI untuk mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah secara berkelanjutan (Panduan Pengembangan Ekonomi Lokal, Bappenas) Prasyarat PEL PEL adalah proses multistakeholder, sehingga merupakan proses yang melibatkan stakeholder kunci, terutama dunia usaha, masyarakat dan pemerintah, dalam seluruh tahapan PEL. Adanya komitmen yang kuat dari Kepala Desa dalam PEL, yang diimplementasikan terutama dengan adanya program/kegiatan serta anggarannya setiap tahunnya dalam rentang waktu yang lama. Strong leadership (khususnya dari Kepala Desa amat diperlukan dalam membangunan komitmen. Aplikasinya adalah tersediannya anggaran untuk PEL dari Pemerintah Desa yang terlibat sampai waktu tertentu. Membangun komitmen antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat, akademisi dan organisasi masyarakat madani yang kuat. Pemerintah dan masyarakat harus menyadari bahwa PEL bukan proyek dari pemerintah namun dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Pemerintah hanya memfasilitasi saja. Perubahan mindset terutama dalam hal: kedisiplinan, kebersihan, moral yang baik (tidak korupsi), keamanan, kesopansantunan, keramahtamahan, dan mengubah mindset stakeholder desa bahwa PEL merupakan milik dan kebutuhan bagi desa.

TERIMA KASIH

CURRICULUM VITAE 1. Nama : Dr. Ir. Sugeng Budiharsono 2. Tempat/tgl lahir : Cirebon, 13 Juli 1960 3. Pendidikan/ short courses : Sarjana Pertanian, IPB, 1983 Doktor Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, IPB, 1995 Short course on Local Economic Development, ITC ILO, Turin, Italia, 2009 Short course on Local Governance and Rural Development, Wageningen University and Research, CDI, Netherlands, 2010 Short course on Market Access for Sustainable Development, Wageningen University and Research, CDI, Netherlands, 2013 4. Pengalaman Pekerjaan : Gerson Lehrman Group Council Member Dosen pasca sarjana Universitas Indonesia, 2006 sekarang dan Institut Pertanian Bogor, 2001 sekarang Chief Technical Advisor for Local Economic Development, BAPPENAS, 2006-2014 Pengajar pada International short course on Local Economic Development, Wageningen University and Research CDI The Netherlands, di Johannesburg, South Africa.