BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilakukan, kerangka konsep yang menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan sedikitnya penggunaan IUD, pernyataan penelitian, definisi konsep dan definisi operasional yang digunakan, serta manfaat dari penelitian. 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana mempunyai paradigma baru dengan mengubah visi dan misi mengenai Keluarga Berencana Nasional. Sesuai dengan UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, amanat GBHN 1999, UU No.22 tahun 1999, UU No.25 tahun 1999 tentang Propenas, membawa perubahan pada visi dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera menjadi Visi baru, yaitu Keluarga Berkualitas 2015 suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Noerdin, 2002). Misi terbaru dari program keluarga berencana untuk mencapai visi tersebut adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas, menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, 1

kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB, dan mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia serta menyediakan data dan informasi keluarga berskala mikro untuk pengelolan pembangunan, khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin (Noerdin, 2002). Perubahan paradigma tersebut dimaksudkan untuk membangun kesadaran semua unsur dalam keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan orang tua bisa ikut ber-kb (Syarief, 2007). Program kegiatan KB dapat dimulai dengan memberikan penyuluhan kepada orang tua agar tidak khawatir dengan pemakaian alat kontrasepsi dan pada usia remaja diberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Kontribusi program KB Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksananaan program Making Pregnancy Saver (MPS). Salah satu strategi program MPS di Indonesia tahun 2001-2010 ini adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin, 2003). Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 218,868,791 jiwa pada tahun 2005 (statistics Indonesia, 2010). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 270 pada tahun 2004, 262 pada tahun 2

2005, dan 248 pada tahun 2007. Akan tetapi bila dilihat dari angka target Millennium Development Goals (MDG s) yakni 102 angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi target atau perlu diturunkan (SDKI, 2007). Pertambahan penduduk ini sangat berdampak bagi pembangunan dan kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah kelahiran dibandingkan dengan jumlah kematian. Salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan laju bertambahnya jumlah kelahiran yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi, menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia subur (PUS). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dengan adanya program KB tersebut, data kependudukan dunia menunjukkan dari 55 persen jumlah kelahiran, menurun menjadi 5 persen (Badan Kordinasi Keluarga Berencana, 2008). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan termasuk 3

status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami, dan norma budaya yang ada. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi klien (Saiffudin, 2003). Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2004-2009 memiliki salah satu strategi dalam program KB itu sendiri yaitu meningkatnya jumlah penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD), implant atau susuk dan sterilisasi. Metode IUD merupakan jenis alat kontrasepsi yang aman digunakan dalam jangka panjang dan sifatnya non hormonal sehingga aman jika digunakan. Kontrasepsi Jangka Panjang khususnya metode IUD dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya faktor tingkat pengetahuan, persepsi rasa aman, persepsi biaya, nilai terhadap KB tersebut, informasi yang diperoleh, dan kualitas pelayanannya. Hal ini yang membuat angka penggunaan KB IUD sedikit karena pada umumnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan jenis kontrasepsi menetap (kontap) seperti Vasektomi dan Tubektomi. Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan (BKKBN, 2008). 4

Keuntungan menggunakan IUD yaitu pemasangannya hanya memerlukan sekali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Biaya relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh. Apabila pengguna IUD masih dalam tahap menyusui, tidak memengaruhi produksi ASI serta kesuburan cepat kembali setelah dilepas. Jumlah peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan akhir 2004 adalah sebanyak 27,6 juta peserta, dan dalam tiga bulan pertama tahun 2005 ( Januari Maret 2005) diperoleh tambahan peserta KB baru sebanyak 1,5 juta peserta. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa tingkat prevalensi keikutsertaan ber-kb dari seluruh pasangan usia subur sekitar 60,3 persen (BKKBN, 2009). Target akseptor baru yang harus dicapai serta realisasinya di kota Tangerang pada tahun 2009 untuk penggunaan IUD mencapai 3,651 peserta, suntik sebanyak 10,260 peserta, dan kondom sebanyak 3,038 peserta. Data yang diperoleh dari Puskesmas Binong, Kecamatan Curug, Tangerang mengenai peserta KB yang menggunakan IUD pada bulan Januari sampai November sebanyak 52 peserta, jenis pil sebanyak 172 peserta, jenis suntik sebanyak orang 675 peserta. Sedangkan untuk jenis implant, vasektomi dan tubektomi di Puskesmas Binong, tidak tersedia pelayanan tersebut. Data yang ada di puskesmas, angka penggunaan KB IUD di daerah Kampung Binong sangat sedikit. Peneliti hanya meneliti pada RT002/RW02, hal ini dikarenakan jumlah pasangan usia subur di dalam satu RT tersebut lebih banyak dibandingkan dengan di RT lain disekitarnya. Di RT002/RW02 ini merupakan daerah yang paling banyak ibu yang menggunakan KB pil dan 5

suntik dibandingkan dengan RT lain yang masih dalam binaan Posyandu Melati III. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang metode kontrasepsi jenis IUD. Pengambilan data awal dilakukan dengan mewawancari atau menanyakan langsung kepada ibu-ibu yang berkunjung di Puskesmas Binong mengenai sejauh mana pengetahuan mereka dan pandangan mereka tentang metode kontrasepsi IUD tersebut. Dan dari hasil interview yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa mereka kurang mengerti tentang metode kontrasepsi IUD itu sendiri dan persepsi mereka mengenai biaya menggunakan IUD mahal dan takut untuk menggunakannya karena harus memasukkan benda asing ke dalam vagina. Maka dapat disimpulkan sampai saat ini banyak masyarakat terutama ibu-ibu tersebut masih menganggap efek samping dan stigma-stigma yang kurang tepat mengenai metode kontrasepsi IUD. Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Binong, menjelaskan bahwa dari bagian Program KB belum pernah memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan kepada ibu-ibu mengenai KB dan metode kontrasepi itu sendiri. Dari data diatas, sudah membuktikan bahwa penggunaan IUD masih sangat rendah dibandingkan dengan jenis suntik dan pil. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan, biaya, rasa aman, nilai terhadap IUD, informasi, dan kualitas terhadap pelayanan KB. 1.2 Rumusan Masalah Data menunjukkan perbandingan angka yang sangat signifikan antara jumlah peserta KB jenis suntik dan pil dengan jumlah peserta KB IUD di 6

Puskesmas Binong, Tangerang. Salah satunya di RT002/RW02 yang merupakan daerah binaan puskesmas Binong yang angka pasangan usia subur di dalam satu RT lebih banyak dibandingkan dengan di RT lain. Oleh karena itu rumusan masalah ini ialah menggambarkan faktor tingkat pengetahuan, persepsi biaya dan persepsi rasa aman pada ibu di RT 002/RW02 tersebut. 1.3 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggambarkan tingkat pengetahuan dan persepsi ibu tentang metode kontrasepsi IUD di RT 002/ RW 02 Kampung Binong, Tangerang. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pemilihan metode kontrasepsi IUD di RT002/RW02 Kampung Binong, Tangerang. 2. Mengetahui gambaran persepsi biaya metode kontrasepsi IUD di RT 002/RW02 Kampung Binong, Tangerang. 3. Mengetahui gambaran persepsi rasa aman penggunaan metode kontrasepsi IUD di RT 002/RW02 Kampung Binong, Tangerang. 1.4 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan akseptor dalam metode kontrasepsi IUD yaitu faktor pengetahuan mengenai KB IUD, persepsi biaya, rasa aman terhadap KB IUD, persepsi nilai tentang IUD, informasi mengenai KB IUD, kualitas pelayanan KB itu sendiri. 7

Faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengetahuan: Persepsi biaya Persepsi rasa aman Nilai terhadap KB IUD Informasi Keterangan: Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi Kualitas pelayanan KB = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Faktor yang memengaruhi pemilihan akseptor IUD Tingkat Pengetahuan: - Tinggi - Sedang - Rendah - Persepsi biaya : - Mahal - Sedang - Murah Persepsi rasa aman : - Aman - Cukup - Kurang aman Gambar 1.1 Faktor yang memengaruhi pemilihan IUD (Modifikasi dari Imbarwati, 2009). Berdasarkan kerangka konsep diatas, ada 6 faktor yang dapat memengaruhi ibu dalam pemilihan jenis akseptor IUD yaitu tingkat pengetahuan, persepsi biaya terhadap metode kontrasepsi IUD, persepsi rasa aman terhadap metode kontrasepsi IUD, nilai terhadap IUD, informasi, dan kualitas pelayanan KB itu sendiri. Akan tetapi dalam hal ini, penelitian ini hanya membatasi mengenai gambaran faktor pengetahuan ibu, biaya, dan rasa aman terhadap penggunaan IUD tersebut. 8

Banyak wanita sulit untuk menentukkan pilihan kontrasepsi, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metodemetode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan biaya untuk memperoleh kontrasepsi. IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Menurut Bloom tahun 1908 dalam buku Notoadmojo 2003, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba yang akan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan atau pembelajaran yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (syntesis), dan tingkatan yang terakhir yaitu evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2005). Tahu (know) merupakan tingkatan yang paling rendah pada domain kognitif (Bastable, 2003). Tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkat tahu ini ialah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik atau khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima sehingga tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling bawah. Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 9

Tingkatan aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya) sebagai aplikasi atau penggunaan prinsip-prinsip atau metode-metode. Tingkatan pengetahuan yang keempat yaitu analisis dimana adanya suatu kemampuan untuk menjabarkan atau membedakan dan mampu menghubungkan suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur yang masih ada kaitannya. Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Domain kognitif yang terakhir ialah evaluasi yang berkaitan dengan pertimbangan atau peniaian terhadap suatu materi atau objek. Tingkatan evaluasi ini merupakan tingkatan yang paling atas dan kompleks pada domain kognitif (Bastable, 2003). Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Persepsi menurut Potter & Perry tahun 2005 adalah citra mental seseorang atau konsep unsur-unsur dalam lingkungan, termasuk informasi yang diperoleh melalui indera. Proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu seleksi. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 1.5 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor pengetahuan dan persepsi ibu memilih KB IUD di RT 002/ RW 02 Kampung Binong, Tangerang? Tabel 1.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 10

Faktor Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Skala Hasil Ukur pengetahuan Subvariabel: - Pengetahuan - Pemahaman Faktor biaya KB IUD Faktor rasa aman persepsi persepsi suatu fakta atau kondisi dengan cara mengetahui sesuatu dengan baik apa yang didapat pengalaman, informasi, pelatihan. seperti dan pandangan responden mengenai harga atau pengeluaran harus untuk yang dikeluarkan mendapatkan pelayanan KB IUD. pandangan responden tentang pemasangan, cara kelemahan dan efek samping ditimbulkan yang dari penggunaan KB IUD. Tingkatan seseorang menjawab berdasarkan kemampuan dalam pertanyaan informasi, pengalaman atau melalui pelatihan dapat dilihat melalui kuesioner. Skala penilaian kuesioner berupa skala Guttmen dengan 2 alternatif jawaban yaitu Benar (B) atau Salah (S). Suatu penilaian terhadap jumlah nominal harga untuk mendapatkan pelayanan KB IUD dengan melalui kuesioner. Skala penilaian berupa skala Likert 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Rasa takut dan tidak nyaman apabila menggunakan KB IUD. Dapat dilihat melalui kuesioner dan model penilaian menggunakan skala likert dengan 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Ordinal - Tinggi=9-12. - Sedang = 5-8 - Rendah = > 4 Ordinal - Murah= 12-16 - Sedang, 7-11 - mahal = >4 Ordinal - aman = 9-12 - cukup 5-8 -kurang aman >4 11

1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Manfaat bagi peneliti untuk mengaplikasikan mata kuliah riset ke dalam bentuk penelitian mandiri yang akan dijadikan penulisan tugas akhir. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga mendapatkan pengetahuan, pengajaran serta wawasan yang baru mengenai persepsi ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD. 2. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat terutama ibu mengenai persepsi penggunaan IUD. Penelitian ini juga bermanfaat supaya masyarakat mengetahui mengenai program KB IUD, dan membuka persepsi masyarakat mengenai program KB IUD. 3. Bagi Puskesmas Penelitian ini bermanfaat bagi Puskesmas untuk menggalakkan kembali program Keluarga Berencana dengan memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu di Kampung Binong terutama pada pasangan usia subur (PUS). 12