Dr. Iwan P. Pontjowinoto AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN Konsep Dasar Hubungan Usaha PEMBELI (PEMILIK DANA) PERTUKARAN DANA - BARANG PENJUAL (PEMILIK BARANG) PEMILIK DANA Rp. PENGGABUNGAN (PERCAMPURAN) DANA - USAHA Saham PEMILIK USAHA IPP dan Jasa Keuangan 1 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 1
Pembiayaan Perdagangan PERTUKARAN DANA - BARANG PEMBELI (PEMILIK DANA) PEMBERI PEMBIAYAAN PENJUAL (PEMILIK BARANG) Fasilitas pembiayaan pada kegiatan perdagangan antara Pemilik Usaha (sebagai Pembeli atau Penjual) dengan Mitra Dagang, berupa: Fasilitas Penundaan Pembayaran (Murabaha) Fasilitas Penundaan Penyerahan (Salam) Pemesanan Barang dan Pembayaran Cicilan (Istishna ) IPP dan Jasa Keuangan 2 Pembiayaan Usaha 100% PEMBIAYAAN DANA MUDHARABA PEMILIK DANA PENGELOLAAN USAHA PEMILIK USAHA PEMILIK BADAN USAHA DANA & TENAGA MUSYARAKA SAHAM / KEPEMILIKAN BADAN USAHA IPP dan Jasa Keuangan 3 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 2
Pembiayaan Pengadaan Aset PEMINJAMAN ASET PEMBELI (PEMILIK DANA) PEMBERI PEMBIAYAAN PENJUAL (PEMILIK BARANG) Pembiayaan berdasarkan pemakaian aset dengan imbalan upah tertentu yang lazim disebut sebagai penyewaan aset IPP dan Jasa Keuangan 4 Hubungan Jasa Keuangan PEMILIK DANA QARDH (Pinjaman) RAHN (Agunan) BUTUH DANA PIHAK PERTAMA Wadi ah (Penitipan) Wakalah (Agen/Wakil) Hawalah (Pengalihan) Kafalah (Penjaminan) HUBUNGAN USAHA PEMBERI JASA PIHAK KEDUA IPP dan Jasa Keuangan 5 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 3
Qardh Pemberi Pinjaman (Muqtaridh) Peminjam (Muqhridh) 1 Akad pinjam-meminjam 2 Barang/Objek diserahkan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam 3 Barang/Objek diserahkan kembali dari peminjam kepada pemberi pinjaman Qardh: Muqtaridh memberikan barang/uang untuk dipinjam oleh Muqhridh dengan ketentuan harus dikembalikan dalam kondisi/mutu/ jumlah yang sama pada waktu tertentu. IPP dan Jasa Keuangan 6 Fatwa DSN Akad qardh Kebutuhan: pinjaman (untuk jangka pendek) Qardh: pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan dimana nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Atas pemberian pinjaman dapat diminta jaminan/agunan. Muqtaridh dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela selama tidak diperjanjikan dalam akad. Biaya administrasi dapat dibebankan kepada Muqtaridh tetapi besarnya tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Bila Muqtaridh tidak bisa mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang disepakati, dan ketidakmampuan tersebut telah dapat dipastikan maka dapat diberikan kelonggaran (memperpanjang jangka waktu) atau diberikan sedekah (menghapus sebagian atau seluruh kewajibannya). Bila Muqtaridh terbukti tidak beritikad baik, dapat dijatuhkan sanksi. Dana al-qardh tidak boleh dari titipan/simpanan nasabah LKS IPP dan Jasa Keuangan 7 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 4
Fatwa DSN Akad qardh terkait akad Mu awadhah Kebutuhan: pinjaman (untuk jangka pendek) sebagai pelengkap akad-akad mu awadhah (pertukaran dan bersifat komersial) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Akad-akad Mu awadhah antara lain Rahn Emas, Pengalihan Utang, Syariah Charge Card, Syariah Card, Anjak Piutang Syariah, Pembiayaan Pengurusan Haji LKS. Pengembalian pinjaman (qardh) tidak boleh disyaratkan adanya tambahan atau bagi hasil. Jaminan/agunan ditentukan menurut akad-akad Mu awadhah. Besarnya biaya administrasi atas pinjaman (Qradh) tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Dana al-qardh boleh berasal dari dana nasabah LKS yang dititipkan/disimpan dengan akad wadi ah atau mudharabah. Keuntungan atau pendapatan dari akad atau produk yang menggunakan akad-akad Mu awadhah yang dilengkapi dengan akad Qardh tersebut harus dibagikan kepada nasabah LKS sesuai dengan akad antara nasabah tersebut dengan LKS. IPP dan Jasa Keuangan 8 Rahn 3b Barang jaminan diserahkan kembali dari pemberi jaminan kepada Yg menjaminkan Penerima Jaminan (Murtahin) 3a Uang diserahkan kembali dari yg menjaminkan kepada Penerima jaminan 1 Akad Yg Menjaminkan (Raahin) 2a Uang diserahkan oleh Penerima jaminan kepada yg menjaminkan 2b Barang jaminan diserahkan oleh Yg menjaminkan kepada pemberi jaminan Rahn : Rahin menyerahkan barang (Marhun) kepada Murtahin yang dapat ditahan sebagai agunan atas pinjaman yang diambil Rahin, dimana pada saat jatuh tempo Murtahin dapat menjual Marhun bila Rahin wanprestasi IPP dan Jasa Keuangan 9 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 5
Fatwa DSN Kebutuhan: pinjaman dgn [gadai] barang sbg jaminan hutang Rahn: hak Murtahin (penerima barang) untuk menahan Marhun (barang) sebagai jaminan atas hutang sampai semua hutang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dimana nilai Marhun tidak boleh berkurang dan pemanfaatan Marhun hanya sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatan Marhun. Biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Bila Rahin tidak bisa melunasi hutang, Murtahin dapat menjual paksa / dilelang Marhun secara syariah untuk melunasi hutang, namun kelebihan atau kekurangan tetap menjadi milik atau kewajiban Rahin. IPP dan Jasa Keuangan 10 Hadits tentang Rahn Dari Aisyah r.a., ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan dengan berhutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR Bukhari dan Muslim) Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya. (HR Daraquthni dan Ibnu Majah) Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat dperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang menggunakan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya perawatan dan pemeliharaan. (HR Jama ah kecuali Muslim dan al-nasa i) IPP dan Jasa Keuangan 11 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 6
Fatwa DSN Tasjily Rahn Tasjily : jaminan dalam bentuk barang atas utang tetapi barang jaminan (marhun) tetap berada dalam penguasaan (pemanfaatan) Rahin dan bukti kepemilikannya diserahkan kepada Murtahin. Sebagai wakil barang jaminan, Rahin menyerahkan bukti kepemilikan barang kepada Murtahin; Pemanfaatan barang Marhun oleh Rahin harus dalam batas kewajaran sesuai kesepakatan; Murtahin dapat mengenakan biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang Marhun (berupa bukti sah kepemilihan atau sertifikat) yang ditanggung oleh Rahin; Besaran biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang Marhun tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pinjaman yang diberikan; Besaran biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang Marhun tersebut didasarkan pada pengeluaraan yang riil dan beban lainnya berdasarkan akad Ijarah; Biaya asuransi pembiayaan Rahn Tasjily ditanggung oleh Rahin. IPP dan Jasa Keuangan 12 Konsep Uang Uang, yang dalam literature fiqh disebut dengan tsaman atau nuqud (jamak dari naqd), didefinisikan oleh para ulama, antara lain, sebagai berikut: Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apapun bentuknya dan dalam kondisi seperti apapun media tersebut. (Abdullah bin Sulaiman al-mani, Buhuts fi al-iqtishad al-islami, Mekah: al- Maktab al-islami, 1966, hal 178) Naqd (uang) adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh masyarakat, baik terdiri (terbuat) dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya, diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas. (Muhammad Rawas Qal ah Ji, al-mu amalat al-maliyah al-mu ashirah di Dhau al-fiqh wa al-syari ah, Beitur: Dar al-nafa is, 1999, hal 23) IPP dan Jasa Keuangan 13 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 7
Jual Beli Emas Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa boleh melakukan jual beli perhiasan dari emas dan perak dengan jenisnya tanpa syarat harus sama kadarnya (tamatsul), dan kelebihannya dijadikan sebagai kompensasi atas jasa pembuatan perhiasan, baik jual beli itu dengan pembayaran tunai maupun dengan pembayaran tangguh, selama perhiasan tersebut tidak dimaksudkan sebagai harga (tsaman). Ala al-din Abu al_hasan al-ba liy al-dimasyqiy, al-ikhtiyarat al Fiqhiyah min Fatawa Syaikh Ibn Taymuyah, al- Qahirah, Dar al-istiqamah, 2005, hal 146) IPP dan Jasa Keuangan 14 Fatwa Jual Beli Emas Hukum : Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang) Batasan dan Ketentuan : Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn). Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan. IPP dan Jasa Keuangan 15 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 8
Wadiah 1. Wadiah Yad Amanah 2. Wadiah Yad Dhamanah Penitip (Muwadi ) Transaksi Penitipan Yg dititipi (Mustawda ) Penitip (Muwadi ) Transaksi Penitipan Yg dititipi (Mustawda ) 2. Penyerahan Barang untuk disimpan 3. Pengembalian Barang tersebut saat diminta Wadiah Yad Amanah: Pemilik Harta (Muwadi ) menitipkan hartanya untuk disimpan oleh Penerima Titipan (Mustawda ) yang dapat diambil kembali sewaktu-waktu oleh Muwadi. 5. Pengembalian Barang/ uang tersebut saat diminta, dimana pihak yg dititipi dapat memberikan bonus/ tanda terima kasih 2.Penyerahan Barang 3. Pemanfaatan Barang/uang 4. Perolehan manfaat Wadiah Yad Dhamanah: penitipan harta wadiah dimana Mustawda dapat memanfaatkan harta titipan dan bila merasa memperoleh manfaat maka Mustawda dapat memberikan hadiah/bonus kepada Muwadi. IPP dan Jasa Keuangan 16 Wakalah Yg Mewakilkan (Muwakil) Penerima Kuasa / Wakil Objek Wakalah Pihak Lain Akad Wakalah: pernyataan ijab dan kabul antara pemilik atau pemegang hak secara hukum (Muwakkil) dengan pihak lain yang menerima kuasa atau mewakili (Wakil) untuk melakukan suatu tugas atau kegiatan usaha menurut ketentuan yang disepakati bersama. Wakil bertindak atas nama Muwakkil dan berhak mendapat upah (ujrah) atas jasa yang diberikannya IPP dan Jasa Keuangan 17 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 9
Fatwa DSN Akad Wakalah Kebutuhan: mewakilkan kepada suatu pihak yang kompeten untuk melakukan sesuatu yang menjadi hak atau kewajibannya. Yang Mewakilkan (Muwakkil): adalah pemilik sah yang berhak bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan, baik yang mempunyai kemampuan untuk bertindak ataupun yang tidak mempunyai kemampuan. Yang Menerima Kuasa (Wakil): adalah pihak yang cakap hukum dan mempunyai kemampuan untuk mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya. Obyek yang diwakilkan (Obyek Wakalah): adalah hal-hal yang diketahui dengan jelas, baik oleh pihak yang mewakilkan ataupun oleh pihak yang mewakili, yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam dan dapat diwakilkan menurut Syariah Islam. Aqad Wakalah dengan Imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. IPP dan Jasa Keuangan 18 Hawalah Pemilik Hutang dan Piutang (Muhil) 1 Pemilik Piutang (Muhal) Pemilik Hutang 2 (Muhal Alaih 3 Muhil mempunyai hutang sebesar Rp. X kepada Muhal dan pada saat yang sama mempunyai piutang sebesar Rp. X dari Muhal Alaih. Bila disetujui oleh Muhal dan Muhal Alaih, maka Muhil dapat membayar hutangnya kepada Muhal dengan mengalihkan piutang yang dimilikinya dari Muhal Alaih. Muhal Alaih melunasi hutangnya Rp. X kepada Muhal IPP dan Jasa Keuangan 19 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 10
Fatwa DSN Akad Hawalah Kebutuhan: pinjaman dgn gadai barang sbg jaminan hutang Rahn: hak Murtahin (penerima barang) untuk menahan Marhun (barang) sebagai jaminan atas hutang sampai semua hutang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. Qardh: pinjaman barang/uang yang harus dikembalikan sebagaimana barang/uang tersebut diserahkan (tanpa tambahan atau pengurangan) Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dimana nilai Marhun tidak boleh berkurang dan pemanfaatan Marhun hanya sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatan Marhun. Biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Bila Rahin tidak bisa melunasi hutang, Marhun dapat dijual paksa / dilelang secara syariah untuk melunasi hutang, namun kelebihan atau kekurangan tetap menjadi milik atau kewajiban Rahin. IPP dan Jasa Keuangan 20 Kafalah Pemilik Kewajiban (Makfuul anhu) 1 Kewajiban yang Perlu Dijamin (Makful Bihi) Pemilik Hak (Makfuul Lahu) 2 Pemberi Jaminan 3 (Kafiil) 1. Ashiil (Makfuul anhu) mempunyai kewajiban yang perlu dijamin kepada Makfuul Lahu. 2. Ashiil (Makfuul anhu) meminta bantuan Kafiil untuk memberi jaminan kepada Makfuul Lahu dengan membayar premi 3. Kafiil akan menanggung kewajiban kepada Makfuul Lahu bila Ashiil wanprestasi. IPP dan Jasa Keuangan 21 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 11
Fatwa DSN Akad Kafalah Kebutuhan: mengalihkan kewajiban kepada suatu pihak yang punya kemampuan untuk memenuhinya. Pihak yang Memiliki Kewajiban (Makfuul anhu): pihak yang sanggup menyerahkan kewajibannya kepada Penjamin dan menanggung konsekwensinya. Pihak yang Memiliki Hak (Makfuul Lahu): mengetahui maksud Pemilik Kewajiban untuk mengalihkan kewajibannya kepada Penjamin dan bersedia hadir pada saat aqad. Penjamin (Kafiil): pihak yang cakap hukum dan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang dijaminnya. Obyek Penjaminan (Makful Bihi): merupakan kewajiban dari Pemilik Kewajiban baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan yang diyakini dapat dilaksanakan oleh Penjamin. Obyek Penjaminan harus jelas nilai, jumlah, spesifikasi, serta cara dan waktu penyerahannya. Aqad Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. IPP dan Jasa Keuangan 22 Dr. Iwan P. Pontjowinoto 12