BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

128 Universitas Indonesia

IMPLEMENTASI FIRE SAFETY MANAGEMENT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN DI PT. LOTTE CHEMICAL TITAN NUSANTARA CILEGON-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

SKRIPSI. Disusun Oleh : FRANGKY SEPTIADI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

1 Universitas Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. bersumber dari hasil observasi, wawancara dan data sekunder perusahaan.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) Energi Tenaga Kerja Indonesia Kompeten

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

A. KRITERIA AUDIT SMK3

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

SILABUS PELATIHAN FIRE FIGHTING

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

K3 Konstruksi Bangunan

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING ASURANSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG TINGGI PERKANTORAN DI DKI JAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

STANDAR USAHA ARENA PERMAINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

Ari Wibisono

NO KRITERIA AUDIT PEMENUHAN / DOKUMENTASI AUDIT FAKTA AUDIT STATUS YA TIDAK

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

GI,? MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INSTRUKSI KERJA. SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANAJEMEN SYSTEM (ArMS)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PEDOMAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK PUSKESMAS KREBET BAB I PENDAHULUAN

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Pengantar. Daftar Isi

KERANGKA ACUAN KERJA/ TOR (TERM OF REFERENCE) SOSIALISASI PENGGUNAAN APAR DI RS SMC KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015

JL. OTTO ISKANDARDINATA NO. 7 KLANGENAN TELP (0231) KLANGENAN - CIREBON

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LOKASI PELATIHAN KEBAKARAN = ENERGY YANG TIDAK TERKENDALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

TENTANG STANDAR KUALIFIKASI APARATUR PEMADAM KEBAKARAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran Pada Fasilitas Hotel

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train 1), Area 2 (Train 2), Area 3 (Train 3), Area 6 (Addictive Palletezing Unit (APU)), Area 7 (Utility), Area 0 (Catalyst Activation Unit (CAU), Catalyst Preparation Unit (CPU), Feed Purification Unit (FPU), Storage Reagent Unit (SRU)), Area 8 (Utility), Jetty Area. Bangunan gedung yang berada di area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah dilengkapi dengan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dalam Pasal 17 Ayat (1) Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. B. Potensi Bahaya Hasil penelitian di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara, area kerja di perusahaan tersebut memiliki potensi bahaya yang paling tinggi yaitu kebakaran. Bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi di perusahaan ini merupakan bahan kimia yang mudah terbakar, yaitu Ethylene, Pentane, Triethylamine (TEA), dan Butane. 75

76 Berdasarkan pada Kepmenaker No. 187/MEN/1999 Pasal 11, Ayat 2(a) cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala >21 C dan <55 C pada tekanan 1 (satu) atmosfir, Ayat 2(b) cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala <21 C dan titik didih >20 C pada tekanan 1 (satu) atmosfir. Ethylene, Butane, Pentane dan TEA merupakan cairan bahan kimia yang sangat mudah terbakar tercantum dalam Tabel 3. Bahan kimia tersebut disimpan serta digunakan dalam kebutuhan proses produksi, untuk Eyhylene memiliki kapasitas 12.000 ton namun hanya terisi biasanya 8.000 ton, Butane disimpan dalam Butane Storage Tank dengan kapasitas 4.250 m 3 sedangkan TEA disimpan dalam isocontainer yang berisi 1,2 ton dan Pentane disimpan dalam pressure vessel yang memiliki kapasitas 150 ton. Hal ini melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK), dimana berdasarkan Kepmenaker RI No. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja Pasal 14 bahwa, Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia cairan mudah terbakar sebanyak 200 ton dan cairan sangat mudah terbakar sebanyak 100 ton. Kepmenaker No. 187/MEN/1999 Pasal 15 menyatakan bahwa, Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya besar. Dapat disimpulkan bahwa PT. Lotte Chemical Titan Nusantara memiliki potensi bahaya yang besar terutama potensi bahaya kebakaran.

77 C. Kebakaran PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah mengklarifikasikan potensi bahaya kebakaran termasuk di kelas A, B dan C dan hal ini menjadi pertimbangan untuk perusahaan dalam menetapkan sistem pemadam kebakaran yang bagaimana saja yang akan dipasang di perusahaan tersebut. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 2 mengenai penyesuaian antara klarifikasi kebakaran dengan jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR). D. Fire Safety Managemet Adanya implementasi Fire Safety Management di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Bab I Bagian 2 Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2). Ayat (1) Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya.

78 Ayat (2) Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan proses produksi atau distribusi barang dan jasa, dan bahkan dari gangguan kesejahteraan sosial. 1. Pra Fire Control a. Identifikasi Bahaya Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pasal 7 Ayat (2) point a.1. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran di area kerja melalui Incident Action Plan. b. Sarana Proteksi Kebakaran Adanya sistem proteksi kebakaran yang ada di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah sesuai Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Bab II Bagian 1 Pasal 3 Ayat(1): Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:

79 a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran b. Sarana Penyelamatan c. Sistem proteksi pasif d. Sistem proteksi aktif e. Pengawasan dan pengendalian Untuk sarana proteksi kebakaran aktif terkhusus APAR dalam pemasangannya tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 4, yaitu: 1) Tinggi pemberian tanda APAR bukan 125 cm, seharusnya tinggi tanda APAR 125 cm dari tanah/permukaan lantai. 2) APAR seharusnya menggantung ± 15 cm dari permukaan lantai tetapi di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara APAR tidak menggantung, langsung menyentuh permukaan tanah. 3) APAR pemasangannya tidak tepat di bawah dengan tanda APAR. Untuk gambar pemasangan APAR yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR terlampir dalam Lampiran 10. Cara pemeliharaan sarana proteksi aktif maupun pasif yaitu dengan inspeksi. Inspeksi sarana proteksi kebakaran aktif maupun pasif dilakukan oleh Pertugas Fireman di PT. Lotte Chemical Titan

80 Nusantara. Inspeksi dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah tertera dalam Bab IV Tabel 6. Pendokumentasian dan pelaksanaan kegiatan inspeksi yang dilakukan oleh petugas Fireman apabila menemukan suatu temuan pada sarana proteksi aktif maupun pasif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pasal 7 Ayat (3) poin f yaitu pendokumentasian terhadap kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan. Di dalam daftar periksa atau checklist serta laporan pemeriksaan atau inspeksi masih menggunakan logo nama perusahaan yang lama yaitu Titan Petrokimia. c. Fire Emergency Plan PT. Lotte Chemical Titan Nusantara telah terdapat struktur organisasi mengenai tim penanggulangan kebakaran. Adanya struktur organisasi dan regu atau tim penanggulangan kebakaran ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja dalam Bab II mengenai Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran. Tugas pokok dari Emergency Respons Team dan peran atau job description dari masing-masing anggota Emergency Respons Team (ERT) telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di

81 Tempat Kerja dalam Bab III mengenai Tugas dan Syarat Unit Penanggulangan Kebakaran. Adanya sistem tanggap darurat di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara ini telah sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7. mengenai Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat. d. Pembinaan dan Pelatihan Diadakannya pelatihan atau training kepada tim tanggap darurat telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 yaitu Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Dan hal ini telah sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7.4 yang menyatakan bahwa Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada di tempat kerja. Pelatihan mengenai simulasi kejadian berbahaya di tempat kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara sudah sangat baik tetapi untuk menjamin setiap pekerja lebih mengingat prosedur kejadian kebakaran dengan baik, sebaiknya dilakukan pembuatan prosedur secara singkat

82 yang disertai gambar supaya lebih mudah untuk diingat. Langkah tersebut bisa diterapkan dengan memakai Kartu Smart, yang mana di kartu ini akan dicantumkan prosedur-prosedur di dalamnya berupa gambar-gambar yang bersangkutan dengan prosedur saat terjadinya kebakaran. Hal ini dibandingkan dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 poin 6.7.5 yang menyatakan bahwa instruksi/prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta diketahui oleh seluruh tenaga kerja di perusahaan. 2. Fire Control Adanya prosedur tentang penanggulangan pada saat kebakaran telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 11 Ayat (2) yang menyatakan bahwa apabila suatu perusahaan dalam melaksanakan rencana K3 harus memiliki prosedur atau instruksi kerja mengenai rencana tersebut dan sesuai dengan Lampiran II Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 6 mengenai Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat, poin 6.7.1. yang menyatakan bahwa keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan

83 dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja. 3. Pasca Fire Control a. Penyelidikan dan Pelaporan Penyelidikan terhadap terjadinya bahaya kebakaran di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara diupayakan oleh tim investigasi. Pelaksanaan investigasi untuk kecelakaan kerja terkhusus kejadian kebakaran telah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 11 Ayat (1) dinyatakan bahwa, Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Pelaporan di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara dilakukan terhadap semua kecelakaan ringan maupun kecelakaan yang berat. Hal ini dilakukan oleh Departemen HSE&S yang mana telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan dalam Pasal 2 Ayat (1) dinyatakan bahwa, pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya. Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa kecelakaan yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a) Kecelakaan kerja b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah

84 c) Kejadian bahaya lainnya b. Evaluasi Kejadian berbahaya maupun kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara baik ringan maupun berat akan dilakukan evaluasi oleh Departemen HSE&S yang bertujuan agar tidak terulangnya kejadian tersebut dan pekerja lebih berhati-hati saat bekerja. Tindakan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 14 Ayat (1) yang menyatakan bahwa, Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen 8 poin 8.3.4-8.3.7 yang menyatakan bahwa, perusahaan menunjuk penanggung jawab dalam melaksanakan tindakan evaluasi yang berupa tindakan perbaikan atas laporan kecelakaan atau kejadian berbahaya yang lain dan kemudian akan didokumentasikan dan diinformasikan kepada seluruh tenaga kerja.