Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Penilaian Kondisi

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENILAIAN KONDISI ISOLASI TRAFO DENGAN METODE PEMBOBOTAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS IBT-1 & IBT-2 GITET KEMBANGAN)

UNIVERSITAS INDONESIA. STUDI GANGGUAN INTERBUS TRANSFORMER (IBT-1) 500/150 kv DI GITET 500 kv KEMBANGAN - JAKARTA BARAT TESIS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TRAFO TENAGA 60 MVA SHORT CIRCUIT ANALYSIS OF POWER TRANSFORMER 60 MVA

PENGARUH KEGAGALAN MINYAK TRANSFORMATOR DAYA 18.5 MVA PLTG UNIT 1 DI PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN KERAMASAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PEMBEBANAN DAN USIA PAKAI TERHADAP KARAKTERISTIK MINYAK ISOLASI DAN ESTIMASI LITEFIME MINYAK ISOLASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Keywords: oil transformter; dissolved gas analysis, water content, breakdown voltage. 1 Universitas Indonesia

Analisis Performa Transformator GI Gandul 2 60 MVA Menggunakan Metode Indeks Kesehatan Transformator Berdasarkan Karakteristik Dissolved Gas Analysis

Analisis Pengujian Kinerja Minyak Isolasi Pada Transformator Tenaga 70kV

BAB III INVESTIGASI GANGGUAN Gambaran Sistem Tenaga Listrik Jakarta dan Banten

ANALISIS PENGARUH PEMBEBANAN DAN USIA PAKAI TERHADAP KARAKTERISTIK DAN ESTIMASI LITEFIME MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR

Studi Literatur dan Studi Kasus DGA pada OLTC

Bab II Isolasi dan Diagnosis Isolasi Transformator

Diah Wulandari. 1. Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng 2. IGN Satriyadi, ST,MT

Tata Cara dan Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Minyak

Analisa Gas Terlarut Pada Minyak Transformator Daya 150 kv Dengan Menggunakan Metode Duval Pentagon

ANALISIS KONDISI TRANSFORMATOR PELEBURAN EAF 9 BERDASARKAN PENGUJIAN DGA MINYAK TRANSFORMATOR DI PABRIK BAJA SLAB 2 PT.

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

TUGAS AKHIR ANALISA KENAIKAN COMBUSTIBLE GAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV GT 2.2 PLTGU BLOK 2 MUARA KARANG

Diagnosis Transformator Daya Menggunakan Metode Indeks Kesehatan Transformator

Lailiyana Farida

ANALISIS TERJADINYA TEKANAN MENDADAK PADA ON LOAD TAP CHANGER UNIT 1 PLTU SURALAYA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang

Diah Wulandari. Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111,

Asset Management pada Sistem Transmisi Yanuar Hakim, Sumaryadi, Anita Pharmatrisanti, Bambang Cahyono

ANALISIS KEGAGALAN TRANSFORMATOR BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN DGA

I. PENDAHULUAN. Kata kunci-filterisasi, minyak trafo, TDCG. Gambar 1. Bagan Transformator Sumber : TRANSFORMER 2011.htm

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 Kva Berdasarkan Data Citra Kamera Termal Dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER S RATIO PLTU TAMBAK LOROK

ANALISIS GAS TERLARUT PADA MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA AKIBAT PEMBEBANAN DAN PENUAAN. Hermawan, Abdul Syakur, Irwan Iryanto *)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR ANALISA GANGGUAN TRANSFORMATOR TURBIN UAP UNIT 3 PLTGU MUARA KARANG BLOK 2 DENGAN METODE RCFA

PENGKAJIAN KONDISI TRANSFORMATOR BHT03 PADA RSG-GAS MENGGUNAKAN METODA DISSOLVED GAS ANALYSIS. Teguh Sulistyo

ANALISIS DETEKSI KEADAAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE GAS TERLARUT MENGGUNAKAN PERALATAN DISSOLVE GAS ANALISYS ( DGA)

Manajemen Pemeliharaan Transformator Tegangan Menengah Berbasis Hasil Analisis Gas Terlarut

ANALISIS HASIL PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya

STUDI PENGARUH PENUAAN (AGING) TERHADAP LAJU DEGRADASI KUALITAS MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

ANALISIS PEMBEBANAN TRANSFORMATOR, SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN KANDUNGAN GAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK TRANSFORMATOR

ANALISIS KUALITAS TRANSFORMATOR DAYA 150 kv/70 kv DI GI BANARAN BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN ISOLASI MINYAK MENGGUNAKAN METODE STOKASTIK

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif

Analisis Properti Fisik-Kimia Minyak Isolasi Transformator Daya Berbasis Jaring Saraf Tiruan

BAB IV ANALISIS DATA

Diagnosis Kondisi Transformator Berbasis Analisis Gas Terlarut Menggunakan Metode Sistem Pakar Fuzzy

BAB III METODOLOGI PENILAIAN

ANALISA KEGAGALAN TRANSFORMATOR DAYA BERDASARKAN HASIL UJI DGA DENGAN METODE TDCG, KEY GAS, ROGER S RATIO, DUVAL S TRIANGLE PADA GARDU INDUK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisa tentang suatu analisis identifikasi minyak transformator

ANALISIS INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR DENGAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN

Materi Seminar tugas akhir

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Identifikasi Kondisi Kesehatan Transformator Distribusi. awal yang harus dilakukan dalam penentuan kegiatan pemeliharaan Trafo

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA

Analisis Indikasi Kegagalan Transformator dengan Metode Dissolved Gas Analysis

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. Eng.Ardyono Priyadi, S.T, M.Eng. Boby Adi Pratama

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. 87T Differential Protection T21. Differential Relay (main protection) of Main Transformer PLTP KMJ-5 35MW. Plant Trip Investigation

BAB III. RCFA adalah metode pemecahan masalah menggunakan cara step by step

Tabel Klasifikasi Sistem Pendingin Pada Transformator Daya: Sirukulasi. Sirkulasi. Paksa. 1. AN - - Udara - 2. AF Udara

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Transformator

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Dissolved Gas Analysis terhadap Kinerja Transformator 30 MVA Gardu Induk Betung Menggunakan Metode Fuzzy

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

PENGGUNAAN RECLOSER. Sutikno. D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH. G. Suprijono. D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283)

PEMELIHARAAN MINYAK TRANSFORMATOR PADA MINYAK TRANSFORMATOR NOMOR 4 DI GARDU INDIK KEBASEN ABSTRAK

Investigasi Kerusakan Transformator Distribusi 3 Fasa 630 kva PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang SKRIPSI

ABSTRAK Kata Kunci :

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

PEMELIHARAAN TRAFO 1 PHASA 50 KVA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki kapasitas 4 X 425 MW dan 3 X 600 MW. PLTU ini. menggunakan bahan bakar batubara dalam prosesnya.

BAB III METODA PENGUJIAN DAN STANDAR YANG DIGUNAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Dissolved Gas Analysis) ini diperlukan alat penelitian seperti : Syringe, Oil

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI

ANALISA PENGUKURAN TRANSFORMATOR DAYA 80MVA 167/11KV DI PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL SEKTOR PEMBANGKIT BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Analisa Gas Kimia Dalam Minyak Trafo Distribusi 150/20 KV Dengan Menggunakan Metode Logika Fuzzy Evolusioner

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dapat dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu

Transkripsi:

Bab IV Studi Kasus Penilaian IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan 4.1. Pendahuluan Penilaian ini dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 PT.PLN (Persero) GI Kembangan. Berikut ini keterangan Trafo yang akan dilakukan penilaian tingkat unjuk kerja isolasinya. Tabel 5.1 Rincian Trafo IBT-1 & IBT-2 GITET Kembangan No Transformer ID Serial Number Rating Voltage 1 GI Kembangan IBT 1 FASA R 224921.6 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 2 GI Kembangan IBT 1 FASA S 217891.1 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 3 GI Kembangan IBT 1 FASA T 224921.3 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 4 GI Kembangan IBT 2 FASA R 224921.4 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 5 GI Kembangan IBT 2 FASA S 217852.1 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 6 GI Kembangan IBT 2 FASA T 224921.1 5 MVA 531.25 KV / 168 KV 4.2. Monitoring Diagnosis Monitoring Diagnosis yang dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 GITET Kembangan dikelompokkan menjadi empat periode waktu yaitu ; Periode 1 berlangsung antara bulan September 27 sampai bulan Oktober 27. Periode ini merupakan pelaksanaan monitoring assessment setelah terjadinya gangguan pada trafo Kembangan tanggal 13 September 27. 57

Periode 2 berlangsung antara bulan November 27 sampai bulan Februari 28. Periode ini merupakan waktu dari pelaksanaan filtering sampai sebelum pelaksanaan reklamasi. Periode 3 berlangsung selama bulan April sampai bulan Mei 28. Periode ini merupakan waktu setelah pelaksanaan reklamasi Periode 4 berlangsung tiga bulan setelah pelaksanaan reklamasi yaitu bulan Juli sampai bulan Agustus 28. 4.2.1. Periode I Tanggal 13 September 27 pukul 9:35 WIB telah terjadi gangguan dengan bekerjanya relay Bucholz yang mengakibatkan IBT-1 trip. Karena IBT-1 trip, maka beban beralih ke IBT-2 yang mengakibatkan PMT IBT-2 trip dengan indikasi over load shedding (OLS) dan over current. Bekerjanya relay Bucholz diperkirakan karena adanya gas-gas yang sebelumnya terperangkap dalam main tank yang dipicu oleh gempa. Sehubungan dengan terkumpulnya gas di bucholz, maka dilakukan pengujian DGA pada IBT-1 dan IBT-2. 5.2.1.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Tabel 5.2 Hasil pengujian DGA tanggal 13 Sept 27 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 42 25 17 2 CH4 19 15 23 15 18 11 CO 25 19 69 1289 167 1145 CO2 6653 2656 13347 9395 279 7563 C2H4 7 8 3 4 3 C2H6 C2H2 6 35 4 23 4 TDG 279 94 742 137 232 119 58

Tabel 5.3 Hasil pengujian DGA tanggal 16 Sept 27 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 48 36 17 27 CH4 13 11 2 16 2 13 CO 118 124 117 97 126 112 CO2 9234 1877 1274 1657 3623 9579 C2H4 5 9 4 1 1 C2H6 C2H2 3 3 4 2 28 3 TCG 187 21 114 19 22 1128 Tabel 5.4 Hasil pengujian DGA tanggal 17 Sept 27 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 14 19 15 22 2 CH4 12 11 18 14 17 1 CO 622 46 682 53 14 898 CO2 398 1234 11563 9336 3267 863 C2H4 5 7 4 2 C2H6 1 1 1 C2H2 5 25 5 2 29 6 TCG 644 97 731 565 173 937 Tabel 5.5 Hasil pengujian DGA tanggal 19 Sept 27 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 48 48 46 71 47 63 CH4 21 16 21 1 15 8 CO 629 53 64 684 69 78 CO2 6586 1765 9667 7256 2153 645 C2H4 9 2 13 9 2 9 C2H6 5 16 5 4 2 4 C2H2 1 1 1 1 1 1 TCG 713 136 726 779 154 793 59

Dari hasil pengujian DGA, dapat dilihat grafik peningkatan TCG 14 TDCG 12 ppm 1 8 6 IBT 1 R IBT 1 S IBT 1 T IBT 2 R IBT 2 S IBT 2 T 4 2 13/9/7 16/9/7 17/9/7 19/9/7 Tanggal Gambar 5.1 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 1 Berdasarkan trend perubahan TCG pada empat pengukuran dalam periode ini, IBT-1 Fasa R, IBT-1 Fasa S,dan IBT-2 Fasa S beroperasi normal, tidak perlu dilakukan penanganan khusus. Pada IBT-1 Fasa T, IBT-2 Fasa R, dan IBT-2 Fasa T beroperasi diatas normal, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan investigasi pada masing-masing combustible gas yang melebihi normal. Tabel 5.6 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG NO TRAFO Rata-rata TCG (ppm) DIAGNOSIS 1 IBT -1 R 68,75 Beroperasi normal 9 2 IBT -1 S 132 Beroperasi normal 9 3 IBT -1 T 834,75 Beroperasi diatas normal 6 4 IBT- 2 R 915 Beroperasi diatas normal 6 5 IBT -2 S 19,25 Beroperasi normal 9 6 IBT -2 T 112 Beroperasi diatas normal 6 6

IBT 1 R IBT 2 R 1 1 9 9 8 8 7 7 6 6 % 5 % 5 4 4 3 3 2 2 1 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS IBT 1 S IBT 2 S 5 7 45 4 35 6 5 % 3 25 2 4 % 3 15 2 1 5 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS IBT 1 T IBT 2 T 1 1 9 9 8 8 7 7 6 6 % 5 % 5 4 4 3 3 2 2 1 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS 61 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS Gambar 5.2 Kandungan Gas-Gas Kunci Periode 1

Tabel 5.7 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS 1 IBT-1 R CO Overheated Cellulose 2 IBT-1 S - Normal 3 IBT-1 T CO Overheated Cellulose 4 IBT-2 R CO Overheated Cellulose 5 IBT-2 S - Normal 6 IBT-2 T CO Overheated Cellulose Berdasarkan analisis Gas Kunci, Pada IBT -1 Fasa R, IBT- 1 Fasa T, IBT -2 Fasa R, dan IBT -2 Fasa T diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa). Sedangkan komposisi gas pada IBT-1 Fasa S dan IBT-2 Fasa S menurut standar IEEE.157.14.191 berada pada kondisi beroperasi normal sehingga tidak perlu dilakukan penanganan khusus. 5.2.1.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test) Pengujian karakteristik dilakukan untuk mengetahui apakah minyak isolasi masih dikatakan baik dilihat dari fungsinya sebagai media isolasi di dalam trafo. Tabel 5.8 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 13 Sept 27 IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 3,6 9 31,4 9 31,4 9 32,2 9 31,7 9 31,2 9 Warna 5,5 1,5 9 5,1 1 6 1,7 9 4,8 1 Angka Keasaman,31 9,45 9,47 9,4 9,13 9,48 9 Kadar air 24,8 1 6,9 6 44 1 25,8 1 12,2 6 2,5 1 62

Dari hasil pengujian karakteristik dapat diketahui bahwa nilai parameter pengujian warna dan kadar air pada IBT-1 Fasa R dan IBT-1 Fasa T dan IBT-2 Fasa R dan IBT-2 Fasa T sudah melewati batas. Dimana batas pengukuran warna adalah 3,5 dan batas pengukuran kadar air adalah 2 ppm. Untuk mengembalikan warna agar nilainya dibawah 3,5 maka perlu dilakukan Reklamasi. Untuk mengembalikan kandungan air agar nilainya dibawah 2 ppm maka perlu dilakukan filtering. 5.2.1.3. Pengujian Furan (Furan Test) Dalam proses pemburukan isolasi kertas karena Overheating terdapat senyawa kimia yang terlepas selain CO dan CO 2. Senyawa ini disebut sebagai gugus senyawa Furan. Senyawa yang paling penting adalah 2-Furfural (2-FAL). Dengan mengetahui kadar senyawa 2-Furfural maka dapat diketahui status kondisi isolasi kertas. Tabel 5.9 Hasil pengujian test furan tanggal 5 Oktober 27 NO TRAFO Kandungan 2 Perkiraan Perkiraan Furfural persentase sisa Interpretasi DP (2FAL) ppb umur 1 IBT -1 R 35 292 27 % High risk of failure 1 2 IBT- 1 S < 1 8 1 % Normal Ageing rate 9 3 IBT -1 T 383 282 24 % High risk of failure 1 4 IBT -2 R 56 519 69% Accelerated Ageing rate 6 5 IBT- 2 S <1 8 1% Normal Ageing rate 6 6 IBT- 2 T 211 355 41% Excessing ageing danger 6 4.2.2. Periode II Pengujian pada periode ke dua dilakukan setelah melakukan filtering dari bulan November 27 sampai Februari 28. 63

5.2.2.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Hasil pengujian DGA tanggal 18 Februari 28 adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Hasil pengujian DGA 18 Februari 28 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 1 1 1 1 CH4 1 1 1 1 1 1 CO 222 28 126 385 63 443 CO2 3839 244 2964 6732 4561 5983 C2H4 1 1 1 C2H6 1 25 29 C2H2 1 1 1 1 1 TCG 227 56 129 386 95 446 Hasil pengujian 22 Februari 28 yang dilakukan di laboratorium TACS OiLAB Australia adalah sebagai berikut : Tabel 5.11 Hasil pengujian DGA tgl 22 Februari 28 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H2 28 28 18 13 6 63 CH4 13 13 9 33 6 CO 57 57 176 51 88 44 CO2 236 236 1536 3998 2766 3539 C2H4 8 2 4 8 7 C2H6 2 28 1 2 25 2 C2H2 TCG 469 128 28 533 26 518 64

TDCG 6 5 ppm 4 3 2 IBT-1 R IBT-1 S IBT-1 T IBT-2 R IBT-2 S IBT-2 T 1 18/2/8 22/2/8 Tanggal Gambar 5.3 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 2 Dari hasil pengukuran nilai TCG menunjukkan bahwa IBT-1 dan IBT-2 berada pada kondisi normal walaupun pada IBT-2 Fasa R dan IBT-2 Fasa T jumlah gas CO berada pada kondisi 2. Tabel 5.12 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG NO TRAFO Rata-rata TCG (ppm) DIAGNOSIS 1 IBT -1 R 348 Beroperasi normal 9 2 IBT -1 S 92 Beroperasi normal 9 3 IBT -1 T 168,5 Beroperasi normal 9 4 IBT- 2 R 459,5 Beroperasi normal 9 5 IBT -2 S 15,5 Beroperasi normal 9 6 IBT -2 T 482 Beroperasi normal 9 65

IBT 1 R IBT 2 R 45 12 4 35 1 3 8 % 25 2 % 6 15 4 1 5 2 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS IBT 1 S IBT 2 S 5 6 45 4 5 35 3 4 % 25 % 3 2 15 2 1 5 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS 1 9 8 7 IBT 1 T 1 9 8 7 IBT 2 T 6 6 % 5 % 5 4 4 3 3 2 2 1 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS Gambar 5.4 Kandungan Gas-Gas Kunci pada Periode 2 66

Tabel 5.13 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS 1 IBT-1 R - Normal 2 IBT-1 S - Normal 3 IBT-1 T CO Overheated Cellulose 4 IBT-2 R CO Overheated Cellulose 5 IBT-2 S - Normal 6 IBT-2 T - Normal Berdasarkan analisis Gas Kunci, Pada IBT- 1 Fasa T dan IBT -2 Fasa R diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa). Sedangkan komposisi gas pada IBT-1 Fasa R, IBT-1 Fasa S, IBT-2 Fasa S dan IBT-2 Fasa T menurut standar IEEE.157.14.191 berada pada kondisi beroperasi normal sehingga tidak perlu dilakukan penanganan khusus. 5.2.2.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test) Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 12 Februari 28 adalah sebagai berikut: Tabel 5.14 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 12 Februari 28 IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 28,6 9 29,9 9 3,3 9 31,5 9 31,6 9 29,2 9 Warna 5,4 1,5 9 5 1 5,9 1,7 9 4,7 1 Kadar air 17 1 5,4 6 12 1 12 1 5,3 6 7,7 1 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 19 Februari 28 yang dilakukan oleh laboratorium TXM malaysia adalah sebagai berikut: 67

Tabel 5.15 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 19 Februari 28 IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 17,3 1 4,2 9 18,8 1 17,7 1 39,6 9 18,5 1 Warna 5 1-5 1 5,5 1-4,5 1 Angka keasaman,174 1,17 9,191 1,213 1,17 9,191 1 Tegangan Tembus 51 6 99 9 45 1 17 1 94 9 35 1 Kadar air 24 1 6 6 26 1 27 1 5,5 6 2,4 1 Tan Delta at 25 o C,48 1 9,44 1,3 6 9,29 6 Berdasarkan Hasil pengujian karakteristik minyak, pada IBT-1 Fasa S dan IBT-2 Fasa S dapat disimpulkan bahwa minyak berada dalam keadaan bagus (level kondisi 9). Sedangkan Pada IBT-1 Fasa R, IBT-1 Fasa T, IBT-2 Fasa R, dan IBT-2 Fasa T kondisi minyak berada dalam keadaan buruk (level kondisi 1). Tingginya Angka keasaman menyebabkan penurunan tegangan antar muka. Kadar asam disebabkan oleh proses oksidasi pada minyak. Panas, keberadaan oksigen, dan zat pengotor berperan sebagai katalis dalam proses oksidasi. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan terhadap proses oksidasi pada minyak. Kadar air yang tinggi pada minyak akan mempercepat proses pemburukan isolasi kertas. Tingginya Tan Delta merupakan indikasi dari minyak telah terkontaminasi.. 5.2.2.3. Pengujian Furan (Furan Test) Pengujian furan dilakukan dua kali pada laboratorium yang berbeda untuk memastikan apakah hasil uji valid. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut 68

Tabel 5.16 Hasil pengujian test furan tanggal 11 Desember 27 (laboratorium TACS - OiLAB Australia) NO TRAFO Kandungan 2 Perkiraan Perkiraan Furfural persentase sisa Interpretasi DP (2FAL) ppb umur 1 IBT -1 R 6535 215 5 % End of expected life 1 2 IBT- 1 S < 1 8 1 % Normal ageing rate 9 3 IBT -1 T 786 192 % End of expected life 1 4 IBT -2 R 6477 216 5% End of expected life 1 5 IBT- 2 S <1 8 1% Normal ageing rate 1 6 IBT- 2 T 5494 236 12 % End of expected life 1 Tabel 5.17 Hasil pengujian test furan tanggal 19 Februari 28 (Laboratorium TXM Malaysia) NO TRAFO Kandungan 2 Perkiraan Perkiraan Furfural persentase sisa Interpretasi DP (2FAL) ppb umur 1 IBT -1 R 8357 184 % End of expected life 1 2 IBT- 1 S < 1 8 1 % Normal ageing rate 9 3 IBT -1 T 9172 172 % End of expected life 1 4 IBT -2 R 8363 184 % End of expected life 1 5 IBT- 2 S <1 8 1% Normal ageing rate 9 6 IBT- 2 T 7337 2 % End of expected life 1 4.2.3. Periode III Periode 3 berlangsung selama bulan April sampai bulan Mei 28. Periode ini merupakan waktu setelah pelaksanaan reklamasi 69

5.2.3.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Pada periode ini pengujian DGA dilakukan pada IBT-1 Fasa R dan IBT-1 Fasa T. Tabel 5.18 Hasil pengujian DGA Tanggal 1 April 28 Gases IBT 1 R S T H2 1-1 CH4 - - 1 CO 4-19 CO2 19-483 C2H4 - - - C2H6 - - - C2H2 - - - TCG 5-21 Tabel 5.19 Hasil pengujian DGA Tanggal 28 April 28 Gases IBT 1 R S T H2 1-1 CH4 1-1 CO 1-41 CO2 144-771 C2H4 1-2 C2H6 1-1 C2H2 - - - TCG 5-46 7

TCG ppm 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 1/4/28 28/4/8 Tanggal Gambar 5.5 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 3 IBT-1 R IBT-1 T Pengukuran DGA pada periode ini hanya dilakukan pada IBT-1 fasa R dan IBT-1 fasa T. Selain itu komposisi gas TCG juga tidak lengkap sehingga tidak dapat dilakukan analisis dengan akurat. Dari data yang tersedia, dapat dilihat bahawa Dari hasil pengukuran nilai TCG menunjukkan bahwa dedua IBT-1 fasa R dan IBT-1 fasat berada pada kondisi normal walaupun pada IBT-2 fasa R dan IBT-2 fasa T jumlah gas CO berada pada kondisi 2. Tabel 5.2 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG NO TRAFO Rata-rata TCG (ppm) DIAGNOSIS 1 IBT -1 R 5 Beroperasi normal 9 2 IBT -1 T 33.5 Beroperasi normal 9 71

IBT 1 R IBT 1 T 6 1 5 9 8 4 7 6 % 3 % 5 2 4 3 1 2 1 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS Gambar 5.6 Kandungan Gas-gas Kunci pada Periode 3 Tabel 5.21 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS 1 IBT-1 R - Normal 2 IBT-1 T CO Overheated Cellulose Berdasarkan analisis Gas Kunci, dengan komposisi gas pada IBT-1 fasa R dapat disimpulkan bahwa Trafo beroperasi dengan normal. Pada IBT-1 fasa T diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa). 72

5.2.3.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test) Tabel 5.22 Hasil pengujian karakteristik minyak IBT-1 1 April 28 Oleh TXM dan IBT-2 9 April 28 Oleh Lab RJKB IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 39,5 9-45,7 9 4 9-9 4 9 Warna 1,5 6-1 9 1,4 9-1,1 9 Angka Keasaman,14 9 -,11 9,43 9,36 9 Tegangan Tembus 85 9-67 9 - - - Kadar air 7,6 6-6 6 4,6 9-6 4,3 6 Tan Delta at 25 o C,5 9-9 - - - - - - Tabel 5.23 Hasil pengujian karakteristik minyak IBT-1 28 April 28 Oleh TXM dan IBT-2 29 Mei 28 Oleh Lab RJKB IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 38 9-43 9 4 9-9 4 9 Warna 1,5 6-1,5 6 1,4 9-1,1 9 Angka Keasaman,17 9 -,17 9,4 9,37 9 Tegangan Tembus - - - - Kadar air 7,28 6-8,52 6 4,45 9-6 3,47 9 Tan Delta at 25 o C,6 9 -,6 9 - - - - Setelah dilakukan proses reklamasi, kadar air pada Trafo mengalami penurunan. Demikian juga parameter uji yang lain menunjukkan level kondisi yang baik (level 6 dan level 9). 73

5.2.3.3. Pengujian Furan (Furan Test) Tabel 5.24 Hasil pengujian furan tanggal 1 April 28 NO TRAFO Kandungan 2 Furfural Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa Interpretasi (2FAL) ppb umur 1 IBT -1 R 335 582 77 % Normal Ageing rate 9 2 IBT -1 T 49 821 1 % Normal Ageing rate 9 Tabel 5.25 Hasil pengujian furan tanggal 28 April 28 NO TRAFO Kandungan 2 Furfural Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa Interpretasi (2FAL) ppb umur 1 IBT -1 R 61 58 67 % Normal Ageing rate 9 2 IBT -1 T 268 61 8% Normal Ageing rate 9 4.2.4. Periode IV Pengujian pada periode ke empat dilakukan tiga bulan setelah reklamasi, yaitu berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus 28. Pada Periode tidak dilaksanakan pengujian Furan. 5.2.4.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Tabel 5.26 Hasil pengujian DGA tanggal 21 Juli 28 Gases IBT 1 IBT 2 R T R T H2 - - - - CH4 2,9 4,5 3,6 - CO 42,3 51 486,6 272,8 CO2 2243,6 361 2759 993 C2H4 - -,6 - C2H6 - - - - C2H2 - - - - TCG 45,2 55,5 49,8 272,8 74

Tabel 5.27 Hasil pengujian DGA tanggal 8 Agustus 28 Gases IBT 1 IBT 2 R T R T H2 - - 87 - CH4 3,2 4,5 4.6 1,9 CO 457,2 591,3 588,7 319,8 CO2 1858 2644 2375 134 C2H4 - - - - C2H6-1,579 - - C2H2 - - - - TCG 46,4 595,8 68,3 321,7 TDCG 8 7 ppm 6 5 4 3 IBT-1 R IBT-1 T IBT-2 R IBT-2 T 2 1 21/7/8 8/8/28 Tanggal Gambar 5.7 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 4 Komposisi gas yang tidak lengkap pada pengujian TCG mengakibatkan analisis yang kurang valid terhadap kondisi isolasi. Pada IBT-1 fasa R, IBT-1 fasa T dan IBT-2 fasa R jumlah gas CO berada pada kondisi 2. Tetapi secara umum berdasarkan analisis kondisi berdasarkan metode TCG dapat disimpulkan bahwa Trafo beroperasi normal. 75

Tabel 5.28 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG NO TRAFO Rata-rata DIAGNOSIS TCG (ppm) 1 IBT -1 R 432,8 Beroperasi normal 9 2 IBT -1 T 55,65 Beroperasi normal 9 1 IBT -2 R 585,65 Beroperasi normal 9 2 IBT -2 T 297,25 Beroperasi normal 9 5.2.4.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test) Tabel 5.29 Hasil Pengujian Karakteristik minyak tanggal 21 Juli 28 IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 33,7 9-34 9 34,7 9-9 31,8 9 Warna 1,3 6-1,5 6 1,6 9-1,2 9 Angka Keasaman,35 9 -,32 9,29 9 -,45 9 Kadar air 6,4 6-9,6 6 5,8 9-6 5 9 Tabel 5.3 Hasil Pengujian Karakteristik minyak tanggal 8 Agustus 28 IBT- 1 IBT- 2 Parameter Uji R S T R S T Tegangan antar muka 34 9-34,2 9 35,6 9-9 34,9 9 Warna 1,3 6-1,5 6 1,5 9-1,2 9 Angka Keasaman,35 9 -,29 9,31 9 -,27 9 Kadar air 6 6-8,2 6 6,8 9-6 5,6 9 Pada periode ini, karakteristik minyak berada dalam kondisi baik. Semua parameter uji menunjukkan level kondisi 6 dan 9. 4.3. Hasil Penilaian Penentuan nilai kondisi berdasarkan pada nilai-nilai untuk setiap parameter yang didapat dari monitoring diagnosis IBT-1 dan IBT-2. Hasil pengujian pada setiap parameter kemudian dibandingkan dengan nilai batas yang telah ditentukan 76

pada bab 4. Setelah itu dapat ditentukan level kondisi pada tiap periode untuk IBT-1 dan IBT-2. Untuk data yang tidak lengkap data hasil pengujiannya maka untuk menentukan level kondisinya diambil dari data hasil pengujian terakhir pada periode sebelumnya dan untuk ketidaklengkapan data pada periode pertama maka dilakukan pengambilan data pada periode kedua Sebagai contoh : Pada periode pertama tidak dilakukan pengujian Tegangan tembus dan Tan delta, maka untuk menentukan level kondisinya, diambil dari pengujian pada periode ke dua. Berikut ini adalah Tabel penentuan kondisi setiap parameter berdasarkan nilai batas yang dimiliki pada setiap periode ; Tabel 5.31 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa R PARAMETER Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Kadar air ( KA) 1 1 6 6 Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9 Tegangan Tembus 6* 6 9 9 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9 Tan Delta 1* 1 9 9* Warna 1 1 9 6 Furan 1 1 9 9* TCG 9 9 9 9 Kandungan CO 2 6 6 9 9 *) tidak dilakukan pengujian Tabel 5.32 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa S PARAMETER Periode 1 Periode 2 Kadar air ( KA) 6 6 Angka Keasaman (AK) 9 9 Tegangan Tembus 9* 9 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 9 Tan Delta 9* 9 Warna 9 9 Furan 9 9 TCG 9 9 Kandungan CO2 9 9 77

Tabel 5.33 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa T PARAMETER Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Kadar air ( KA) 1 1 6 6 Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9 Tegangan Tembus 1* 1 9 9 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9 Tan Delta 1* 1 9 9* Warna 1 1 6 6 Furan 1 1 9 9* TCG 6 9 9 9 Kandungan CO 2 1 9 9 6 Tabel 5.34 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa R PARAMETER Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Kadar air ( KA) 1 1 9 9 Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9 Tegangan Tembus 1* 1 1* 1 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9 Tan Delta 1* 6 6* 6* Warna 1 1 9 6 Furan 6 1 1 1* TCG 6 9 9* 9 Kandungan CO 2 6 9 6 6 *) tidak dilakukan pengujian Tabel 5.35 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa S PARAMETER Periode 1 Periode 2 Kadar air ( KA) 6 6 Angka Keasaman (AK) 9 9 Tegangan Tembus 9* 9 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 9 Tan Delta 9* 9 Warna 9 9 Furan 6 9 TCG 9 9 Kandungan CO2 6 6 78

Tabel 5.36 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa T PARAMETER Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Kadar air ( KA) 1 1 9 9 Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9 Tegangan Tembus 1* 1 1* 1 Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9 Tan Delta 6* 6 6* 6 Warna 1 1 9 9 Furan 6 1 1* 1* TCG 6 9 9* 9 Kandungan CO 2 6 6 6 9 *) tidak dilakukan pengujian 4.4. Penentuan Isolasi Dari penentuan kondisi setiap parameter pada sub bab sebelumnya, kita dapat menentukan kondisi akhir IBT-1 dan IBT-2 pada setiap periode. Setiap kondisi parameter akan dikalikan dengan faktor pembobotan yang telah ditentukan pada bab 4, kemudian hasil pembobotan akan dijumlahkan untuk setiap parameter, sehingga dapat dilakukan penentuan kondisi isolasi. 79

4.4.1. IBT-1 Fasa R Tabel 5.37 Nilai Isolasi IBT-1 Fasa R Parameter Faktor Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 1.1425 1.1425 6.855 6.855 Angka Keasaman (AK).963 9.8667 1.963 9.8667 9.8667 Tegangan Tembus.477 6.2862 6.2862 9.4293 9.4293 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 1.247 9.2223 9.2223 Tan Delta.2572 1.2572 1.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna.247 1.247 1.247 9.2223 6.1482 Furan.2993 1.2993 1.2993 9 2.6937 9 2.6937 TCG.83 9.747 9.747 9.747 9.747 Kandungan CO 2.247 6.1482 6.1482 9.2223 9.2223 Nilai Akhir kondisi isolasi 2.9941 2.261 8.5734 8.4993 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering, tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 2,9941 ke 2,261, penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar. Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan level kondisi pada hampir semua parameter, dengan kondisi tersebut, trafo berada dalam keadaan yang baik dan layak untuk beroperasi, demikian juga pada periode ke empat, yaitu tiga bulan setelah reklamasi, hanya terjadi penurunan level kondisi warna tetapi masih dalam kondisi normal. Dapat disimpulkan bahwa pada periode ke empat, Trafo berada dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi. 8

4.4.2. IBT-1 Fasa S Tabel 5.38 Nilai Isolasi IBT-1 Fasa S Faktor Parameter Periode 1 Periode 2 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 6.855 6.855 Angka Keasaman (AK).963 9.8667 9.8667 Tegangan Tembus.477 9.4293 9.4293 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 9.4293 Tan Delta.2572 9 2.3148 9.2223 Warna.247 9.2223 9.2223 Furan.2993 9 2.6937 9 2.3148 TCG.83 9.747 9.2223 Kandungan CO 2.247 9.2223 9 2.6937 Nilai Akhir kondisi isolasi 8.5734 8.5734 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi baik dan layak untuk beroperasi. Demikian juga pada periode kedua, setelah dilakukan filtering kondisi isolasi menunjukkan bahwa Trafo masih dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi. Tidak dilakukannya reklamasi pada IBT-1 Fasa S karena berdasarkan dua periode pengujian tidak ditemukan masalah pada kondisi isolasi pada trafo ini. 81

4.4.3. IBT-1 Fasa T Tabel 5.39 Nilai Isolasi IBT-1 Fasa T Faktor Parameter Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 1.1425 1.1425 6.855 6.855 Angka Keasaman (AK).963 9.8667 1.963 9.8667 9.8667 Tegangan Tembus.477 1.477 1.477 9.4293 9.4293 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 1.247 9.2223 9.2223 Tan Delta.2572 1.2572 1.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna.247 1.247 1.247 6.1482 6.1482 Furan.2993 1.2993 1.2993 9 2.6937 9 2.6937 TCG.83 6.498 9.747 9.747 9.747 Kandungan CO 2.247 1.247 9.2223 9.2223 6.1482 Nilai Akhir kondisi isolasi 2.3831 1.8617 8.4993 8.4252 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering, tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 2,3831 ke 1,8617, penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar. Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan level kondisi pada hampir semua parameter, dengan kondisi tersebut, trafo berada dalam keadaan yang baik dan layak untuk beroperasi, demikian juga pada periode ke empat, yaitu tiga bulan setelah reklamasi, semua parameter berada dalam keadaan normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa Trafo berada dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi 82

4.4.4. IBT-2 Fasa R Tabel 5.4 Nilai Isolasi IBT-2 Fasa R Faktor Parameter Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 1.1425 1.1425 9 1.2825 9 1.2825 Angka Keasaman (AK).963 9.8667 1.963 9.8667 9.8667 Tegangan Tembus.477 1.477 1.477 1.477 1.477 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 1.247 9.2223 9.2223 Tan Delta.2572 1.2572 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 Warna.247 1.247 1.247 9.2223 6.1482 Furan.2993 6 1.7958 1.2993 1.2993 1.2993 TCG.83 6.498 9.747 9.747 9.747 Kandungan CO 2.247 6.1482 9.2223 6.1482 6.1482 Nilai Akhir kondisi isolasi 4.31 3.1477 5.3792 5.351 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering, tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 4,31 ke 3,1477, penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar.setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan pada level kondisi pada hampir semua parameter, kecuali pada kandungan furan dan CO 2. Terjadi peningkatan kondisi isolasi secara keseluruhan tetapi masih berada dibawa kondisi normal (level 6). Pengujian kandungan furan tidak dilakukan pada IBT-2 Fasa R pada periode ketiga dan keempat. Berdasarkan hasil trend pada IBT-1 Fasa R dan T, terjadi perbaikan level kondisi pada Furan. Pada Tabel diatas diasumsikan level 83

kondisi Furan tetap pada kondisi 1. Jika diasumsikan bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 6 terjadi peningkatan nilai kondisi isolasi menjadi 6,8757 pada periode ke tiga dan 6,816 pada periode keempat.dan jika dilakukan asumsi bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 9 nilai kondisi isolasi menjadi 7,7736 dan 7,6695 pada periode keempat. 4.4.5. IBT-2 Fasa S Tabel 5.41 Nilai Isolasi IBT-2 Fasa S Faktor Parameter Periode 1 Periode 2 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 6.855 6.855 Angka Keasaman (AK).963 9.8667 9.8667 Tegangan Tembus.477 9.4293 9.4293 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 9.2223 Tan Delta.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna.247 9.2223 9.2223 Furan.2993 6 1.7958 9 2.6937 TCG.83 9.747 9.747 Kandungan CO 2.247 6.1482 6.1482 Nilai Akhir kondisi isolasi 7.614 8.4993 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi baik dan layak untuk beroperasi.demikian juga pada periode kedua, setelah dilakukan filtering kondisi isolasi menunjukkan bahwa Trafo tetap dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi.tidak dilakukannya reklamasi pada IBT-1 Fasa S karena berdasarkan dua periode pengujian tidak ditemukan masalah pada kondisi isolasi pada trafo ini. 84

4.4.6. IBT-2 Fasa T Tabel 5.42 Nilai Isolasi IBT-2 Fasa T Faktor Parameter Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Pembobotan Kadar air ( KA).1425 1.1425 1.1425 9 1.2825 9 1.2825 Angka Keasaman (AK).963 1.1425 1.1425 9 1.2825 9 1.2825 Tegangan Tembus.477 1.477 1.477 1.477 1.477 Tegangan Antar Muka (TAM).247 9.2223 1.247 9.2223 9.2223 Tan Delta.2572 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 Warna.247 1.247 1.247 9.2223 9.2223 Furan.2993 6 1.7958 1.2993 1.2993 1.2993 TCG.83 6.498 9.747 9.747 9.747 Kandungan CO 2.247 6.1482 6.1482 6.1482 9.2223 Nilai Akhir kondisi isolasi 5.2891 3.736 5.3792 5.4533 isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering, tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 5,2891 ke 3,736, penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar.setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan pada level kondisi pada hampir semua parameter.. Terjadi peningkatan kondisi isolasi secara keseluruhan tetapi masih berada dibawa kondisi normal (level 6). Pengujian kandungan furan tidak dilakukan pada IBT-2 Fasa R pada periode ketiga dan keempat. Berdasarkan hasil trend pada IBT-1 Fasa R dan T, terjadi perbaikan level kondisi pada Furan. Pada Tabel diatas diasumsikan level kondisi Furan tetap pada kondisi 1. Jika

diasumsikan bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 6 terjadi peningkatan nilai kondisi isolasi menjadi 6,8757 pada periode ke tiga dan 6,9498 pada periode keempat. Dan jika dilakukan asumsi bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 9 nilai kondisi isolasi menjadi 7,7736 dan 7,8477 pada periode keempat. 86