BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

LINGUA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

PENGESAHAN.. i. PERNYATAAN. ii. PERSEMBAHAN...iv. ABSTRAK. v. KATA PENGANTAR.. vi. UCAPAN TERIMA KASIH... vii. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

2015 ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan prestise

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

Nama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur akan menggunakan bahasanya secara dinamis. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penutur tidak selalu menggunakan bahasa yang digunakan pada saat itu saja, melainkan bahasa akan terus menerus berubah berdasakan tuntutan dan perkembangannya. Ini berdampak pada pemakaian bahasa yang variatif di kalangan masyarakat tutur tersebut. Bahasa yang variatif menghadapkan penutur dengan banyak pilihan bahasa. Jadi, penutur tersebut dapat memilih bahasa yang akan mereka gunakan berdasarkan fungsi dan tujuannya. Bahasa yang digunakan pada suatu masyarakat tutur tidak akan dapat dilepaskan dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Hal ini terjadi karena bahasa merupakan refleksi dari budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Kekhasan budaya dalam suatu masyarakat yang terekam dalam bentuk-bentuk lingual memberikan kesempatan bagi munculnya fenomena kebahasaan yang khas di masing-masing wilayah. Salah satu fenomena yang umum, namun berbeda yang terdapat pada setiap masyarakat tutur adalah idiom. Banyak bangsa-bangsa yang ada di dunia ini yang mempunyai idiom. Kehadiran idiom dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Dalam masyarakat Indonesia yang terkenal santun terdapat ungkapan seperti ayam kampus yang merujuk kepada mahasiswi Pekerja Seks Komersial (PSK). Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang santun, terlihat dari penuturnya yang menggunakan istilah lain untuk memperhalus, karena jika disampaikan dengan bahasa yang lugas akan terdengar kasar. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa konsep idiom merupakan sebuah konsep yang kompleks. Untuk mengerti tentang makna, fungsi, atau penggunaannya sesorang harus punya pemahaman yang mendalam berkaitan dengan konsep tersebut. Seperti dalam idiom ayam kampus. Ayam yang

2 mempunyai makna literal binatang berkaki dua, bertelur, mempunyai paruh, dan jengger, ketika dipadankan dengan kata kampus akan mempunyai makna lain yakni, mahasiswi yang menjajakkan tubuhnya dengan tujuan tertentu. Frase-frase idiomatik sebagaimana yang terdapat di diatas bukan sekedar ornamen linguistik yang bertujuan untuk memperkaya gaya bicara seseorang. Bentuk-bentuk semacam itu merupakan bagian integral dari bahasa yang memudahkan masyarakat tutur yang menggunakan bahasa terkait meningkatkan koherensi tekstual, dan, yang terpenting, mencerminkan pola dasar cara berpikir manusia. Idiom dan kebanyakan jenis ungkapan nonliteral lainnya tidak berupa frase-frase yang tetap, kaku, atau sederhana. Dalam kebanyakan kasus, idiom dapat dianalisis pada berbagai bentuk atau tingkatan dan terkait dengan struktur konseptual metafora dan kiasan. Berbagai studi telah menunjukan sistem idiomatik suatu bahasa kemungkinan besar akan sangat dipengaruhi oleh masyarakat tutur bahasa tersebut. Sebab, menurut Wierzbicka (1992: 3) bahwa setiap bangsa berbicara sesuai dengan cara dia berfikir. Pikiran tidak dapat dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain karena setiap pikiran tergantung pada bahasa tempat fikiran itu diformulasikan. Artinya, fikiran itu berhubungan dengan tempat di mana masyarakat itu tinggal. Oleh karena itu, jumlah variasi kata yang terdapat di setiap masyarakat pun berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh Casas dan Campoy (1995: 48), bahwa orang Eskimo mempunyai banyak variasi kata untuk salju, bahasa Sami dari Skandinavia utara banyak mempunyai asosiasi untuk rusa salju, dan Beduin Arab mempunyai banyak vokabular untuk unta. Idiom atau ungkapan merupakan fenomena bahasa yang dapat kita jumpai pada berbagai masyarakat tutur di dunia. Eksistensi idiom adalah bukti bahwa setiap bahasa memiliki karakter dinamis yang menunjukkan adanya keselarasan antara sistem bahasa dengan kebudayaan masyarakat yang menuturkan bahasa tersebut. Sebagai fenomena bahasa, idiom merupakan buah dari pola pikir penutur bahasa itu sendiri (Duranti, 1997: 111). Maka dari itu, inspirasi yang diambil oleh masyarakat tutur dalam membuat idiom tidak akan jauh-jauh dari sesuatu yang

3 ada disekitarnya seperti, bagian tubuh manusia, nama warna, benda-benda alam, nama dan bagian tubuh tumbuhan, atau nama-nama binatang (Sudaryat, 2009) Hal itu pula yang terjadi pada idiom bahasa Indonesia. Idiom bahasa Indonesia banyak yang berbasis pada nama-nama binatang karena didasari oleh tiga alasan. Pertama, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman bintang. Kedua, di Indonesia kuantiatas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Ketiga, adanya cara pandang masyarakat Indonesia yang sering mengait-ngaitkan manusia dengan binatang. Indonesia adalah salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Beragamnya ekosistem berdampak kepada keanekaragaman hewan karena dengan ekosistem yang sesuai hewan tersebut dapat bertahan hidup. Selanjutnya, Di Indonesia kuantitas interaksi antara manusia dengan hewan cenderung tinggi. Dalam kesehariannya masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada hewan dalam hal membantu pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pangan, atau bahkan sebagai hewan peliharaaan. Dalam membantu pekerjaan contohnya, para petani masih banyak yang menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Ini tidak ditemukan pada masyarakat di negara-negara eropa, karena masyarakat eropa pada umumnya sudah menggunakan mesin-mesin modern. Begitu juga dalam pemenuhan kebutuhan pangan, contohnya sapi dan kambing, banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi daging dan juga susunya. Di samping alasan di atas, masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan dalam mengait-ngaitkan manusia dengan binatang. Misalnya, ketika ada seseorang yang mempunyai bobot tubuh yang berlebih, orang tersebut biasa disebut dengan gajah bengkak atau ketika ada seseorang yang mempunyai penampakan fisik yang buruk, orang tersebut biasa di bilang mirip monyet. Selain Indonesia ada negara lain yang menggunakan Idiom dengan berbasis pada nama bintang contohnya, Inggris. Masyarakat Inggris menggunakan idiom bitch yang berarti anjing betina untuk merujuk kepada PSK (Pekerja Seks

4 Komersial) namun tidak demikian dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih menyebut PSK dengan sebutan kupu-malam. Dari pandangan tersebut terlihat bahwa cara pandang masyarakat terhadap binatang mempengaruhi penggunaannya di dalam Idiom. Di Indonesia, Idiom dengan nama-nama binatang digunakan hampir di seluruh ranah kehidupan seperti pendidikan, media, karya-karya sastra, dan dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena itu pengetahuan bahasa terutama berkaitan dengan konsep idiom sangat dibutuhkan, karena dengan mempelajari suatu bahasa secara mendalam maka kita akan dapat pula memahami pola pola dan nilai-nilai suatu masyarakat tertentu dalam kehidupan sosialnya. Idiom dapat berkonotasi negatif, positif ataupun netral. Dalam konotasi negatif misalnya, pada idiom buaya darat yang merujuk kepada seorang pria yang suka mempermainkan wanita. Penggunaan kata buaya pada idiom tersebut karena dalam budaya Indonesia buaya adalah binatang yang berbahaya. Buaya diangggap sebagai predator ulung karena mempunyai gigi tajam, rahang kuat, dan tenaga yang sepertinya tak habis yang mampu menaklukan mangsanya dengan mudah. Konotasi buaya darat kepada pria yang suka mempermainkan wanita bertujuan agar wanita tersebut merasa takut bergaul dengan buaya darat, karena bisa saja wanita tersebut menjadi korban kekerasan atau penganiayan seksual dari pria terbut. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahan dan penguasaan mengenai idiom akan menjadi bahasa yang digunakan lebih mempunyai nilai rasa. Penggunaan nama-nama binatang dalam idiom sebagai simbol-simbol, merepresentasikan suatu konsep budaya di dalam sistem bahasa tertentu. Demikian pentingnya idiom dalam aktifitas berbahasa, mengharuskan pemakai bahasa untuk tidak melupakannya dan selalu melestarikannya. Penelitian ini adalah penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian interdispliner semantik. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai makna konotasi di dalam idiom bahasa Indonesia belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian lain yang relevan dengan

5 penelitian ini. Misalnya, Puspitosaputro (1987), Abbas (1987), Chaniago dan Pratama (1998) telah menyusun buku mengenai idiom. Namun, buku tersebut hanya menginventariasi idiom (ungkapan dan peribahasa) bahasa Indonesia, memberikan artinya, serta contoh pemakaiannya. Begitu juga dengan Chaer (1993) yang membuat kamus idiom bahasa Indonesia, namun sayangnya banyak idiom yang terdapat di dalam kamus tersebut yang tidak digunakan lagi pada zaman sekarang dan banyak pula idiom-idiom baru yang ada saat ini digunakan di kalangan penutur namu belum dibukukan di dalam kamus. Selain Pusptosaputro, dkk dan Chaer, terdapat pula peneliti-peneliti lainnya yang meneliti bidang yang sama, akan tetapi dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya adalah Khak (2006) yang mengkaji makna yang terdapat di dalam idiom bahasa Indonesia dengan pendekatan sintaksis. Sinan (2009) juga menggunakan pendekatan sintaksis untuk meneliti idiom bahasa Turki. Lewat penelitiannya Sinan ingin mengetahui apakah struktur bahasa Turki dalam idiom dapat berubah atau tidak? Selain dengan menggunakan sintaksis, idiom juga telah dikaji dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, seperti dalam Gibbs, et. Al (1997). Lewat penelitiannya mereka ingin mengetahui pola bahasa metafora yang terdapat dalam idiom bahasa Inggris. Penelitian tentang idiom yang dikaitkan dengan metafora juga diteliti oleh Parvaresh (2012) yang meneliti ungkapan idiomatik pada nomor dalam bahasa Persia dan Inggris dan juga Tang (2007) yang meneliti tentang idiom bahasa Inggris dan idiom bahasa Cina dalam nama makanan. Begitu juga dengan Keysar, dkk (1999) yang dalam penelitiannya ingin mengetaui tentang apakah idiom dalam bahasa Inggris merefleksikan struktur konseptual atau tidak. Selain dari kajian yang telah disebutkan di atas, idiom juga telah di kaji dalam ruang lingkup pendidikan bahasa, seperti dalam Maisa dan Karunakaran (2013) yang meneliti tentang pemerolehan idiom pada murid bahasa Inggris yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Lewat penelitannya mereka ingin mengetahui proses pemerolehan dan strategi untuk memperkenalkan idiom pada mahasiswa S1. Begitu juga dengan Moein, et al (2014) yang menguji

6 pemahaman murid bahasa Inggris yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga di Turki. Penelitian tentang idiom dengan menggunakan pendekatan antropolinguistik telah digunakan oleh Crnobrnja (2012) yang meneliti tentang penggunaan idiom bahasa Serbia di Ljubljana oleh dari Yugoslavia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan idiom tersebut tidak merepresentasikan identitas etnik, tetapi lebih kepada fungsi komunikatif. Fasya (2013) juga meneliti idiom dengan pendekatan antropolinguistik, akan tetapi yang menjadi subjek dalam kajiannya adalah idiom bahasa Sunda dan fokus penelitiannya hanya sebatas klasifikasi, fungsi dan cerminan budaya masyarakat di dalam nama-nama hewan yang digunakan dalam idiom tersebut. Dalam penelitan semantik, idiom telah dikaji oleh Mededovic (2011) yang mengkaji tentang penggunaan idiom pada media Bosnia dan Herzegovina. Lewat penelitiannya Mededovic ingin mencari tahu makna yang terdapat dalam idiom tersebut. Metodenya adalah dengan cara membuat corpus. Dalam corpus Mededovic menemukan banyak komposisi leksikal yang berbeda dan komposisi leksikal tersebut mempunyai makna idiomatik. Hasilnya adalah terdapat banyak frase idiomatik baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Dari apa yang telah dikemukakan di atas, kajian tentang idiom bahasa Indonesia dengan nama hewan dengan menggunakan pendekatan semantik terutama yang fokus pada makna konotasi Idiom masih perlu dilakukan karena dua alasan. Pertama, perlu adanya pembaharuan dari Kamus Idiom Bahasa Indonesia yang data-datanya sudah tidak mutakhir lagi, terutama dalam hal idiom bahasa Indonesia yang berkaitan dengan nama-nama bintang. Kedua, makna konotasi idiom yang berbasis nama binatang merupakan hal baru yang sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Dengan demikian, penelitian ini masih perlu untuk dilakukan untuk melengkapi penelitian yang ada. Sehingga didapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai konsep idiom.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang, terdapat disparitas antara penggunaan idiom yang digunakan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Kajian ini berusaha untuk mengungkap disparitas tersebut melalui rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang? 2. Apa makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama-nama binatang? 3. Apa jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Korpus terhadap Idiom Bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui penggunaan idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama bintang dikalangan penutur bahasa Indonesia. 2. Untuk mengetahui makna konotatif di dalam idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis idiom yang terdapat pada idiom bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi secara teroretis dan praktis. Secara teoretis penelitian dini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas kajian tentang bahasa, khususnya dalam bidang semantik Selain itu, melalui penggunaan bahasa Indonesia yang berbasis nama binatang dapat memperbaharui informasi yang berkaitan dengan idiom yang ada saat ini, sehingga mempunyai perbendaharaan idiom yang mutakhir. Di samping itu kajian ini dapat menunjukkan kedekatan antara bahasa dengan budaya agar penulis dan

8 pembaca sadar akan budayanya sendiri karena budaya adalah identitas suatu bangsa. 1.5 Definisi Operasional 1. Semantik Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna (Palmer, 1976: 1). 2. Makna Secara linguistik makna dapat dipahami dengan apa yang diartikan atau dimaksudkan oleh kita (Hornby dalam Sudaryat, 2009: 13). 3. Makna Konotatif makna konotatif adalah makna kata yang telah mengalami penambahan terhadap makna dasarnya. Makna konotatif disebut juga dengan makna tambahan. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau dibaca (Agusta dalam Aminuddin, 2001: 112). 4. Idiom Idiom adalah bentuk ungkapan, konstruksi, frase, atau bahasa yang aneh. Idiom juga merupakan fraseologi yang aneh yang diakui karena kegunaannya, dan penekanannya lebih cenderung kepada maknanya daripada kepada gramatika ataupun logika (Casas dan Campoy, 1995: 44) 1.5 Struktur Organisasi Tesis Laporan hasil penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut. Bab I, pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis. Bab II, kajian pustaka berisi pembahasan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III, metodologi penelitian yang terdiri atas metode penelitian, sumber, batasan, dan subjek penelitian, Instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis data. Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan. Terakhir Bab V, simpulan dan saran.