PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA DAN DESAIN PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

Judul: Masca Indra Triana

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Perhitungan Struktur Bab IV

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

TUGAS AKHIR. DESAIN ALTERNATIF TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) PADA PROYEK PT. PLN PERSERO

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Standart yang dipakai dalam analisa struktur bangunan lattice tower BTS

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

VISUALISASI PEMBELAJARAN DESAIN PENULANGAN DINDING GESER DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang Kp.Melayu

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Material baja pada struktur baja juga tersedia dalam berbagai jenis ukuran

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB I PENDAHULUAN. memikul tekan pada semua beban bekerja distruktur tersebut.

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

LENDUTAN PELAT LANTAI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI FLOOR PLATES DEFLECTION OF A RECTORATE BUILDING AT ISLAMIC UNIVERSITY "45" BEKASI

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

Bab II STUDI PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR TOWER BTS TIPE SST KAKI 4, SST KAKI 3, DAN MONOPOLE DENGAN KETINGGIAN 40 M YANG PALING EFISIEN

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR TUJUH LANTAI DI PONTIANAK. Arikris Siboro 1), M. Yusuf 2), Aryanto 2) Abstrak

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

ANALISIS DIMENSI PELAT DASAR (BASE PLATE) PADA KOLOM STRUKTUR BAJA YANG MAMPU TAHAN TERHADAP EFEK PRAY

Transkripsi:

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Tedy Ferdian 1, Yosafat Aji Pranata 2, Ronald Simatupang 3 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2, 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, 40164, Jawa Barat E-mail: tedyferdian@yahoo.co.id, yosafat.ap@gmail.com Abstrak Kebutuhan pasokan listrik di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat semakin hari semakin besar karena bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya aktivitas sosial dan ekonomi. Kondisi ini memberikan dampak bahwa pemerintah memberikan pasokan listrik kepada masyarakat berupa sistem sumber listrik menggunakan konstruksi tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), yang mana mudah dirakit terutama didaerah pegunungan dan jauh dari jalan raya serta dengan biaya yang relatif lebih rendah. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penelitian analitis yaitu kajian perencanaan struktur menara listrik tegangan tinggi. Metode penelitian untuk kontrol kekuatan tekan dan tarik pada elemen struktur menggunakan metode LRFD. Beban yang bekerja pada stuktur tower ini terdiri dari beban mati yang berupa berat sendiri menara, berat insulator, dan berat kabel. Beban angin dihitung berdasarkan TIA/EIA-222-F Standard (Structural Standards for Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures). Studi kasus mengambil contoh model stuktur menara listrik tegangan tinggi yang didasarkan dari Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN). Ruang lingkup penelitian untuk membatasi kajian dalam tulisan ini adalah struktur menara terletak di Jawa Barat, material yang digunakan adalah baja, beban yang ditinjau adalah berat sendiri struktur, beban gravitasi, beban angin, dan momen guling. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa hasil analisis memperlihatkan untuk model struktur menara listrik tegangan tinggi dengan bentang kabel berjarak 500 meter memenuhi persyaratan berdasarkan standar SPLN, kemudian hasil perencanaan dengan contoh studi kasus pada segmen T elevasi ± 3 meter pada sambungan antara batang leg tower 76-1 dan leg tower 80-1 dengan redudant 108-1, nilai gaya batang tekan output dari hasil analisis struktur adalah Vu sebesar 40,709 ton maka sesuai dengan perhitungan sambungan diperoleh jumlah baut 10 (sepuluh) buah berdiameter 16 mm dan 24 mm. Sedangkan deformasi maksimum tower adalah sebesar 184 mm. Kata kunci: Tower; SUTET; Pile Cap; Baja Pendahuluan Di propinsi Jawa Barat terdapat beberapa sumber listrik yaitu antara lain PLTA Ubrug, PLTA Bengkok, PLTA Cibadak, PLTA Cikalong, PLTA Saguling, PLTA Cirata, PLTA Jatiluhur, PLTA Lamajan dan PLTA Lamajan. Rata rata di Indonesia untuk membangun sistem sumber listrik menggunakan konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan didaerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Tower telekomunikasi adalah antenna pemancar sinyal (jaringan akses) untuk memberikan layanan kepada pelanggan di sekitar tower tersebut. Selain itu, penggunaan tower telekomunikasi juga berfungsi untuk menempatkan antenna pemancar sinyal transmisi (jaringan transport dengan menggunakan teknologi microwave) untuk menghubungkan pelanggan didaerah tersebut dengan sentral (BSC). Jadi bagian yang terpenting mengapa diperlukan pembangunan tower adalah untuk penempatan antenna - antenna tersebut, dimana dibutuhkan ketinggian tertentu untuk dipenuhinya syarat memancarkan dan menerima sinyal. Karena fungsi utama tower telekomunikasi adalah untuk menempatkan antenna sesuai dengan ketinggian yang disyaratkan, maka terdapat beberapa jenis tower. Tujuan penelitian dalan tulisan ilmiah ini yaitu antara lain melakukan perencanaan struktur menara listrik tegangan tinggi terhadap beban angin dan menghitung sambungan baja antar batang struktur rangka menara listrik. Ruang lingkup penelitian untuk membatasi kajian dalam tulisan ini adalah struktur menara terletak di Jawa Barat, material yang digunakan adalah baja, beban yang ditinjau adalah berat sendiri struktur, beban gravitasi, beban angin, dan momen guling, perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah SAP2000, dan peraturan angin S-50

yang digunakan adalah peraturan angin EIA (EIA 1996). Skematik bentuk dan model tower yang dibahas dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahapan utama, yaitu Tahap pertama adalah studi literatur, dengan sumber dari buku, tulisan ilmiah, maupun sumber-sumber lain dari internet, Tahap kedua adalah mengumpulkan data beban angin dilokasi struktur menara berada, data struktur menara yang akan direncanakan, data tanah, Tahap ketiga adalah perencanaan struktur menara listrik dan perencanaan pondasi, dan Tahap keempat atau tahap terakhir adalah adalah menyusun pembahasan dan kesimpulan. Gambar 1. Skematik model tower yang ditinjau (Ferdian, 2012). Tinjauan Literatur Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan tinggi ekstra tinggi (SUTET) adalah sarana yang terbentang diudara untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit kegardu induk (GI)gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) atau dari GI/GITET lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang direntangkan antara tiang tiang (tower) melalui insulator insulator dengan system tegangan tinggi (30 kv, 70kV, 150 kv) atau tegangan ekstra tinggi (275 kv, 500 kv). S-51

Jenis SUTT, secara umum kriteria dasar desain konstruksi SUTT 70 kv dan 150 kv dengan tiang beton dan tiang baja dengan contoh pemakaian untuk beberapa jenis kawat penghantar ACSR. Sedangkan jenis SUTET, (saluran transmisi) yaitu isolasi udara dengan tengangan sistem 275 kv sampai dengan 500 kv. Terbuat dari profil, disusun sedemikian rupa sehingga merupakan suatu menara yang telah diperhitungkan kekuatanya disesuaikan dengan kebutuhannya Beban yang terjadi pada konstruksi tower rangka baja SUTT dan SUTET digunakan untuk menentukan dimensi batang dan baut dari tower yang menentukan kekuatan tower pada kondisi rencana pembebanan normal dan abnormal. Jenis pembebanan yang diperhitungkan pada konstruksi tower SUTT dan tower SUTET adalah, beban permanen, beban acak dan beban khusus besarnya beban acak dan beban khusus yang ditentukan dalam standar digunakan untuk tower normal dan tower khusus dengan tarikan kerja maksimum tidak melampui besaran yang ditentukan pada kriteria tarikan kerja maksimum kawat penghantar (SPLN, 1996). Beban permanen dari suatu tower transmisi adalah berat sendiri tower dengan seluruh kelengkapannya, berat kawat penghantar dan kawat tanah, insulator berikut serta beban lainnya, jika ada, yang setiap saat selalu berada pada tower tersebut. Beban acak yang diperhitungkan pada tower normal adalah beban yang ditimbulkan oleh angin yang mengenai permukaan tower, konduktor dan isulator. Besarnya beban angin tersebut mengacu pada international standard IEC 60826 namun tidak boleh kurang dari besaran tekanan angin minimum yang ditentukan dalam standar ini. Tekanan angin minimum pada satu sisi permukaan yang digunakan untuk menghitung beban kerja akibat angin pada konduktor. Insulator dan tower adalah sebagai berikut : 1. SUTT 66 kv dan 150 kv : a. Tower : 180 kg/m2 b. Kawat : 40 kg/m2 c. Insulator : 60 kg/m2 2. SUTET 275 kv : a. Tower : 235 kg/m2 b. Kawat : 71 kg/m2 c. Insulator : 95 kg/m2 3. SUTET 500 kv : a. Tower : 245 kg/m2 b. Kawat : 73 kg/m2 c. Insulator : 107 kg/m2 Arah angin yang harus ditinjau dalam perhitungan desain tower rangka baja adalah arah angin paralel tegak lurus dan salah satu arah menyudut lainnya terhadap jalur transmisi. Beban khusus yang dapat dipikul tower rangka baja selama umur pelayanannya adalah beban pada saat konstruksi/pemasangan, pemeliharaan serta untuk mencegah keruntuhan beruntun, beban pada saat konstruksi, pemasangan dan pemeliharaan dapat dikontrol pada saat pelaksanaan pekerjaan sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan yang diperhitungkan pada saat desain. Acuan yang digunakan dalam menentukan kriteria dan besarnya beban khusus adalah IEC 60826. Pada desain tower, perhitungan beban harus dilakukan dengan meninjau kombinasi antara beban normal dan beban abnormal yang akan menentukan ukuran batang dan baut rangka baja tower. Beban normal yang diperhitungkan adalah beban vertikal, beban transversal dan beban longitudinal yang diakibatkan oleh beban permanen serta beban acak. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri tower, berat konduktor, berat isolator, beban transversal berasal dari tekanan angin transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur transmisi. Sedangkan beban longitudinal berasal dari perbedaan tarikan pada seluruh kawat penghantar dan kawat tanah pada bentang yang bersebelahan. Sedangkan beban abnormal yang diperhitungkan terdiri dari beban vertikal, beban transversal, beban longitudinal dan beban torsional yang diakibatkan oleh beban permanen, beban acak serta beban khusus. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri tower, berat konduktor dan berat isolator. Beban transversal berasal dari tekanan angin transversal pada badan tower, konduktor, isolator serta akibat sudut jalur transmisi. Beban longitudinal berasal dari tarikan kawat penghantar putus sedangkan beban torsional terjadi diakibatkan oleh tarikan kawat penghantar putus pada satu sisi. Besarnya beban kerja akibat tarikan kawat adalah tarikan kerja kawat maksimum (maximum working tension/mwt) yang dihitung berdasarkan perhitungan andongan dan tarikan kawat (sag tension calculation) pada rentang dasar dan kriteria sebagai berikut. Tarikan kerja pada saat kondisi harian (everyday tension/edt) yaitu pada temperatur rata rata harian dan tanpa tekanan angin tidak melampaui 20% dari kekuatan tarik batas (ultimate Tensions Strength/UTS) serta tarikan kerja maksimum (maksimum working tension/mwt) pada saat kondisi temperatur minimum dan tekanan angin maksimum tidak diperbolehkan melampaui 50 % dari kekuatan tarik batas. S-52

Metoda analisis yang digunakan untuk menghitung gaya, deformasi dan tegangan pada model tiga dimensi struktur rangka baja adalah metoda analisis struktur yang bersifat elastik linier orde pertama (material elastik linier dan geometri linier) dengan menggunakan beban rencana terfaktor. Pada umumnya struktur tower rangka baja untuk saluran transmisi bersifat cukup kaku sehingga analisis elastik linier orde pertama cukup memadai, namun untuk struktur tower rangka baja yang sangat lentur atau yang struktur tower yang menggunakan kawat stuktur perlu ditinjau dengan menggunakan analisis elastik linier orde kedua. Studi Kasus dan Pembahasan Data struktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Fungsi Bangunan : Tower SUTET b. Jenis Struktur : Rangka Baja c. Tinggi : 67,5 m d. Lokasi : Bandung, Jawa Barat Gambar 2. Skematik model 3D struktur menara (tower). Sedangkan data material-material yang digunakan untuk merencanakan struktur menara (tower) yaitu baja Profil (BJ 41) dengan properti tegangan leleh fy sebesar 410 MPa, berat per unit Volume (berat jenis) sebesar 7800 kg/m 3, dan Modulus Elastisitas (Es) sebesar 200000 MPa. S-53

Struktur rangka di analisis dengan menggunakan perangkat lunak bantu SAP2000 Nonlinear. Reaksi perletakan pada struktur berupa sendi dengan beban-beban yang dipikulnya adalah beban isolator, kabel dan kolom. Pemodelan tower SUTET dimodelkan dengan mengacu pada beberapa model tower milik PLN Persero dengan standart ketinggiannya setinggi 67,5 meter dan pemodelan dalam bentuk 3D. Hasil pemodelan selengkapnya ditampilkan pada Gambar 2. Beban mati tambahan yang bekerja pada struktur menara memiliki rincian yaitu Instalasi Tower SUTET (500 kv): a. Berat Kabel = 4700 kg/m 2 b. Berat Insulator = 33 kg/m 2 Jenis suspensi insulator yang akan digunakan dalam perancangan menara SUTET 500 kv ini adalah CS7-165-EE-372-A. Kapasitas insulator ini mampu mencakup 500 kv. Untuk letak dan instalasi pemasangan insulator pada tubuh menara (tower) biasanya terletak pada ketinggian antara 38 meter hingga 70 meter. Beban angin yang ditinjau adalah elemen angin untuk segmen T pada elevasi ± 0.00 ± 3.00 meter akan dijadikan acuan untuk contoh urutan perhitungan beban angin, dan kecepatan angin dipakai kecepatan operasional 40 km/jam (11,11 m/sec.), dimana: a. Lebar antara kaki bawah tower = 9,97 meter b. Lebar kaki antara kaki tower elevasi = 9,45 meter c. Tinggi elemen yang ditinjau = 3,00 meter Beban angin dihitung berdasarkan peraturan TIA/EIA-222-F Standard (Structural Standards for Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures). Hasil perhitungan yaitu diagram distribusi tekanan angin selengkapnya ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram hubungan elevasi dengan F (kg) tekanan angin. S-54

F = qz x GH x [(CF x AE) + (ƩCA x AA)] = 7.567926965 x 1.102 x [(3.355180902 x 3.771434384) +(2 x 30] = 156.2410388 Kg Hasil analisis berupa reaksi-reaksi tumpuan selengkapnya ditampilkan pada Gambar 4. Gambar 4. Hasil analisis: reaksi tumpuan. Hasil analisis yaitu pola deformasi struktur akibat beban gravitasi dan lateral, dari kombinasi beban paling maksimum selengkapnya ditampilkan pada Gambar 7, yaitu deformasi pada titik nodal paling atas pada elevasi +67,5 meter adalah sebesar 184 mm. Kemudian hasil perhitungan kekuatan sambungan, yaitu dengan mengambil salah satu contoh yaitu pada sambungan bagian sambungan antara leg tower 76-1 dan leg tower 80-1 dengan redundant 108-1 selengkapnya ditampilkan pada Gambar 6. S-55

Titik deformasi yang ditinjau Gambar 5. Skematik pola deformasi maksimum pada ujung atas (elevasi +67,5 meter) struktur menara (tower) yaitu sebesar 184 mm. S-56

Gambar 6. Sambungan antara leg tower 76-1 dan leg tower 80-1 dengan redundant 108-1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa hasil analisis memperlihatkan untuk model struktur menara listrik tegangan tinggi dengan bentang kabel berjarak 500 meter memenuhi persyaratan berdasarkan standar SPLN, kemudian hasil perencanaan dengan contoh studi kasus pada segmen T elevasi ± 3 meter pada sambungan antara batang leg tower 76-1 dan leg tower 80-1 dengan redudant 108-1, nilai gaya batang tekan output dari hasil analisis struktur (dengan perangkat lunak SAP2000) adalah V u = 40,709 ton maka sesuai dengan perhitungan sambungan diperoleh jumlah baut 10 (sepuluh) buah berdiameter 16 mm dan 24 mm. Sedangkan deformasi maksimum tower adalah sebesar 184 mm. Daftar Pustaka Badan Standardisasi Nasional, (2002), Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI 2847-2002), BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung (SNI 03-1729- 2002), Badan Standardisasi Nasional, Bandung. Ferdian, T., (2012), Analisis dan Desain Perencanaan Struktur Menara Listrik Tegangan Tinggi, Tugas Akhir (Tidak Dipublikasikan), Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha. Setiawan, A., (2008), Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Semarang : Penerbit Erlangga. Standar Perusahaan Listrik Negara, 1996, Konstruksi Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kv dan 150 kv dengan tiang beton / baja (SPLN 121:1996), P.T Perusahaan Listrik Negara (PERSERO), Jakarta. TIA/EIA Standard, (1996), Struktural for steel antenna Towers and Antenna Supporting Structures (TIA/EIA-222- F), American National Standard, America. S-57